Masjid Kyai Gede, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah

0
6580

Sejarah Singkat Masjid Kyai Gede Kotawaringin Lama
Masjid Kyai Gede Tempo Dulu

Sejarah singkat Masjid Kyai Gede Kotawaringin Lama sampai saat ini masih simpang siur, sebelum kita masuk dalam pembahasan sejarah singkat bangunan tersebut, sebaiknya kita mengetahui letak secara administrasi dari bangunan masjid. Masjid Kyai Gede berda di Desa Kotawaringin Hulu, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Bangunan masjid didominasi dengan bahan kayu baik dari lantai hingga atap bangunan. Luas masjid 16×16 meter (256 m2) dan terdiri dari 36 tiang penyangga, 4 di antaranya merupakan tiang utama (saka guru) yang berada di tengah ruangan. Khusus untuk tiang saka guru yang berdiri di atas umpak kayu, memiliki ukiran menyerupai kelopak bunga teratai. Teknik dalam penyambungan kayu satu dengan yang lain tidak menggunakan paku besi melainkan menggunakan paku yang terbuat dari kayu (pasak). Seperti masjid kuna pada umumnya, masjid Kyai Gede juga memiliki mihrab, mimbar, dan bedug. Dilihat dari segi arsitekturnya, masjid ini memiliki percampuran seni bangun yaitu, ciri arsitektur bangunan masjid di Jawa yang terlihat dari bentuk atap tumpang dan menggunakan atap limas bersusun tiga yang terbentuk segitiga sama kaki, ciri arsitektur Kalimantan dengan bahan kayu ulin bertipe bangunan panggung (rumah panggung), dan arsitektur Cina dimana cara meletakkan bedug digantung di serambi (Sulaiman, 2014).

Kegiatan yang telah dilakukan oleh BPCB Samarinda antara lain Dokumentasi (2010) dan Kajian Potensi Cagar Budaya (2012). Selain itu ada kegiatan berupa pemugaran dengan APBN telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Program Pengelolaan Kekayaan Budaya, sebanyak VI tahap; I) tahun 1980/1981 bagian turap, II) tahun 1981/1982 bagian turap, III) tahun 1982/1983 bagian fisik, IV) tahun 1983/1984 bagian fisik/penataan, V) tahun 1984/1985 bagian fisik, VI) tahun 1985/1986 bagian turap (Awan, 2008).

Sejarah singkat Masjid Kyai Gede Kotawaringin Lama, menurut Sulaiman (2014), masjid ini dibangun pada tahun 1632 Masehi, pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah (1650-1678 M), raja ke-4 dari Kesultanan Banjarmasin. Nama Kyai Gede diambil dari nama seorang ulama yang telah berjasa besar dalam penyebaran agama Islam di Pulau Kalimantan khususnya di wilayah Kotawaringin. Ulama tersebut adalah Kyai Gede, seorang ulama asal Jawa yang diutus oleh Kesultanan Demak untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Kalimantan. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Kyai Gede adalah salah seorang pembesar dan panglima Kerajaan Demak pada masa pemerintahan Adipati Unus. Kedatangan Kyai Gede tersebut disambut baik oleh Sultan Mustain Billah yang kemudian ditugaskan untuk meyebarkan agama Islam di wilayah Kotawaringin, sekaligus membawa misi untuk merintis kesultanan baru di wilayah ini. Berkat jasa-jasanya yang besar dalam menyebarkan Islam dan membangun wilayah Kotawaringin, Sultan Mustain Billah kemudian menganugerahkan jabatan kepada Kyai Gede sebagai Adipati di Kotawaringin dengan pangkat Patih Hamengkubumi dan bergelar Adipati Gede Ing Kotawaringin.

Masjid Kyai Gede Saat iniMasyarakat di wilayah ini masih menjadikan Masjid Kyai Gede sebagai tonggak perjuangan dan dakwah Islamiyah. Kegiatan berupa ibadah rutin maupun yang berkaitan dengan sosial masyarakat masih berlangsung hingga saat ini.