Kesenian dan Kebudayaan di Kota Samarinda

0
6021

Kesenian di Kota Samarinda

Jenis-jenis kesenian yang hidup dan berkembang di suatu tempat tertentu biasanya tidak dapat dipisahkan dari kelompok masyarakat (etnic group) yang menjadi pewaris dan sekaligus pemelihara kesenian tersebut. Kesenian yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat Kota Samarinda pun dapat dipelajari dari etnic group yang menjadi pewarisnya, yakni suku Bugis, suku Banjar, suku Kutai dan suku Jawa yang berasal dari warisan sub kebudayaan keempat etnic group tersebut. Jenis-jenis kesenian yang cukup terkenal di Kota Samarinda diantaranya adalah mamanda, Orkes Melayu dan Orkes Gambus. Pada masa modern sekarang ini kesenian tradisional mulai terpinggirkan oleh kesenian modern. Bahkan mungkin, hanya sedikit generasi muda yang tahu mengenai kesenian tradisional ini.

Kebudayaan di Kota Samarinda

Sungai adalah saksi bagaimana sejarah peradaban tercipta. Karena pertimbangan aliran sungailah, orang-orang bugis Wajo dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona hijrah dari kerajaan Gowa ke daerah kerajaan Kutai menetap sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) sebagai pemukiman baru mereka. Inilah cikal bakal kota Samarinda dan awal mula diperkenalkan nama Samarenda/Samarinda, yang pada akhirnya berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda nomor: 1 tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi ditetapkan sebagai hari jadi Kota Samarinda pada tanggal 21 Januari 1668 M.

Sungai Karang Mumus salah satu anak Sungai Mahakam yang membelah kota Samarinda ke arah utara. Sungai Mahakam sendiri merupakan sungai terpanjang di Indonesia, setelah sungai Barito. Anak sungai Karang Mumus merupakan sarana transportasi penting dalam menggerakkan sektor ekonomi, sosial dan budaya serta akses menuju kota-kota lainnya di Kalimantan Timur. Karena itu di sekitaran Kawasan karang mumus sarat akan peninggalan bangunan-bangunan kuno bersejarah.