You are currently viewing Sharing a Maritime Past in the Spices Sea : Kuliah Tamu Prof. Antonio dari Universitas Macau

Sharing a Maritime Past in the Spices Sea : Kuliah Tamu Prof. Antonio dari Universitas Macau

History is not matter of believe, I believe on document (Prof. Antonio)

Kutipan tersebut merupakan sepenggal jawaban atas pertanyaan yang disampaikan oleh peserta kuliah tamu, jawaban yang disampaikan menurut fakta dan data sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik oleh Prof.  Antonio Vasconcelos de Saldanha, Ph.D yang berasal dari Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Macau. Kedatangannya ke Maluku Utara merupakan sesuatu yang penting bagi dunia sejarah dan pendidikan, karena dia datang tidak hanya untuk memberikan kuliah yang dikhususkan kepada generasi muda tetapi juga menyerahkan berbagai dokumen yang sesungguhnya sangat perlu dimiliki oleh pihak yang berhak yaitu Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore.  Kuliah tamu dan tanya jawab berlangsung selama 2 jam pada hari Rabu, 11 April 2018 bertempat di Aula Nuku Lantai 4 Gedung Rektorat Universitas Khairun.

Paparannya yang berjudul Sharing a Maritime Past in the Spices Sea : a Reconsideration of the Cultural Heritage of the Maluku Based on Portuguese Sources an Materials on Ternate and Tidore ini memuat banyak gambar dan surat kuno yang terkait dengan kerajaan-kerajaan besar di Maluku. Diawali dengan berbagai kesamaan yang sebenarnya sudah terangkai sejak lama, dia menyatakan bahwa kesamaan masa lalu yang saling berkaitan tersebut harus dibagikan ke hadapan publik.

Kekayaan nusantara terutama rempah yang mendunia, membuat Bangsa Eropa bersaing untuk mendapatkan rempah yang memang terbukti berkualitas dan memiliki beragam khasiat. Dari satu hal inilah, segalanya mulai berkembang. Bagaimana strategi, diplomasi dan negosiasi mulai dilancarkan oleh Bangsa Eropa untuk memuluskan keinginan mereka. Beberapa surat yang ditampilkan oleh Prof. Antonio sebagian besar merupakan surat tulisan tangan yang dibuat oleh Sultan Ternate maupun Tidore bahkan ada surat yang menandakan koalisi antara Tidore dan Jailolo yang intinya meminta bantuan kepada bangsa asing. Ia pun menambahkan, Portugis yang pada masa itu handal membaca situasi, tentunya sudah mengetahui besarnya potensi konflik yang ada pada 4 kerajaan besar di Maluku, dengan senang hati menawarkan kekuatan untuk melindungi kerajaan yang meminta untuk dilindungi. Tentu saja penawaran ini adalah sebuah bagian apik dari strategi yang mereka rancang.

Prof. Antonio juga mengapresiasi hasil pemugaran salah satu benteng yang dia lihat dalam kunjungan kali ini, yaitu Benteng Torre di Tidore. Di akhir acara, Prof. Antonio menyerahkan sebuah salinan yang sudah dialih bahasakan ke Bahasa Inggris, berisi catatan tentang kondisi setelah pembunuhan Sultan Khairun yang ditulis sejaman pada masa tersebut kepada Sultan Ternate.

Penyerahan dokumen dari Prof. Antonio ke Sultan Ternate setelah kuliah tamu usai. Dokumen ini merupakan bukti yang sangat penting untuk dipelajari.