Kesultanan Bulungan adalah salah satu kerajaan Islam di Nusantara yang berkuasa di wilayah Kalimantan bagian utara, meliputi daerah yang kini masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan, hingga Sabah Malaysia.
Kerajaan Bulungan diperkirakan muncul pada pertengahan abad ke-16 M. Bermula dari adanya legenda masyarakat Dayak Kayan, yang menyebutkan adanya seorang penguasa dari Brunei Darussalam, bernama Datuk Mencang, yang tersesat di wilayah Bulungan, tempat tinggal orang-orang Dayak Kayan. Datuk Mencang kemudian menikah dengan seorang perempuan Dayak Kayan bernama Asung Luwan. Ia kemudian mendirikan sebuah pemerintahan di daerah Bulungan. Datuk Mencang menjadi penguasa pertama di sana sejak tahun 1555 sampai 1594. Tidak diketahui pasti apakah Datuk Mencang telah memeluk agama Islam atau belum. Namun yang pasti, beberapa penguasa Bulungan setelahnya memakai nama yang cenderung bernuansa Hindu. Baru pada abad ke-18, para penguasa Bulungan menggunakan gelar sultan, yang menandakan Bulungan telah berubah menjadi kerajaan bercorak Islam.
Raja pertama yang memeluk Islam adalah Wira Amir, yang memerintah sejak 1731, tetapi baru masuk Islam pada 1777 dan mengganti namanya menjadi Aji Muhammad. Sejak saat itulah Bulungan berubah menjadi Kesultanan dan Aji Muhammad mendapat gelar Sultan Amiril Mukminin. Ia memerintah Kesultanan Bulungan hingga tahun 1817, pada usia mencapai 86 tahun. Kesultanan Bulungan tidak memiliki kekuatan militer yang kuat, sehingga beberapa kali dikuasai oleh kerajaan lain, seperti oleh Kesultanan Berau di Kalimantan Timur, Kesultanan Sulu di Filipina, hingga Belanda ketika datang ke Kalimantan.