Kompleks Percandian Padang Roco merupakan salah satu bukti eksistesi Kerajaan Malayu yang berpusat di Dharmasraya (Kabupaten Dharmasraya), sebelum dipindahkan ke pedalaman Sumatera (Saruaso) Kab. Tanah Datar. Keberadaan Candi yang berlatar belakang Hindu/Budha ini berawal dari informasi hasil penelitian terhadap kepurbakalaan DAS Batanghari oleh Verkerk Pistorius pada tahun 1860-an. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Van Stein Callenfels yang hasilnya menguraikan tentang adanya temuan sisa bata di daerah Padang Roco. Dari hasil temuan tersebut pada tahun 1935, F.M. Schnitger melanjutkan penelitian tersebut. Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Puslitarkenas, SPSP Sumbar Riau dan Balar Medan.
Berdasarkan berbagai penelitian tersebut, di kawasan Candi Padang Roco ditemukan adanya parit keliling candi serta temuan keramik dari berbagai masa. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, mengindikasikan bahwa Padang Roco diperkirakan sebagai salah satu pusat Kerajaan Malayu Dharmasraya. Candi ini sudah masuk list Cagar Budaya dengan nomor inventaris 01/BCB-TB/A/18/2007. Pemugaran pada Kompleks Candi dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Sumbar Riau, sekarang bernama BPCB Sumatera Barat Wilayah Kerja Prov. Sumbar, Riau dan Kepri mulai pada tahun 1995/1996 dan 1996/1997.
Kompleks Percandian Padang Roco terdiri dari 3 (tiga) buah bangunan yang berupa 1 (satu) candi induk dan 2 (dua) candi perwara. Selanjutnya disebut candi I (induk), candi II , dan candi III.
Bangunan Candi I terdiri dari konstruksi susunan bata, berdenah bujur sangkar berukuran 21 m x 21 m, dengan tinggi bangunan tersisa 0,9 m. Pintu masuk dan tangga, yang menjadi arah hadap candi terletak pada sisi barat, sehingga bangunan Candi I tersebut berorientasi ke barat daya-timur laut. Pintu masuk/tangga bangunan ini dibuat semacam penampil yang menjorok ke muka sekitar 2,5 m dengan lebar 3,8 m. Pintu masuk tersebut memiliki 5 (lima) buah anak tangga. Pada sisi kiri dan kanan tangga masuk terdapat pipi tangga dengan panjang 2 m dan lebar 0,74 m. Adapun struktur pondasi bangunan candi berupa campuran antara kerikil, kerakal dan batu pasir dengan ketebalan 0,8 m dari lapis bata terbawah. Bagian bangunan yang masih utuh sampai sekarang (asli) adalah bagian kaki candi yang terdiri dari 26 lapis bata di sisi timur laut dan 22 lapis bata di sisi barat laut. Hal ini menunjukan bahwa dinding bata sisi timur laut relatif masih utuh jika dibandingkan dengan struktur sisi lainnya.
Candi II merupakan candi yang terbuat dari konstruksi susunan bata, berdenah bujur sangkar dengan ukuran 4,4 m x 4,4 m. Sedangkan tinggi bangunan yang masih tersisa adalah 1,28 m. Pintu masuk dan tangga yang menjadi orientasi arah hadap candi terletak pada sisi barat, sehingga menjadikan bangunan tersebut berorientasi ke barat daya-timur laut.
Candi III merupakan bangunan berstruktur bata dengan denah bujur sangkar yang terdiri dari 3 (tiga) undukan. Undakan pertama terletak pada bagian paling atas dengan ukuran 2 m x 2 m dengan tinggi bangunan yang masih tersisa terletak di bagian selatan dan terdiri dari 7 lapis bata. Sedangkan Candi IV masih berupa reruntuhan di sudut belakang Candi II.