Peningkatan Wawasan, Pengetahuan, dan Kemampuan Tentang Konservasi Keramik dan Gerabah Tinggalan Bawah Air

0
784

Balai Konservasi Borobudur (BKB) mengadakan workshop Konservasi Keramik dan Gerabah pada tanggal 11 s.d 15 September 2017 di Balai Konservasi Borobudur, Magelang. BPCB Kalimantan Timur mengirimkan staf-nya yaitu Sdri Jely Nurita, S.Si untuk mengikuti workshop konservasi keramik dan gerabah.

Pembukaan Workshop Konservasi Keramik dan Gerabah Tinggalan Bawah Air

Hasil yang diperoleh dari workshop tersebut, yaitu:

  1. Kegiatan workshop dilaksanakan untuk mempublikasikan hasil kajian yang telah dilakukan tentang konservasi keramik dan gerabah tinggalan bawah air oleh BKB. Tidak hanya teori saja, tetapi juga praktek pengerjaannya, sehingga Pelestari Cagar Budaya dari beberapa UPT memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang didapat untuk kepentingan konservasi keramik dan gerabah tinggalan bawah air didaerah masing-masing.
  2. Konservasi yang dilakukan berkaitan dengan semua kegiatan untuk menyelamatkan artefak keramik tinggalan bawah air. Secara khusus, konservasi mempunyai 2 fungsi utama, yaitu preservasi dan restorasi. Tujuan dari preservasi adalah untuk menstabilkan, mempertahankan dari kerusakan dan kerapuhan serta kemunduran dari sifat-sifat yang terkandung secara fisik dari artefak. Biasanya disertai dengan usaha untuk menyesuaikan artefak dengan lingkungan baru. Sedangkan tujuan dari restorasi adalah mengembalikan artefak sesuai dengan bentuk aslinya atau sesuai dengan bentuk ketika awal mula dibuat. Restorasi disertai dengan modifikasi materi untuk mengganti struktur atau bagian dari artefak yang hilang.
  3. Pemberian beberapa materi, diantaranya:
    • Kebijakan Konservasi Cagar Budaya oleh Drs. Marsis Sutopo, M. Si. Dari materi ini diharapkan peserta memahami Kebijakan Konservasi Cagar Budaya di Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
    • Pengantar Ilmu Keramik oleh Dra. Ekowati Sundari. Dari materi ini diharapka peserta memahami ilmu keramik, meliputi sejarah keramik, bahan baku, dan proses pembuatan keramik;
    • Jenis dan Tipologi Keramik di Indonesia oleh Dra. Ekowati Sundari. Dari materi ini diharapkan peserta memahami jenis dan tipe keramik serta periodisasi keramik yang mencirikan dinasti tertentu yang ditemukan di Indonesia;
    • Pengantar Konservasi Keramik oleh Ita Yulita, S. Si, M. Hum. Dari materi ini diharapkan peserta memahami jenis kerusakan dan pelapukan pada keramik dan cara penanganannya;
    • Pendataan dan Penyimpanan Keramik oleh Ari Swastikawati, S. Si, M. A. Materi ini diharapkan peserta memahami cara mendata keramik serta menyimpan keramik yang tepat dan tidak merusak.
  4. Kunjungan ke tempat pembuatan keramik/gerabah di Desa Karang Anyar, Magelang untuk mengetahui proses pembuatan keramik/gerabah dan bahan yang digunakan.
  5. Peserta melakukan praktek di laboratorium dengan tujuan memahami konservasi yang meliputi pembersihan garam terlarut, pembersihan garam tidak terlarut, dan endapan karang serta penyambungan keramik dan gerabah dengan bahan reversible. Kemudian peserta melakukan diskusi hasil praktek yang telah dilakukan untuk memahami kekurangan dan kelebihan setiap bahan yang dipakai untuk konservasi keramik dan gerabah.

 

Kunjungan ke Tempat Pembuatan Keramik dan Gerabah

Dalam praktek, dilakukan metode konservasi yaitu:

a. Pembersihan karang pada permukaan keramik bawah air

Untuk penghilangan endapan karang dilakukan dengan larutan jenuh CO2. Larutan jenuh CO2 ini didapatkan dengan cara mengalirkan gas CO2 secara terus menerus ke dalam aquades (H2O) dalam bak penampungan. Dengan cara ini diharapkan akan terjadi penurunan pH karena reaksi antara CO2 dan H2O akan membentuk asam lemah H2CO3 (asam karbonat). Setelah itu keramik yang permukaannya masih ditutupi endapan karang dimasukkan ke dalam bak penampungan.  Asam karbonat inilah yang diharapkan akan dapat menguraikan endapan karang sehingga endapan karang yang lunak akan dapat terlepas sedangkan endapan karang yang keras dapat menjadi lunak.

Proses Pembersihan Endapan Karang dengan Larutan CO2

b. Penyambungan keramik/gerabah menggunakan anchor dengan pelarut air

Penyambungan keramik/gerabah yang pecah menggunakan beberapa bahan perekat yang reversible. Dipilihnya bahan perekat yang reversible agar ketika terjadi kesalahan penyambungan dapat dilepas kembali. Bahan yang dipakai untuk menyambung keramik/gerabah yaitu anchor. Untuk membuat perekat dengan anchor adalah sebagai berikut :

  • Campurkan anchor dengan air lalu dipanaskan sambil diaduk;
  • Setelah menyatu selanjutnya didinginkan dan diaduk sampai mengental;
  • Setelah mengental berarti anchor sudah dapat digunakan sebagai perekat;
  • Jika perekat mulai mengeras dapat dipanaskan untuk mencairkan kembali.

Perekat dapat langsung diaplikasikan untuk menyambung pecahan fragmen keramik/gerabah. Penyambungang  dilakukan secara bertahap yaitu setelah sambungan antar fragmen mengering, baru dilakukan penyambungan untuk fragmen berikutnya. Untuk menyangga agar selama proses pengeringan sambungan tidak bergeser digunakan malam (wax).

Permukaan keramik/gerabah yang akan disambung memiliki luasan yang kecil dan tipis, maka agar sambungan menjadi lebih kuat, perbandingan antara anchor dengan air dibuat besar. Untuk keramik jenis porselin, bahan perekat dibuat dengan perbandingan 1:1 karena bahan perekat hanya akan menempel di permukaan sambungan sehingga dibuat yang lebih kental. Sedangkan untuk keramik/gerabah yang memiliki porositas yang besar, bahan perekat dibuat dengan perbandingan 1 : 2 agar lebih encer sehingga dapat meresap ke pori-pori keramik/gerabah yang akan menjadikan daya rekatnya menjadi lebih besar.

Anchor yang telah Mengental

c. Penambalan bagian yang hilang

Penambalan bagian (fragmen) keramik ini menggunakan bahan yang tidak mengalami kembang susut. Pemilihan bahan ini dimaksudkan agar ketika telah mengering tidak mengalami penyusutan karena kehilangan air, yang dapat menyebabkan retak di batas bagian yang ditambal. Karena itu dipilih gips maupun campuran gips dan semen putih. Selain itu untuk membuat cetakan pada bagian yang akan ditambal digunakan malam (wax). Cara kerjanya yaitu :

  • Buat cetakan pada bagian yang utuh, selanjutnya cetakan dipasang pada bagian yang akan ditambal;
  • Campurkan gips atau gips dan semen putih dengan air secukupnya sampai membentuk pasta, yang selanjutnya langsung diaplikasikan pada bagian yang akan ditambal;
  • Setelah tambalan kering selanjutnya dihaluskan permukaannya dengan pisau yang tajam.
    Proses Penambalan

    Presentasi Hasil Praktek Masing-masing Kelompok