Banda Aceh-Revitalisasi Seni yang Hampir Punah merupakan program dari Direktorat Kesenian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk tahun anggaran 2016 ini, program Revitalisasi Seni ini difokuskan pada revitalisasi kesenian yang hampir mengalami kepunahan di Aceh dan Papua.
Untuk Aceh, program Revitalisasi Seni ini InsyaAllah akan digarap oleh Direktorat Kesenian bersama dengan BPNB Aceh. Kerja sama ini telah dan akan melalui beberapa tahapan, yakni: koordinasi antara kedua lembaga beserta para mitra BPNB Aceh yang berasal dari akademisi (ISBI Aceh, UIN Ar-Raniry, dan FKIP Kesenian Unsyiah), seniman, praktisi, dan komunitas seni di Aceh; survey; kajian; sarasehan; pelatihan; perekaman; pagelaran, dan; evaluasi.
Tahapan koordinasi telah dilaksanakan pada Senin, 07 Maret 2016 kemarin. Bertempat di ruang rapat BPNB Aceh, melalui rapat terbatas (Kepala BPNB Aceh beserta tim, tim dari Direktorat Kesenian, serta para mitra BPNB Aceh) telah diambil kesepakatan bahwa di Aceh akan diadakan revitalisasi terhadap empat kesenian yang hampir punah, adapun keempat seni tersebut adalah:
1. Seni Sining yang berasal dari Gayo di Aceh Tengah. Seni ini adalah seni tari yang dilakukan di atas sebilah papan sepanjang 5 m pada ketinggian 10 m dari permukaan tanah.
2. Landoq Sampot yang berasal dari Kluet di Aceh Selatan. Seni pertunjukan ini merupakan gabungan antara musik, gerak, dan tutur. Adapun gerakannya tangkas seperti gerakan bela diri.
3. Tari Laweuet yang ditarikan oleh perempuan. Tarian ini terdapat di sepanjang pesisir Aceh.
4. Rapa’i Geurimpheng yang merupakan seni pertunjukan musik tradisi khas dari Pidie.
Revitalisasi keempat kesenian yang hampir punah ini diharapkan bisa berjalan dengan baik dan hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah, karena dengan keberhasilan tersebut tentu program ini akan menjadi program berkelanjutan dan pada akhirnya daerah-daerah lain juga bisa merasakan program Revitalisasi Seni ini, tidak hanya terhenti pada Aceh dan Papua saja.
#SalamKebudayaan