You are currently viewing Kelenteng See Hien Kiong

Kelenteng See Hien Kiong

Kelenteng See Hien Kiong

oleh: Drs. Nurmatias

Kontak budaya antara Minangkabau dengan masyarakat Tionghoa  sudah berlangsung cukup lama. Bukti kontak budaya ini kita bisa lihat dari atribut budaya Tionghoa  dalam khazanah budaya  Minangkabau. Dalam pakaian Minangkabau kita mengenal dengan pakaian guntiang cino (gunting cina) dan pernak-pernik pakaian adat Minangkabau didominasi warna Merah dan kuning merupakan warna khas masyarakat Tionghoa. Belum lagi dengan barang dagang yang dibawa dari daratan Tiongkok ke Minangkabau seperti keramik dan perhiasan. Proses migrasi pendatang Tiongkok, kita bisa lihat pada awalnya di Kota Pariaman.  Dalam data sejarah dan arkeologi awal masuknya pendatang etnis Tionghoa  ke Minangkabau melalui daerah Pariaman.Tapi semenjak tahun 1942 banyak etnis Tionghoa berpindah ke Padang karena masyarakat Pariaman marah kepada etnis Tionghoa yang menyampaikan informasi penyerangan yang dilakukan masyarakat Pariaman kepada Belanda diketahui informasinya oleh Kompeni Belanda. Tapi sebelum insiden pengusiran etnis Tionghoa dari Pariaman, etnis Tionghoa sudah menetap di Padang  seperti di kawasan Muaro dan Pondok.

Dengan masuknya pendatang Tionghoa ke Padang mengakibatkan kebutuhan akan kelenteng sangat dibutuhkan. Pada awalnya kota Padang tidak mempunyai kelenteng sama sekali. Pada waktu itu suku Tjiang dan Tjoan Tjioe datang untuk berniaga (dagang) di kota Padang. Kemudian didirikan kelenteng Kwan Im (Kwan Im Teng) pada tahun 1861 dengan persetujuan Raja Ham Hong Taun Sien Yu. Pada awalnya Kwan Im Teng merupakan bangunan dari kayu, atap dari rumbia/seng. Oleh karena keteledoran pendeta Sae Kong maka terjadilah kebakaran sehingga kelenteng Kwan Im menjadi abu.

Pada masa Lie Goan Hoat menjadi seorang Kapiten bersama dengan Letnan Liem Soen Mo serta Letnan Lie Bian Ek bermufakat untuk membangun kembali kelenteng Kwan Im yang sampai sekarang bernama See Hien Kiong, yang secara harafiah diartikan “Siapa diantara mereka itu yang keliru pikirannya, disanalah tempat ia pergi bertenang, bagi orang yang sakit boleh bertanya obat apa harus diambil, orang berdagang bisa beruntung dan orang dalam negeri memperoleh selamat. Kelenteng dijadikan tempat awal menetap bagi masyarakat Tionghoa yang baru pindah dari Tiongkok. Banyak masyarakat Tionghoa yang menjadikan kelenteng ini batu loncatan untuk sukses. Awalnya mereka tidak ada tempat menetap dan saudara, dengan menetap sementara di Kelenteng sesuai dengan nama See Hien Kiong, mereka berkenalan dengan saudara yang lainnya sehingga menjadi jembatan untuk sukses  dan berkembangnya ekonomi masyarakat Tionghoa diperantauan (Padang).

Halaman klenteng mempunyai dua pintu masuk. Salah satu pintu berhadapan dengan sebuah kolam persegi tepat di tengah halaman. Kolam tersebut mempunyai dua buah patung naga yang saling berhadapan dan dipisahkan oleh sebuah guci besar dan sebuah jembatan yang menghubungkan dengan dua naga tersebut.  Pada bagian depan bangunan induk terdapat dua buah tempat pembakaran hio (perabuan).  Bangunan induk klenteng terbagi dalam tiga ruangan, yaitu ruangan utama berada di tengah dan ruang semedi di sisi kanan serta ruang perkantoran di sisi kiri. Atap dengan dua bangunan ini berbentuk khas cina dengan hiasan naga dengan atap warna merah divariasikan dengan warna kuning keemasan. Diambang pintu terdapat papan nama dengan tulisan cina warna emas yang menggantung pada atap dan seluruh dinding luar penuh dengan hiasan ukiran dan lukisan sebelas naga di sisi atas. Semua ornamen tersebut punya makna dan arti pada masyarakat Tionghoa. Pada tulisan berikutnya kita kupas secara mendalam.

Paska gempa  tahun 2009 kerusakan yang terjadi sekitar 50 %, meliputi plesteran yang berjatuhan, ruang kanan kiri klenteng runtuh, genteng, plafon, ornament dinding. Banyak rencana untuk perbaikan kelenteng tapi belum bisa terealisasi karena terbentur dari sisi regulasi dalam pelaksanaan pemugaran atau revitalisasi, sehingga untuk kegiatan peribadatan dialihkan dengan membuat bangunan semi permanen berbentuk persegi panjang dengan atap dari seng dan dinding terbuat dari terpal, bangunan ini diberi cat kuning dan merah. Bangunan ini berada di sebelah timur kolam.  Sebelah kiri kelenteng lama masyarakat Tionghoa membuat kelenteng baru sehingga perhatian masyarakat Cina tidak fokus terhadap kelenteng lama.

Pada awal tahun 2016 kelenteng ini ambruk akibat hujan dan angin kencang.  Bagian atap kelentang jatuh dan banyak atribut kelenteng yang rusak. Kita berharap dalam proses pelestarian kelenteng dapat diselesaikan dengan sistem gotong royong  dengan semua pemangku kepentingan baik masyarakat, pemerintah pusat, daerah serta akademisi karena proses pengerjaan yang khusus serta biaya yang besar. Dalam proses revitalisasi dan pemugaran harus menggunakan bahan yang harus didatangkan dari negeri Tiongkok dan bahan dasarnya sukar didapat dalam waktu cepat. Mudah-mudahan masalah ini bisa diatasi sehingga kelenteng See Hien Kiong dapat diselamatkan dan dilestarikan sehingga khazanah budaya ini tidak hilang dalam memori kolektif masyarakat.