Pohon sagu adalah salah satu tanaman yang keberadaannya memberi banyak manfaat. Produknya tidak hanya dapat menjadi alternatif makanan pokok tapi ada juga bagian lainnya yang dapat dimanfaatkan, misalnya daun yang dianyam menjadi rumbia. Lainnya yang akan dibahas lebih lanjut adalah pelepah sagu, yang oleh masyarakat Indonesia Timur disebut gaba-gaba.
Gaba-gaba, sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari bagian hidup masyarakat tidak hanya di masa kini tetapi juga di masa lalu. Hal ini terkait dengan tulisan sebelumnya (http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbmalut/2017/04/23/studi-teknis-pemugaran-masjid-wapauwe/), sebuah bukti dari masa lalu mengenai penggunaan gaba-gaba menjadi atap di sebuah masjid hingga sekarang.
Penggunaan gaba-gaba tidak hanya terkait dengan tradisi memanfaatkan kekayaan lokal tapi juga tradisi turun-temurun penggunaan gaba-gaba sebagai salah satu unsur struktur bangunan. Terdapat beberapa hal unik dalam pemilihan gaba-gaba sebelum digunakan.
Salah satu indikator untuk melihat gaba-gaba berkualitas dapat dilihat dari kondisi pohon sagu tersebut. Pohon sagu yang berduri banyak tidak akan digunakan karena pelepahnya menjadi berongga dan menjadi makanan rayap nantinya. Secara kasat mata, salah seorang warga Kaitetu menjelaskan bahwa gaba-gaba yang baik itu jika sudah tua dan berwarna gelap. Sebelum dipotong sesuai ukuran yang diinginkan, gaba-gaba harus dijemur kurang lebih selama 2 minggu dan dibersihkan menggunakan lap kering.