Inventarisasi dan Dokumentasi Kabuapten Penajam Paser Utara, Prov Kalimantan Timur
Kegiatan dilaksanakan oleh 4 (empat) orang staf Balai Pelestarian Cagar Budaya yang diketuai oleh Triza Galih Gumilang,. S,T dan anggota Andi Sultra Handayani., S.S, Dwi Sumaiyyah Makmur., S.S, Muhammad Rizqi. Tim juga didampingi oleh Ibu Yuli Setiyowati., S.IP Kasubbid. Pelestarian Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Penajam Paser Utara dan Penggiat Budaya Faul Samara., S.Pd.,Gr.
Akan dilakukan Inventarisasi dan Doumentasi di Kabupaten Penajam Paser Utara pada Makam Keluarga Kerajaan Paser, Masjid Tua Al-Ula, Alat Musik Tradisional Upacara Kerajaan, Meriam Jepang dan Bunker di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Melakukan koordinasi dengan Kasubbid. Pelestarian Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berupa penyampaian maksud kegiatan yaitu melakukan inventarisasi dan dokumentasi pada Makam Keluarga Kerajaan Paser, Masjid Tua Al-Ula, Alat Musik Tradisional yang digunakan dalam Upacara Kerajaan, Meriam Jepang dan Bunker di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Ibu Yuli Setiyowati selaku Kasubbid. Pelestarian Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Penajam Paser Utara menyambut baik hal tersebut, dan akan ikut untuk mendampingi tim dan memfasilitasi selama kegiatan berlangsung. Beliau juga menunjuk Faul Smara (penggiat budaya) untuk ikut dalam tim.
Berdasarkan informasi dari Ibu Yuli Setiyowati dan Faul, diperoleh data bahwa di Kabupaten Penajam Paser Utara terdapat Makam Keluarga Kerajaan Paser, Masjid Tua Al-Ula, Alat Musik Tradisional Upacara Kerajaan yang berumur ratusan tahun. Makam Keluarga Kerajaan Paser berada di Kecamatan Waru, Masjid Tua Al-Ula di Kecamatan, sedangkan Meriam Jepang dan Bunker berada di Kecamatan Penajam.
Di hari pertama (23 April 2018), tim langsung melakukan survei terhadap Meriam Jepang yang ada di Jl. Kapao, Gunung Seteleng, Kecamatan Penajam. Meriam Jepang sudah ada sejak Jepang mengambil alih wilayah Balikpapan dan sekitarnya dari Belanda. Berdasarkan informasi dari Bapak Ardianyah pemilik lahan berdirinya meriam saat ini, dikatakan dahulunya ditempat tersebut terdapat tiga meriam namun, satu diantaranya diambil oleh kodam Balikpapan dan satu lagi habis diambil oleh pemulung besi. Saat ini kondisi meriam dalam keadaan terawat dengan cat baru berwarna hijau army oleh kodam Penajam Paser Utara. Setelah itu, tim melanjutkan pendokumentasian pada meriam dengan menggambar detail bentuk dan tata letak, deskripsi lingkungan dan deskripsi Meriam.
Bangunan kedua yang dikunjungi adalah Masjid Tua Al-Ula yang ada di Kelurahan Nenang, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara. Melihat kondisi saat ini, hanya tersisa rangka dan atap yang terbuat dari kayu ulin dan tidak memungkinkan untuk dikakukan pendokumentasian secara menyeluruh. Lokasi yang lembab dan tergenang air pada bagian kolong, dan pelapukan kayu mengakibatkan hanya dapat didokumentasikan secara umum dan pengambilan foto untuk data pembandingan. Menurut Bapak Otong Jamaluddin sebagai satu-satunya saksi yang ikut mendesain masjid Al-Ula memberikan keterangan bahwa lokasi sesungguhnya bangunan tersebut beradi tepi sungai Nenang namun dipindahkan karena lokasi yang rawan banjir.
Di hari kedua (24 April 2018), tim melanjutkan kegiatan inventarisasi dan pendokumentasian dengan melakukan pengukuran dan penggambaran detail bagian bangunan, dan pola hias pada Makam Keluarga Kerajaan Paser di Sungai Tunan, Kecamatan Waru. Terdapat beberapa makam yang berangka tahun 1132 hijriah, 1359 hijriah, 1381 hijria, 1367 hijriah dan 1321 hijriah, namun dari keseluruhan makam yang ada hanya ada dua makam yang diketahui keluarga kerajaan paser. Beliau diutus untuk menjadi pemimpin sekaligus pengawas pajak di cabang anak sungai yang ada di wilayah kerajaan Paser saat itu. Lokasi pemakaman keluarga kerajaan saat ini menjadi pemakaman umum bagi warga sekitar Kelurahan Waru.
Di hari ketiga (25 April 2018), kegiatan inventarisasi dan dokumentasi dilanjutkan ke lokasi Alat Musik Tradisional yang digunakan dalam Upacara Kerajaan, di Kelurahan Sepan, Kecamatan Penajam sekitar 1 jam perjalanan dari pusat kota. Alat musik yang berusia hampir 2 abad lamanya merupakan warisan dari kakek buyut Bapak Mungang. Pada masa Kerajaan Paser, buyut dari Bapak Mungang menjadi mulung (pemimpin upacara) saat pesta panen dilaksanakan. Ritual atau Upacara yang disebut Belian biasanya membawakan Tari Arang Jewata sebagai ucapan terima kasih pagi para pemberi rezeki. Alat musiknya terdiri dari Gamelan (Kalon Tangin), Gong (Agong), Gendang Kecil (Lumba) dan Gendang (Tino).
Tim melanjutkan mencari literatur tentang keberadaan Makam yang ada di Tunan, Kecamatan Waru, Meriam yang ada di Jl. Kapao, Gunung Seteleng, Kecamatan Penajam, Makam Keluarga Kerajaan Paser yang ada di Sungai Tunan dan Sungai Sesule, Kecamatan Waru dan Masjid Al-Ula di Kelurahan Nenang, Kecamatan Penajam di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Penajam Paser Utara.
Hari keempat (26 April 2018), tim melakukan inventarisasi dan dokumentasi pada Bunker yang diduga tinggalan Jepang di Kelurahan Penajam, Kecamatan Penajam. Kondisi Bunker yang tenggelam dengan lumpur membuanya susah dalam pengumpulan data terkait dimensi bentuk. Aksesibiliitas juga membuat kesulitan untuk sampai di lokasi Bunker, karena harus menunggu air laut surut dan melewati lumpur ditengah pohon bakau.
Tim kemudian melanjutkan inventarisasi dan dokumentasi pada Kompleks makam keluarga Aji Raden. Keberadaan Aji Raden dikenal sebagai orang yang diperintah oleh Kesultanan Paser untuk memimpin wilayah Sesulu yang saat ini berada di administrasi Jl. Bahari atau Jl. Tambang, Kelurahan Sesulu, Kecamatan Waru. Terdapat beberapa makam pada kompleks tersebur yang memiliki peranan penting bagi Kerajaan Paser saat itu. Dikisahkan bahwa orang pertama yang merintis wilayah Sesulu adalah Anden Oko, namun setelah pengasingan yang dilakukan oleh Belanda ke Palembang didaerah Pulau Pinang kemudian digantikanlah oleh Aji Raden anak kandung dari Aden Oko. Saat ini makam yang ada dilokasi tersebut adalah Aji Raden, istri beliau (Putri dari Kerajaan Mandar Sulawesi Barat), anak-anak Aji Raden, Ibu, Mertua Aji Raden dan beberapa pengikut Aji Raden.
Tim kemudian melakukan wawancara kepada cucu Aji Raden yang saat ini masih hidup yang bernama Abdul Rahman usia 75 tahun. Beliau menjelaskan tentang kedudukan Aji Raden di wilayah tersebut dan menerangkan tentang silsil keturunannya.
Hari kelima (27 April 2018), tim melakukan kroscek data yang telah dikumpulkan selama empat hari kegiatan. Kemudian tim berpamitan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Penajam Paser Utara sekaligus laporan singkat terkait hasil yang telah diperoleh selama kegiatan Inventarisasi dan Dokumentasi di Penajam Paser Utara. Kedatangan Media Kaltim Post Biro Kabupaten Penajam Paser Utara untuk mengetahui kegiatan Inventarisasi dan Dokumentasi melalui wawancara dengan tim.