Masjid Jami Kesultanan Sambas

0
3930

Masjid Jami Kesultanan Sambas merupakan salah satu masjid tertua di Kalimantan Barat, secara administratif terletak di Jl. Istana, Kecamatan Sambas, Kota Sambas. Dibangun oleh Sultan Umar Aqomuddin I (1708-1732M) yang pada awalnya difungsikan sebagai kediaman pribadinya, kemudian berubah fungsi menjadi mushola. Berdasarkan sejarahnya, masjid ini pernah direnovasi oleh Sultan Muhammad Saifuddin II putra dari Sultan Aqomuddin dan kemudian dikembangkan menjadi masjid jami yang diresmikan pada tanggal 10 Oktober 1885 atau tepatnya tanggal 1 Muharram 1303 berdasarkan penanggalan Islam.

Bangunan masjid berukuran 22 x 22 m, berdiri di atas lahan seluas 60 x 40 m. Konstruksinya terbuat dari kayu belian. Bangunan masjid terdiri dari ruang utama, serambi dan menara. Ukuran serambi berbentuk persegi panjang dengan empat anak tangga. Atap serambi bertingkat dua yang terdiri dari atap rata dan atap segitiga. Di atas atap rata terdapat dinding untuk menyangga atap kedua yang memiliki hiasan berupa ukiran garis lurus dengan motif bunga di bagian atas dan bawah. Pada dinding depannya terdapat tulisan Arab yang di atasnya terdapat bidang segitiga dengan bagian pinggirnya terdapat hiasan dan puncak terdapat motif sulur yang menyerupai mahkota.

Hiasan dinding depan masjid

Untuk masuk ke ruang utama terdapat dua pintu berbentuk segi empat dengan lengkung diatasnya. Pada sisi kiri dan kanan kedua pintu tersebut terdapat masing-masing empat jendela berbentuk persegi empat dengan relung di atas jendela yang hanya terdiri dari satu daun jendela dari kaca. Selain itu terdapat juga pintu disisi utara yang terbuat dari besi dengan dua daun pinu. Pintu tersebut berukuran tinggi hanya 1/3 dinding serambi dan di kanan kirinya masing-masing terdapat lima jendela tanpa daun jendela berbentuk persegi panjang dan bagian atasnya berupa lengkungan. Sedangkan pada sisi timur dan barat masing-masing mempunyai empat jendela yang sama dengan jendela utara.

Bagian dalam masjid

Pada ruang utama terdapat tiang, mihrab dan mimbar. Tiang tengah bagian dalam berjumlah delapan, yang bermakna pendirinya adalah Sultan ke-8. Mihrab terdapat pada dinding sisi barat yang menjorok keluar. Mihrab ini menjadi satu bagian dengan ruang utama, tetapi memiliki atap sendiri. Atap mihrab berbentuk tingkat dua, diantara atap satu dengan atap dua terdapat dinding dengan lubang angin berbentuk bulat. Atap teratas berbentuk seperti kerucut dengan mustaka diatasnya. Di dalam mihrab terdapat mimbar kecil dan jam.

Profil atap masjid
Atap puncak mihrab dan mustaka
Mihrab
Mimbar

Pada sisi timur ruang utama terdapat ruang kecil bertingkat dua. Untuk masuk ke ruangan ini terapat tiga anak tangga yang terbuat dari batu, sedangkan untuk naik ke lantai duanya terdapat tangga yang terbuat dari kayu, pintunya berbentuk persegi panjang dan terbuat dari papan dengan satu daun pintu, serta lubang angin di atasnya. Jendela terdapat di barat pintu dan sisi timur ruangan, di atas semua jendela terdapat lubang angina berbentuk persegi panjang. Tingkat dua ruangan tersebut difungsikan sebagai ruangan untuk mengaji dan mengajarkan ajaran-ajaran agama Islam. Pada bagian belakang masjid terdapat sebuah bejana kuno yang dahulu dijadikan tempat sultan mandi atau bersuci. Masjid ini memiliki dua menara yang berada disamping kiri dan kanan bangunan mihrab masjid.

Lantai 2 Masjid
Menara

Dari luar masjid, warna kuning terlihat begitu mendominasi bangunan ini. Warna kuning seperti menjadi identitas dari warna kesultanan. Struktur kokoh bangunan masjid ini terletak di samping Muara Ulakkan, muara yang mempertemukan Sungai Sambas Besar, Sungai Sambas Kecil dan Sungai Teberau. Hal ini menjadi bukti transportasi utama ketika itu masih menggunakan kapal. Dari sisi interior, Masjid Jami Sambas menghadirkan desain yang elegan dengan perpaduan arsitektur gaya Arab, Belanda dan Melayu. Konon dari masjid inilah ajaran agama Islam menyebar luas hingga ke seluruh wilayah Sambas.