Ornamen Rumah Banjar

0
9798

Penampilan rumah tradisional Bubungan Tinggi juga ditunjang oleh bentuk-bentuk ornamen berupa ukiran. Penempatan ukiran tersebut biasanya terdapat pada bagian yang konstruktif seperti tiang, tataban, pilis, dan tangga.

Ornamen yang digambarkan adalah motif flora (daun dan bunga). Motif fauna (binatang) seperti pada ujung pilis yang menggambarkan burung enggang dan naga juga distilir dengan motif floral. Di samping itu juga terdapat ukiran bentuk kaligrafi. Kaligrafi Arab merupakan ragam hias yang muncul belakangan yang memperkaya ragam hias suku Banjar. (Museum Lambung Mangkurat – Banjarbaru, “Rumah Tradisional Bubungan Tinggi dan Kelengkapannya”, 1992/1993)

Pola hiasan Rumah Bubungan Tinggi berdasarkan teknik pengerjaannya dibuat dengan 3 teknik pengerjaan yaitu

  1. Teknik ukiran relief. Teknik ukiran relief adalah teknik mengukir dengan cara melubangi sesuai dengan motif yang ingin diwujudkan. Lubang dibuat hingga kedalaman tertentu/separuh tebal bidang yang diukir, biasanya bidang berupa bidang datar atau sisi-sisi bidang. Hasil dari teknik ukiran relief ini dapat dianalogikan bagai gambar satu dimensi;
  2. Teknik ukiran tembus. Teknik ini serupa dengan teknik ukiran relief, namun lubang ukiran dibuat hingga menembus bidang yang diukir. Pembuatan teknik ukiran tembus diawali dengan menggambarkan pola motif di atas bidang yang akan diukir dengan menggunakan cetakan yang terbuat dari kertas. Selanjutnya bidang yang diukir dipotong menggunakan gergaji tembus. Pada tahapan ini motif sudah dapat terlihat, namun belum berbentuk simbolisasi yang utuh. Berikutnya dengan menggunakan peralatan ukir yang menyerupai alat pahat, seluruh permukaan diukir seperti pada saat membuat ukiran relief. Dengan teknik ini ukiran bisa dilihat dari 2 sisi dan menjadikan bentuk terlihat 2 dimensional; dan
  3. Teknik ukiran berupa. Teknik ukiran berupa sebenarnya juga mengukir pada permukaan bidang sebagaimana teknik ukiran relief namun karena bidang yang diukir merata di seluruh permukaan sehingga menyerupai bentuk sepenuhnya dari obyek yang disimbolisasikan. Ukiran ini menjadikan obyek terlihat secara 3 dimensional (Bani, dkk. 2008 : 39 – 41).

Ukiran sebagai sarana penyampaian suatu maksud tentunya diupayakan dengan penyimbolan yang sesuai. Penyimbolan melalui (metode) ukiran ini menciptakan berbagai wujud bentuk yang menjadi ciri khas dari setiap kebudayaan. Dalam setiap kebudayaan simbol yang ingin disampaikan sangat dipengaruhi oleh sejarah pembentukan histori dan kepercayaan (religi). Ukiran dalam arsitektur rumah bubungan tinggi diwujudkan melalui berbagai motif antara lain, motif flora, fauna, unsur kehidupan serta geometris.

  • Motif Flora

Beberapa ukiran motif flora pada rumah bubungan tinggi antara lain bunga melati. Ukiran bunga melati relatif banyak ditemukan dalam ukiran rumah bubungan tinggi. Dalam perwujudannya, bunga melati ditampilkan meliputi seluruh bagiannya, yaitu bagian bunga, bagian daun dan bagian batang. Makna melati diibaratkan bahwa agama islam yang pada waktu itu masih sedikit pengikutnya adalah seperti melati yaitu kendati kecil, mampu memberikan keharuman disekitarnya. Melati dibuat saling  berhubungan yang dimaksudkan agar semua orang di sekitarnya dapat hidup rukun walaupun berbeda agama.

  • Motif Fauna

Motif fauna pada rumah bubungan tinggi biasanya ditempatkan pada bagian atap bangunan. Perwujudan motif fauna dalam arsitektur rumah bubungan tinggi menggunka na teknik pengerjaan ukiran tembus. Motif fauna tersebut merupakan stilirasi dari flora yang digubah sedemikian rupa hingga menampakkan perwujudan hewan yang ingin ditampilkan.

Foto 1. Simbolisasi fauna (ayam jago) dengan elemen flora

  • Motif Geometris

Motif geometris merupakan motif yang mengambil bentuk dasar segi empat, lingkaran, dan segitiga. Dalam rumah bubungan tinggi di desa teluk selong Ulu gambaran motif geometris yang ada berupa Kaligrafi. Pola ini berupa tulisan beraksara Arab. Motif kaligrafi tersebut berisi kalimat mulia seperti Asma Allah, Rosulullah Muhammad SAW serta kalimat sahadat yang menunjukkan pengakuan diri terhadap Allah SWT. Seluruh ukiran kaligrafi dalam rumah bubungan tinggi diletakkan pada bagian ruangan publik atau ruangan yang mudah terlihat. Keletakan ornamen kaligrafi berada pada area yang digunakan untuk menerima tamu tepatnya di dinding pembatas (tawing halat) antara kelompok ruang tamu dengan kelompok ruang hunian. Keletakan ukiran pada dinding pembatas ini jelas dimaksudkan untuk menjadi point of interest bagi setiap tamu yang berkunjung.

Foto 2. Ornamen kaligrafi pada rumah bubungan tinggi