You are currently viewing Jelajah Cagar Budaya di akhir pekan
Panitia, Peserta dan Guru Pendamping berfoto bersama sesaat setelah kegiatan usai

Jelajah Cagar Budaya di akhir pekan

Jelajah Cagar Budaya yang diselenggarakan oleh BPCB Maluku Utara adalah jelajah perdana yang difokuskan di Benteng Oranje. Jelajah kali ini menyasar kalangan murid SMP dan SMA disertai satu orang guru pendamping dari tiap sekolah. Panitia dari BPCB Maluku Utara tentunya tidak sendiri dalam melaksanakan kegiatan ini, karena menggandeng komunitas yaitu THS (Ternate Heritage Society) dan 1000 guru Malut yang peduli akan budaya dan pendidikan di Ternate dan Maluku Utara.

Salah satu pos di bagian tenggara Benteng Oranje Bastion Groot Bolwerck

Konsep jelajah sengaja dibuat menarik agar para siswa merasa tertantang untuk lebih mengenal Benteng Oranje. Siswa yang sudah dicampur dari berbagai sekolah dimasukkan dalam sebuah tim dan memegang peta jelajah yang harus diselesaikan dengan mendatangi tiap-tiap pos yang ada. Tiap pos dijaga oleh perwakilan BPCB Maluku Utara yang bertugas memberikan materi ringan sebagai perkenalan tentang Benteng Oranje dan perwakilan komunitas memberikan permainan yang menguji keterampilan dan kekompakan tim dalam waktu yang terbatas.

rekan dari komunitas 1000 guru malut dan THS yang memberi penjelasan mengenai Benteng Oranje

“Coba sebutkan nama-nama bastion yang ada di Benteng Oranje!”, seru salah seorang panitia kepada murid SMA yang masuk ke posnya. “Susah kakak”, kurang lebih begitulah respon mayoritas para murid. “Karena kalian sudah ikut jelajah, yuk tambah pengetahuan kalian setidaknya bisa lebih paham lagi tentang bagian-bagian di benteng ini.  Di sudut tenggara itu bastion groot bolwerck, selanjutnya bastion zee bolwerck, di bastion ini namanya gilolo, dan sudut satu lagi yaitu reaal”, penjelasan salah seorang pegawai BPCB Maluku Utara. Para murid pun patuh, ada yang langsung mengambil buku dan mencatat yang telah didengar agar tidak kelupaan. Ada pula yang berbicara tanpa suara mencoba mengulang yang telah disebutkan panitia sebelumnya, berharap istilah yang menurut mereka susah sekali untuk dirapalkan mampu melekat lama di kepala.