Pidie Jaya– Disepanjang tahun 2016 ini Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan, telah menjalankan seluruh program serta kegiatan Peduli Kebudayaan yang merupakan tupoksi yang diamanatkan oleh UU. Akhir tahun 2016 ini seluruh program dan kegiatan tersebut ditutup dengan gerakan Kebudayaan Peduli. Ini bukanlah kegiatan yang masuk pada perencanaan di awal tahun 2016 oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan. Kegiatan ini merupakan sebuah respon sosial atas bencana gempa bumi yang menimpa saudara-saudara kita di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh.

Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, bapak Drs. Nono Adya Supriyanto, M.M., M.T. (tengah), pada saat meninjau tenda-tenda pengungsi korban gempa bumi di Kampung Jiem-Jiem, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Ditemani oleh utusan yang mewakili Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh (sebelah kiri) yang dipandu langsung oleh Keuchik/Kepala Desa (sebelah kanan).

Adapun ide awal dari gerakan sosial ini sebenarnya sangat sederhana sekali, berawal dari ide para peneliti di Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh (BPNB Aceh) untuk berbuat sesuatu yang bisa meringankan beban saudara-saudara kita yang telah menjadi korban bencana gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya. Timbullah ide kita untuk membuat kegiatan sejenis trauma healing, sederhana sekali, pada awalnya kita hanya akan mengadakan pemutaran Bioskop Keliling dan Permainan Tradisional Anak serta memberi hadiah sederhana bagi anak-anak korban gempa bumi di sana. Ide awalnya sesederhana itu, akan tetapi respon yang ditunjukkan oleh pimpinan kita di Direktorat Jenderal Kebudayaan sangat luar biasa sekali. Respon ini kita peroleh pada saat Kepala BPNB Aceh melaporkan rencana kita ini ke pusat melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, bapak Nono Adya Supriyanto. Kegiatan trauma healing yang awalnya sangat sederhana berubah menjadi kegiatan sosial yang luar biasa. Seluruh direktorat dan UPT yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan pada akhirnya turut andil dalam kegiatan sosial ini, dan BPNB Aceh diamanahi untuk mengeksekusi kegiatan ini.

Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, bapak Drs. Nono Adya Supriyanto, M.M., M.T., didampingi oleh Kepala BPNB Aceh, ibu Irini Dewi Wanti, S.S., M.SP., pada saat menyerahkan bantuan secara simbolik.

Kegiatan yang awalnya akan menggelar Bioskop Keliling dan Permainan Anak Tradisional, bertambah dengan kegiatan Bantuan Sosial (pakaian sekolah, perlengkapan sekolah, kain sarung, mukena, sajadah, tenda, selimut, beras dan bahan makanan lainnya), Dongeng, Hiem (bermain teka-teki), Melukis bersama, dan Acara Kenduri Maulid Nabi.

Bang Jamal, seniman Aceh, sedang menghibur anak-anak korban gempa dengan berdongeng.

Untuk kegiatan Bantuan Sosial dilaksanakan di dua kampung yang paling parah terkena dampak gempa bumi, yakni Kampung Jiem-Jiem dan Kampung Cubo. Khusus kegiatan trauma healing hanya kita adakan di Kampung Jiem-Jiem karena anak-anak yang terkena dampak gempa lebih banyak terdapat di kampung ini. Alhamdulillah kegiatan ini berjalan lancar dan direspon sangat luar biasa pula oleh masyarakat korban bencana, apa lagi pada saat gelaran acara Kenduri Maulid Nabi, kita bersama seluruh masyarakat Kampung Jiem-Jiem makan bersama hidangan gulai kari sapi dan kuah sapi yang merupakan masakan khas dari Pidie Jaya.

Dunia anak-anak adalah Dunia yang Penuh Dengan Warna. InsyaAllah melalui kegiatan melukis bersama mereka kembali ke Dunianya yang penuh dengan warna-warni.

Seluruh bahan hidangan ini merupakan sumbangan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, mulai dari satu ekor sapi, bumbu masak, hingga beras. Senang sekali rasanya saat melihat senyuman seluruh masyarakat pada saat acara kenduri tersebut. Mungkin dikarenakan selama dua minggu sebelumnya mereka hanya mengkonsumsi mie instan dan telur dan juga karena Kenduri Maulid Nabi yang biasa digelar selama tiga bulan merupakan budaya masyarakat di Aceh.

Anak-anak bershalawat yang merupakan rangkaian dari kegiatan Kenduri Maulid Nabi.
Makan bersama Kenduri Maulid Nabi, Direktoran Jenderal Kebudayaan bersama masyarakat Kampung Jiem-Jiem.

Rasa senang dan gembira yang dirasakan oleh anak-anak korban gempa tidak dapat disembunyikan, apa lagi tatkala sedang bermain permainan anak tradisional sambil diguyur hujan yang turun pas sore hari. Alhamdulillah ruh semangat itu telah kembali, sebagaimana harapan kita di Direktorat Jenderal Kebudayaan yang tertuang pada tema Kebudayaan Peduli yakni: “Krue Seumangat, ta Jak Meu’en Jeut Seunang Hatee” yang artinya Tetap Semangat, Ayo Bermain Biar Hati Senang.

Anak-anak korban gempa bumi saat sedang bermain permainan anak tradisonal.
Bioling alias Bioskop Keliling.

Krue Seumangat!!! Salam Kebudayaan!