Orang-orang Bugis sangat terkenal dengan pelaut, pedagang dan prajurit yang handal. Sebagai pelaut mereka mampu membuat dan mengemudikan kapal yang dapat diandalkan untuk mengarungi perairan indonesia bahkan keluar negeri. Sebagai pedagang mereka dikenal sangat ulet dan mampu berdagang di berbagai wilayah Indonesia dan sebagai orang Bugis banyak dimanfaatkan sebagai prajurit diberbagai kerajaan.
Kemampuan ini menjadikan orang-orang Bugis menyebar ke berbagai wilayah Indonesia sampai ke semenanjung Malaya. Demikian juga dengan kerajaan-kerajaan di wilayah Kalimantan Timur, diantaranya Kerajaan Sedurangas. Penyebaran ini memberikan pengaruh yang kuat baik dari sisi ekonomi, sosial, dan budaya. Hubungan orang-orang bugis dengan kerajaan Sedurangas antara lain sebagai berikut :
A. Konflik/ peperangan
Konflik ini terjadi antara kerajaan Sedurangas dengan orang- orang bugis Panekki yang dipimpin oleh Andi Mappanyukki pada masa pemerintahan Panembahan Adam adab 17 M. Dikisahkan bahwa konflik terjadi karena lamaran Andi Mappanyukki terhadap Aji Rainah, putri dari Panembahan Adam ditolak dengan alasan Aji Rainah masih terlalu kecil untuk menikah. Penolakan ini tidak bisa diterima oleh Andi Mappanyuki dan menyerang kerajaan Sadurangas. Meski pada akhirnya serangan Andi Mappanyuki berhasik dikalahkan tetapi akibat dari hal ini Panembahan Adam meninggal dunia karena bunuh diri beserta seluruh keluarganya dan tahta kerajaan berpindah ke Aji Geger yang merupakan adik dari Panembahan Adam.
B. Pernikahan
Pernikahan antara putri raja Kerajaan Sedurangas (Aji Moehamad Alamsyah dengan gelar Sultan Sepuh Alamsyah) yaitu Aji Doyah dengan seorang bangsawan dari Bugis Wajo yaitu Petta Seberengkeng atau Andi Seberengreng atau dikenal juga dengan Andi Sibangareng putra dari La Madukkeleng. Pernikahan ini menyebabkan secara geneokologi darah bangsawan Bugis sudah menyatu dengan darah bangsawan kerajaan Sedurangas. Selain pernikahan Aji Doyah dan Petta Sebarengkeng pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Alamsyah 1772-1798 M, terjadi hubungan kekerabatan lainnya dengan Kerajaan Wajo di Sulawesi Selatan. Salah satu putera dari pernikahan tersebut adalah Said Taha Al-Idrus. Hubungan antara kerajaan Wajo (Panneki) pada masa lalu sempat retak karena peperangan (yang dipimpin oleh Andi Mappanyuki). Kerajaan Wajo bermaksud untuk
memperbaiki hubungan tersebut dengan mengirimkan utusan persahabatan yang dipimpin oleh Said Taha Al-Idrus dan Andi Baso. Utusan tersebut diterima dan diadakan perundingan antara da kerajaan yang menghasilkan poin-poin kerjasama.
Sumber: Studi Teknis Istana Paser Balengkong, Kabuopaten Paser 2018, Balai Pelestaria Cagar Budaya Kalimantan Timur.