You are currently viewing Sawahlunto, Kota Tambang Nan Mendunia

Sawahlunto, Kota Tambang Nan Mendunia

Tahukah Sahabat Budaya bahwa Sumatera Barat memiliki cagar budaya warisan dunia?

Usai Perang Paderi berkecamuk, mungkin tak pernah terbayangkan, bahwa hiruk-pikuk industri di dataran Eropa dua abad silam akan membawa peradaban baru bagi sebagian wilayah di Ranah Minang.

Jika sejarah Sawahlunto diabadikan dalam sebuah syair, perkembangan mesin uap dalam balut Revolusi Industri di tanah Eropa adalah larik pertama yang menjadi frasa pembuka. Sejak abad ke-19, lokomotif kereta, kapal, hingga sarana kebutuhan industri mulai menggunakan mesin uap secara masif. Inilah faktor pendorong bagi bangsa Eropa untuk mencari batu bara sebagai bahan bakar hingga ke Indonesia, khususnya Sawahlunto.

Mengapa Sawahlunto?

Dahulu, Sawahlunto adalah desa kecil yang dikelilingi jenggala tak bertuan. Metamorfosis Sawahlunto sebagai sebuah kota tambang dimulai pada medio akhir abad ke-19. Saat itu, Belanda tengah fokus melakukan eksplorasi potensi cadangan tambang batu bara untuk mengurangi ketergantungan impor.

Pada saat eksplorasi inilah ahli geologi Belanda, Willem Hendrik de Grave, menemukan cadangan batu bara di Sawahlunto. Bahkan, menurut laporan de Grave pada tahun 1871, diperkirakan terdapat lebih dari 200 juta ton cadangan “emas hitam” di Sawahlunto.

Inilah mula kisah geliat kehidupan baru di Sawahlunto. Sejak saat itu, Sawahlunto kian berdenyut sebagai kota tambang. Namanya mulai dikenal hingga penjuru Nusantara, bahkan Eropa.

Perkembangan Sawahlunto sebagai kota tambang melahirkan suatu peradaban baru. Seiring dengan eksploitasi batu bara, pembangunan jaringan jalur kereta api dan pelabuhan Teluk Bayur dilakukan sebagai sarana penunjang. Dalam sejarah perkembangan industri di pantai barat Sumatera, kawasan Sumatera Barat mulai memainkan peranan penting.

Kini, satu setengah abad berlalu, Sawahlunto tetap menjaga eksistensi di panggung dunia. Lebih dari 100 objek cagar budaya masih bertahan di tengah sapuan zaman. Lokomotif uap, terowongan kereta api, hingga lubang tambang masih tersisa sebagai wiyata berbilang masa.

Pada tahun 2019 lalu, jejak fisik aktivitas pertambangan batu bara di Sawahlunto memperoleh pengakuan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Inilah warisan budaya kelima di Indonesia, dan pertama di Sumatera, yang diakui dunia.

Pengakuan dunia pada warisan sejarah di Sawahlunto bukanlah akhir dari kisah pelestarian. Justru, pengakuan ini adalah titik awal bagi Indonesia, khususnya Sumatera Barat, untuk merawat dan memanfaatkan warisan ini bagi generasi masa kini dan akan datang.

Mari, kita kunjungi, pelajari, dan lestarikan warisan budaya dunia yang ada di Indonesia.

Salam lestari

#bpcbsumbar #cagarbudaya #sawahlunto