Migrasi Para Penutur Bahasa dan Budaya Austronesia di Kalimantan

0
3602

Migrasi Para Penutur Bahasa dan Budaya Austronesia di Kalimantan

Migrasi Para Penutur Bahasa dan Budaya Austronesia di Kalimantan, berawal pada Kala Plestosen tidak hanya terjadi pada hewan tetapi juga manusia. Manusia harus menyesuaikan diri dengan kondis yang berubah-ubah dan menghindari bencana. Adanya migrasi manusia diduga dari persebaran temuan fosil manusia prasejarah a. Pithecanthropus dalam beberapa spesies di Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Asia Timur, Afrika (Timur dan Utara) serta Eropa (Tengah dan Selatan); b. Homo Neanderthalensis di Eropa Asia Barat dan Afrika Utara; serta c. Homo Sapiens yang melahirkan ras manusia sebagaiaman yang kita kenal sekarang yaitu Mongoloid, Kaukasid, Negrid, Austromelanesid dan Khoisanid (Soejono). Berbagai benda hasil budaya yang mencerminkan kehidupan sosial masa itu seperti penggunaan alat-alat yng terbuat dari tulang dan batu, penggunaan gerabah untuk keperluan sehari-hari maupun ritual, sistem penguburan, dan lain lain  menunjukkan kemiripan meski letaknya berjauhan dan terpisah perairan. Kesamaan bahasa diantara penduduk di berbagai wilayah Asia Tenggara, Indonesia, Filipina, Taiwan pulau-pulau di Pasifik hingga kepulauan Fiji seta madagaskar di pantai timur Afrika, yang pernah menjadi satu daratan akibat kejadian geologis di masa lalu dan diduga merupakan pendukung budaya tersebut di atas, juga menimbulkan tanda tanya tersendiri.

Kajian multidisipliner kemudian dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait migrasi, kesamaan bahasa dan tinggalan budaya, serta proses menyertainya. Penelitian dilakukan antara lain melalui pendekatan linguistik dan kajian arkeologi, antropologi, paleontropologi, paleogeografi dan genetika.

Pendapat para ahli berkenaan dengan migrasi beserta jalur yang mungkin dilalui oleh penutur bahasa Austronesia menegaskan pulau Kalimantan yang penting sebagai wilayah lintasan. Posisi sebagai persimpangan jalur migrasi yang membawa globalisasi masa itu, meninggalkan jejak budaya prasejarah diberbagai situs arkeologi, utamanya di kawasan karst yang secara alami mampu melindungi tulang belulang manusia maupun hewan karena tanah, batu, kapur tidak bersifat asam.

Alam pulau Kalimantan pun mengakomodasi berbagai aktivitas migrasi yang terjadi sejak masa prasejarah hingga masa- masa kemudian. selama ribuan tahun kekayaan alamnya dimanfaatkan  oleh manusia untuk menjadi tempat tinggal bersama kelompoknya masing-masing. Ketersediaan sumber pangan dan bahan baku pembuatan alat-alat serta perlindungan diri menjadi pertimbangan manusia untuk tinggal. Sungai-sungai dengan percabangan terbanyak menyediakan sumber-sumber makanan berlimpah, bukan hanya jenis ikan tetapi juga berbagai spesies kerang dan hewan air lainnya. Keberadaan sungai juga memudahkan pergerakan manusia untuk melakukan komunikasi antar kelompok yang berbeda, mencari bahan kebutuhan yang lain yang tidak ditemukan disekitar tempat tinggal mereka, atau berpindah lokasi karena berbagai sebab.