Direktorat Jenderal Kebudayaan, bekerjasama dengan ASEAN dan Korea Selatan baru saja menyelenggarakan pertunjukan kesenian. Bertajuk Asia Traditional Orchestra (ATO) 2019, proyek ini memiliki tujuan untuk mempromosikan pertukaran kebudayaan diantara  para artis dan musisi tradisional di Asia.

Di Bali sendiri, pertunjukan digelar pada Selasa (12/11) lalu di Panggung Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar. Dengan mengambil tema “Mempertahankan Keragaman”, setiap negara diwakili oleh 1 orang komposer, dua musisi berikut 2 pemain alat musik, dan juga seorang penampil yang memang ahli di bidang grup musik ataupun orkestra tradisional.

Tidak hanya bekerjasama dengan ASEAN dan Korea Selatan, forum ini juga berkolaborasi dengan Korean Foundation. Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid dalam siaran persnya menyebutkan bahwa inisiasi Indonesia sebagai tuan rumah adalah ingin membuka hubungan lebih dalam kepada sesama seniman tradisional. “Seperti kita ketahui seniman yang terlibat selama ini berasal dari ASEAN dan Korea Selatan. Namun kami mau menunjukkan bahwa Indonesia sangat kaya akan keberagaman seni budaya sehingga momen ini merupakan kesempatan untuk memperkenalkan dan menyajikan sekelumit dari keberagaman Indonesia,” ujar Hilmar.

Dalam penampilannya, para seniman membawakan beberapa lagu seperti: “Layarkan Kapal”, “Kekasihku Mongryong”, “Shinmodeum”, medley “Yamko Rambe Yamko Janger”, dan “One Asia”. Lagu-lagu tersebut menampilkan irama yang menggambarkan harapan, keharmonisan, kebahagiaan dan persatuan. Lagu “One Asia” secara khusus menggabungkan 1 frasa musik pendek yang mewakili budaya setiap negara ASEAN dan Korea Selatan.

Nantinya diharapkan kegiatan sebesar ini akan berkelanjutan dan dilaksanakan di negara ASEAN lainnya. Bahkan Asia Traditional Orchestra ini diharapkan dapat dikembangkan dan diperkenalkan ke wilayah di luar negara ASEAN dan Korea. (WN)