Belanda Kembali Serahkan 288 Benda Cagar Budaya Bersejarah ke Indonesia

You are currently viewing Belanda Kembali Serahkan 288 Benda Cagar Budaya Bersejarah ke Indonesia
Gambar 01 : Dirjen Kemendikbud Ristek Bpk Hilmar Farid, Ph.D., Bersama Mendikbud Belanda, Eppo Bruins, di Wereldmuseum Amsterdam saat penandatanganan kesepakatan, di depan koleksi yang akan dikembalikan (dari Badung). (Dok: Kemendikbud Ristek)

Belanda Kembali Serahkan 288 Benda Cagar Budaya Bersejarah ke Indonesia

Eppo Bruins, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda, telah berkomitmen untuk melanjutkan proses repatriasi benda seni yang diambil secara ilegal ke Indonesia. Janji tersebut diungkapkan dalam acara penandatanganan yang berlangsung di lantai dua Wereldmuseum Amsterdam pada hari Jumat, 20 September 2024, di mana Belanda mengembalikan 288 Benda Cagar Budaya budaya yang berasal dari Indonesia. Acara ini dihadiri oleh Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, sebagai wakil dari pihak Indonesia.

Bruins menyatakan bahwa pengembalian benda-benda ini merupakan langkah penting dalam mengatasi warisan kolonial Belanda. Benda Cagar Budaya yang dikembalikan termasuk patung-patung Hindu-Buddha dan berbagai objek budaya lainnya yang diambil selama periode kolonial. Kembalinya Benda Cagar Budaya ini menunjukkan upaya Belanda untuk memperbaiki kesalahan masa lalu dan memperkuat hubungan budaya antara kedua negara.

“Ada perubahan signifikan di kedua pemerintahan tahun ini, di Indonesia dan di Belanda. Tapi, saya berharap bahwa hubungan kita tidak akan berubah, dan kerja sama kita akan bermanfaat,” kata Eppo Bruins. “Kami menekankan bahwa kami tetap berkomitmen untuk menghadapi masa lalu kolonial kami dan menangani ketidakadilan historis di periode tersebut.”

Gambar 02 : Perhiasan emas asal Bali hasil rampasan perang Belanda dikembalikan ke Indonesia di Wereldmuseum Amsterdam, Belanda, 20 September 2024. Perhiasan itu berupa gelang dan hiasan rambut dari Badung dan seperangkat giwang dari Tabanan. (Sumber: dunia.tempo.co)

Bruins merupakan anggota kabinet yang baru dibentuk pada Juli 2024 di bawah kepemimpinan Geert Wilders, seorang politikus dari Partai untuk Kebebasan (PVV). Partai ini berhasil meraih kemenangan dalam pemilihan umum parlemen Belanda yang berlangsung pada November 2023. Wilders dikenal sebagai pengusung isu-isu kanan, termasuk sikap anti-Islam dan anti-imigran. Pada tahun 2022, ia mengkritik Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda saat itu, yang meminta maaf kepada Indonesia terkait kekerasan militer Belanda selama Perang Kemerdekaan RI.

Kekhawatiran sempat muncul di kalangan beberapa individu di Belanda dan Indonesia mengenai dampak pergantian pemerintahan ini terhadap proses repatriasi benda seni yang dijarah. Namun, pemerintah Belanda memutuskan untuk melanjutkan kebijakan repatriasi yang telah dimulai pada tahun 2022 di bawah kabinet Mark Rutte dari Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD).

Hilmar Farid menegaskan komitmen Indonesia dalam proses repatriasi ini dengan menyatakan, “Indonesia berkomitmen penuh untuk mewujudkan proses ini, terlepas dari perubahan apa pun dalam pemerintahan kami pada Oktober nanti.”

Pada tahun 2022, pemerintah Belanda mendirikan Komisi Repatriasi Belanda yang berkolaborasi dengan Komite Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda. Tujuan utama dari inisiatif ini adalah untuk mengembalikan Benda Cagar Budaya budaya Indonesia yang telah dirampas dan dibawa ke Belanda selama masa kolonial. Pada repatriasi pertama yang berlangsung pada tahun 2023, sebanyak 472 Benda Cagar Budaya budaya berhasil dipulangkan ke Indonesia, termasuk di antaranya empat arca dari Candi Singasari, sebuah keris dari Kerajaan Klungkung, serta harta jarahan dari Lombok dan koleksi Pita Maha.

Repatriasi kedua, yang ditandatangani oleh Eppo Bruins dan Hilmar Farid, mencakup berbagai Benda Cagar Budaya seperti arca Ganesha, arca Brahma, dua arca dari Candi Singasari, dan 284 benda yang berkaitan dengan Perang Puputan Badung. Di antara benda-benda emas yang akan dipulangkan terdapat hiasan rambut dan gelang dari Badung serta seperangkat giwang dari Tabanan. Hilmar Farid menekankan bahwa Benda Cagar Budaya-Benda Cagar Budaya ini adalah warisan budaya yang sangat penting, bukan sekadar objek biasa.

Marjolein van Asdonck, seorang konservator di Wereldmuseum Amsterdam, menyatakan bahwa ada kemungkinan hiasan rambut dan gelang tersebut diambil dari mayat korban Perang Puputan Badung. Perang ini terjadi pada 20 September 1906 antara raja dan warga Badung melawan Belanda, yang mengakibatkan lebih dari seribu orang tewas.

Pihak Wereldmuseum Amsterdam menginformasikan bahwa sebagian besar koleksi yang akan dipulangkan sudah dikemas dan siap untuk dikirim. Menurut Bruins, Benda Cagar Budaya-Benda Cagar Budaya tersebut diperkirakan akan tiba di Indonesia sebelum Museum Nasional di Jakarta dibuka kembali pada pertengahan Oktober 2024.

Hilmar Farid mengungkapkan bahwa sejumlah Benda Cagar Budaya budaya Indonesia yang berada di Belanda masih dalam proses penelitian, termasuk koleksi regalia dari Luwu, Sulawesi Selatan. Selain itu, fosil manusia purba Pithecanthropus erectus yang ditemukan di Desa Trinil, Solo, Jawa Tengah pada tahun 1891, yang selama ini menjadi perdebatan di kalangan ahli museum Belanda, juga direncanakan untuk dipulangkan dalam waktu dekat.

Di halaman depan Wereldmuseum Amsterdam, yang dulunya dikenal sebagai Koloniaal Museum dan dibangun pada akhir abad ke-19, Made Naraya, seorang mahasiswa asal Badung, ikut merayakan kembalinya benda-benda warisan leluhurnya. “Kemarin malam saya membaca bahwa acara ini akan berlangsung hari ini di Amsterdam,” ujarnya kepada Tempo. “Saya hampir tidak percaya bahwa ini terjadi pada 20 September, karena peristiwa Puputan Badung juga terjadi pada tanggal yang sama di tahun 1906. Saya tidak bisa menahan emosi saya.”

Sources: duniatempo.co