Konservasi Benteng Nassau merupakan kegiatan konservasi bangunan Cagar Budaya pertama kali yang pernah dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Ternate. Agar kegiatan ini berjalan lancar, BPCB Ternate membutuhkan ahli konservasi yang lebih berpengalaman. Oleh karena itu, BPCB Ternate mendatangkan dua orang konservator dari Balai Konservasi Borobudur untuk membantu konservasi bangunan benteng Belanda tersebut.
Ari Swastika dan Wahyudi adalah staf konservator Balai Konservasi Borobudur yang sangat berpengalaman dalam bidang konservasi bangunan Cagar Budaya khususnya bangunan batu. Para konservator ini membantu mengarahkan pekerjaan konservasi yang dilakukan oleh 11 personil dari BPCB Ternate. Kepala BPCB Ternate, Bapak Laode Muhammad Aksa, juga ikut mengawasi kegiatan ini. Serta Penanggung Jawab Kelompok Kerja Pemeliharaan, Muliani, menjadi ketua tim konservasi ini. Selain itu kegiatan ini juga melibatkan beberapa orang juru pelihara Cagar Budaya di Neira, beserta beberapa tenaga lokal dari masyarakat sekitar.
Pada tahap pertama konservasi, Ari Swastika memberikan intruksi takaran bahan kimia herbisida yang digunakan. “Untuk membunuh lumut dan rumput, zat paraquat diklorida dan glisofat masing-masing sebanyak 100 ml dilarutkan kedalam 10 liter air.” terangnya. Ari Swastika melanjutkan, untuk larutan yang akan diinjeksikan ke pohon-pohon besar menggunakan takaran yang lebih banyak yaitu 200 ml tiap zatnya dalam 10 liter air. “Tapi jangan sampai dosis zat kimia ini melebihi 500 ml, zat-zat ini beracun bagi lingkungan dan manusia.” lanjut Ari Swastika menerangkan. Memang, paraquat diklorida dan glisofat ini dapat mencemari lingkungan dan membahayakan bagi kesehatan manusia (iritasi kulit akut, gangguan saraf pusat, bahkan kematian) jika digunakan dalam dosis yang berlebihan. “Namun akumulasi dari dosis kecil pun bisa berbahaya, oleh karena itu penggunaan zat-zat kimia ini perlu dibatasi, juga dalam menggunakannya kita harus memakai pakaian pelindung dan masker.” imbau Ari Swastika.
Alat dan bahan yang digunakan dalam Konservasi Benteng Nassau (kiri). Ari Swastika (baju ungu) sedang mengarahkan proses pencampuran zat kimia herbisida (kanan).
Tujuan konservasi ini memang hanya untuk membunuh tumbuh-tumbuhan yang membahayakan bangunan Benteng Nassau. Akar lumut dan rumput yang melekat pada tembok dan struktur benteng dapat mengakibatkan pelapukan pada tembok tersebut. Akar pohon besar yang tumbuh disekitar benteng dapat merusak pondasi dari bawah tanah. Oleh sebab itu, tumbuh-tumbuhan ini perlu dimatikan, agar tidak merusak bangunan Benteng Nassau.
Selain mengarahkan kegiatan konservasi, para konservator ini juga mengambil sampel bahan dari beberapa bagian bangunan Benteng Nassau. Sampel itu kemudian dianalisa kandungannya di laboratorium milik Balai Konservasi Borobudur. Hasil analisa itu menunjukkan, bahan bangunan yang digunakan pada Benteng Nassau diantaranya, batu bata, batu karang, dan batu kapur, yang direkatkan dengan perekat campuran pasir dan kapur bubuk. Pengetahuan tentang bahan bangunan benteng ini sangat membantu dalam kegiatan pemugaran Benteng Nassau yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.