You are currently viewing Studi Teknis Pemugaran Masjid Wapauwe
Masjid Wapauwe dari arah barat daya. Pada foto ini tampak sekali bahwa atap rumbia nya sudah lama dan harus segera diganti.

Studi Teknis Pemugaran Masjid Wapauwe

Masjid Wapauwe merupakan salah satu masjid tertua di Pulau Ambon yang terletak di Negeri Kaitetu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Didirikan pada tahun 1414 oleh seorang penyebar agama Islam yakni Perdana Jamilu. Salah satu ciri khas yang ada di masjid ini ialah penggunaan gaba-gaba (pelepah sagu) dan rumbia sebagai atapnya. Selain itu terdapat keunikan pada struktur bangunan, apabila dilihat dari jauh maka bangunan ini terlihat miring. Kemiringan pada Masjid Wapauwe ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Tidak menutup kemungkinan miringnya bangunan ini dikarenakan struktur tanah di sekitar masjid yang tidak stabil.

Kemiringan bangunan ini bila dilihat secara seksama ternyata nampak pada bagian kubah yang tidak simetris dengan bentuk masjid. Masjid selalu dibangun menghadap ke arah barat (kiblat), akan tetapi pada bagian kubah-nya yang berbentuk persegi ini miring dan menghadap agak ke kiri (sekitar 250­­­­0 ke arah barat daya). Kemiringan kubah ini berasal dari miringnya 4 tiang utama pada masjid ini. Menurut Bapak Yus Iha selaku juru pelihara, kemiringan dari 4 tiang utama dari Masjid ini sudah sejak pertama kali pindah ke Desa Kaitetu.

Sebagai salah satu masjid tertua dan memiliki ciri yang menarik, sudah tentu kelestarian di masjid ini perlu diperhatikan. Terdapat laporan dari masyarakat yang mengatakan bahwa terdapat kerusakan yang terjadi di masjid beratap rumbia ini. Kegiatan studi teknis pemugaran Masjid Wapauwe yang dilaksanakan oleh 6 orang dari BPCB Maluku Utara telah dilaksanakan pada tanggal 07-14 April 2017. Kegiatan ini dilaksanakan guna mengetahui kerusakan yang terjadi dan akibat yang ditimbulkan dari kerusakan tersebut sehingga dapat direncanakan pelestarian dan menghitung perencanaan kebutuhan yang diperlukan dalam pemugaran.

Tim Studi Teknis sedang melakukan rapat di bagian serambi Masjid Wapauwe. Rapat ini membahas mengenai data yang sudah didapat selama kegiatan dan strategi untuk menyelesaikan tugas masing-masing karena waktu pelaksanaan yang terbatas.

Selain itu juga masjid ini masih menyimpan Mushaf Alquran, yang tertua adalah Mushaf Imam Muhammad Arikulapessy yang selesai ditulis tangan pada tahun 1550 dan tanpa iluminasi (hiasan pinggir). Sedangkan Mushaf lainnya adalah Mushaf Nur Cahya yang selesai ditulis pada tahun 1590 dan juga tanpa iluminasi serta ditulis tangan pada kertas produk Eropa. Selain Alquran, terdapat pula benda lainnya seperti timbangan zakat, tongkat khotbah, alat pembakaran kemenyan, lampu-lampu, dll.

Ini adalah anak timbangan dengan berat 2,5 kg yang terbuat dari campuran batu dan kapur. Satu anak timbangan ini sama dengan satu zakat di masa lalu yang bisa dibayarkan menggunakan hasil bumi seperti sagu maupun rempah.