Dharmasraya Bedah RPJM di BPCB Sumatera Barat
Laporan Dafriansyah Putra (Staf Pokja Pengembangan dan Pemanfaatan)
Kamis, 21 April 2016, Kabupaten Dharmasraya duduk bersama dalam rangka pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dengan pendekatan kepada bidang kebudayaan. Kegiatan yang digelar di Ruang Rapat Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat itu dihadiri Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, Balai Arkeologi Sumatera Utara, Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, Disdikbud Provinsi Sumatera Barat, Bappeda Dharmasraya, Dinas Budaya Pariwisata Dharmasraya, serta Perkumpulan (LSM) Peduli Dharmasraya.
Dalam sambutannya, Nurmatias selaku kepala BPCB Sumatera Barat mengungkapkan rasa optimis dalam upaya pelestarian Cagar Budaya di Dharmasraya. Bahasan dari berbagai sisi di bidang kebudayaan ini hendaknya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan RPJM Dharmasraya. Harapannya, akan muncul gagasan yang bisa diterapkan untuk pendidikan atau pun muatan lokal di Dharmasraya.
“Selama ini kita bekerja secara parsial. Namun jika bersinergi, kita akan keroyok bersama untuk menghasilkan sebuah media dan wahana dalam pengembangan kebudayaan dan pendidikan anak bangsa,” ungkap rang piaman itu.
Hastho Kuncoro, dari Bappeda Dharmasraya menjelaskan bahwa Kabupaten Dharmasraya mulai tahun ini berkomitmen untuk membangun potensi Cagar Budaya, bahkan menjadikan Cagar Budaya sebagai identitas Dharmasraya. Senada dengan hal tersebut, Pandong dari LSM Peduli Dharmasraya mengungkapkan, dalam upaya memperkuat identitas Kabupaten Dharmasraya perlu dilakukan pembinaan kehidupan adat dan agama, pelestarian warisan budaya dan pengelolaan khazanah budaya sebagai landasan pembangunan Kabupaten Dharmasraya.
Dalam kesempatannya, Baskoro D. Thahyono yang juga merupakan Kepala Balai Arkeologi Sumatera Utara memaparkan adanya program baru dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, yakni pengembangan Rumah Peradaban. Situs-situs yang memiliki keunggulan dan penting dapat dikembangkan dalam Rumah Peradaban. Rumah Peradaban akan menjadi sarana berinteraksi antara peneliti dengan masyarakat termasuk anak-anak sekolah.
Langkah yang dilakukan Kabupaten Dharmasyara ini pun diapresiasi penuh oleh Titit Lestari dari BNPB Sumatera Barat.
“Tidak banyak kabupaten yang berkoordinasi dengan UPT pusat dan daerah dalam penyusunan kebijakan pembangunan. Ini adalah momen penting bagaimana membangunan sinergitas kegiatan kebudayaan,” sebut Kasubag TU BNPB Sumatera Barat itu.
Selanjutnya, ia menjelaskan perlu adanya komitmen bersama dalam pembangunan kebudayaan, karena selama ini kebanyakan pemerintah daerah dirasa kurang memiliki perhatian penuh terhadap kebudayaan.
Zusneli Zubir, yang juga seorang peneliti dari BPNB Sumatera Barat turut menilai, dahulunya Dharmasraya merupakan kerajaan besar yang membuatan perjalanan sejarah Minangkabau. Selain itu, Dharmasraya memiliki hubungan dagang pedalaman Sumatera ke daerah bagian Timur, hubungan dengan kerajaan Pagaruyung, bahkan menjadi salah satu jalur perjalanan PDRI sebelum ke Abai yang selama ini jarang disinggung. Ia meyakini, kekayaan sejarah yang dimiliki Kabupaten beribukotakan Pulau Punjung itu akan menjadi modal penting dalam pembangunan kebudayaan.
Teguh Hidayat selaku Kepala Seksi Pelindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB Sumatera Barat menjabarkan bahwa Dharmasraya sejatinya memiliki tinggalan-tinggalan yang bernilai tinggi, terutama di selingkung DAS Batanghari. Namun amat disayangkan, terdapat beberapa pekerjaan rumah dari pemerintah dan pemerintah daerah yang belum diselesaikan, terutama di Kompleks Candi Pulau Sawah. Entah itu dalam hal pengamanan, pemeliharaan, partisipasi masyarakat, dsb.
Adapun kegiatan diskusi ini melahirkan beberapa poin penting: terjalinnya kerjasama dalam pembangunan kebudayaan, perlunya pembuatan rencana induk kawasan kebudayaan secara utuh dengan prioritas pada kawasan kebudayaan terpadu, serta pengembangan kebudayaan yang dilakukan nantinya akan diintegrasikan dengan pendidikan.