Ini Manfaatnya Jika Unesco Akui Karst Sangkulirang Mangkalihat

0
1714

 

suyud-winarno_20151026_203834TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Daerah dan masyarakat setempat akan mendapat manfaat besar apabila karts Sangkulirang-Mangkalihat di Kalimantan Timur berhasil terpilih oleh Unesco sebagai warisan alam dan cagar budaya dunia.
“Yang pasti, pertama kita akan bangga karena warisan budaya kita dikenal dunia. Wisatawan lalu akan berbondong-bondong datang ke Sangkulirang, yang pada gilirannya masyarakat tersejahterakan dan daerah dapat pemasukan,” kata Suyud Winarno di sela FGD Sosialisasi Hasil Delineasi Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat di Samarinda, Senin (26/10/2015).
Ia mengakui tidak sedikit pejabat daerah yang masih bertanya-tanya apa manfaatnya mengurusi situs semacam ini. Mantan Asisten Deputi Urusan Kebudayaan Kemenko Kesra itu selama belasan tahun ini aktif mengawal pengusulan situs-situs Indonesia menjadi warisan budaya (the world heritage) ke Unesco.
Kompleks Candi Prambanan misalnya, yang ditetapkan oleh Unesco sebagai cagar budaya tahun 1991. Sebelum itu, wisatawan yang berkunjung hanya sekitar 1 juta per tahun. Tapi setelah diakui Unesco, jutaan orang berbondong-bondong. Kini sekitar 3,5 juta wisatawan. “Ini baik bagi promosi pariwisata,” jelasnya.
Manfaat lain, dunia akan turut menjaga keberadaan dan pelestariannya. Contoh, Candi Borobudur. Unesco ternyata tetap membantu pemugarannnya saat candi budha terbesar di dunia itu rusak karena dibom oleh orang Indonesia, tahun 1985. Padahal, baru dua tahun candi tersebut selesai dipugar oleh Unesco.
“Kita tentu malu. Yang ngebom orang Indonesia sendiri. Tapi Unesco tetap komitmen untuk bantu perbaikan lagi.”
Menurut Suyud, pencapaian Sangkulirang-Mangkalihat saat ini dalam proses pengusulan di Unesco terbilang cepat. Hanya dalam waktu sekitar dua tahun sudah berada di nomor teratas daftar sementara usulan cagar budaya Unesco. Sebagai perbandingan, Lanskap Budaya Bali saja memerlukan waktu 12 tahun baru diakui. Tana Toraja sudah 12 tahun, hingga kini belum juga diakui.

Kepulauan aja Empat Papua sudah diusulkan tahun 2005. “Tapi hingga kini ya gitu-gitu saha karena surutnya komitmen pemda untuk mengawal. Manakala pemda tidak concern ya sama saja bohong. Mentok lagi. Akan tertinggal dari daerah lain,” tuturnya.

“Apa yang sudah dilakukan BPCB Samarinda luar biasa. Tinggal bagaimana kemudian pemda dan pusat lebih bersinergi menyiapkan semua dokumen terkait dan kondisi di lapangan. Di sinilah peran penting pemda untuk terlibat aktif menjaga situs itu sekaligus mengembangkannya sebagai destinasi wisata,” kata Suyud.

Ia berharap dari kegiatan ini akan ada rekomendasi siapa melakukan apa. Masing-masing SKPD di daerah akan kembali dengan gambaran yang jelas, membawa rencana aksi atau program. Mulai PU, Bappeda, Pariwisata, Kehutanan, BLH, bupati, gubernur dan lainnya. Dengan sinergi yang kuat itu, ia meyakini kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat ini dapat lebih cepat untuk diakui.

Kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat luasnya mencapai 1,8 juta hektare. Terbentang di dua kabupaten di Kalimantan Timur, yakni Berau dan Kutai Timur. Namun yang diusulkan ke Unesco oleh Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda I Made Kusumajaya hanya 105 hektare saja, dan terbatas hanya pada cagar budaya, tidak termasuk cagar alam.
Dalam beberapa kali pertemuan sebelumnya, sempat ada yang meminta agar luasan keseluruhan itu yang diusulkan.

Namun, timbul pertanyaan, apakah kita mampu menjaganya. Sebagai perbandingan, TRFS (Tropical Rain Forest Sumatra) yang sempat diakui oleh Unesco tahun 20014, kini diturunkan statusnya dalam dangerous list. Rupanya, karena saking luasnya kawasan — meliputi tiga taman nasional yakni TN Kerinci Sebelat, TN Gunung Leuser, dan TN Bukit Barisan) — pemda setempat tidak mampu menjaganya. Aksi perambahan hutan masih terjadi, pembuhan satwa liar juga terjadi terus.

Menurut penelitian The Nature Conservancy (TNC), secara langsung maupun tidak langsung karst menopang lebih dari 100 ribu jiwa yang tinggal di 111 kampung yang tersebar di 13 kecamatan dan 2 kabupaten. Kawasan Karst di Kabupaten Berau terbentang dari hulu yaitu Kecamatan Kelay, Biatan, Talisayan, Batu putih dan Kecamatan Biduk-biduk.

Meliputi G. Kulat yang berada diperbatasan antara Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur, G. Nyapa, G. Tondoyan, G. Marang, G. Gergaji, G. Beriun, G. Tutanumbo sampai ke G. Sekerat dan gunung-gunung batu kecil lainnya. Sedangkan di Kabupaten Kutai Timur, kawasan karst ini terbentang dari kawasan hulu yaitu Kecamatan Kombeng, Bengalon, Karangan, Kaubun, Sandaran, Sangkulirang dan Kecamatan Kaliorang.

TNC dan mitra telah berhasil mengidentifikasi 120 jenis burung, 200 jenis serangga dan antropoda dengan 1 jenis kecoa raksasa, 400 jenis flora dan 50 jenis ikan. Termasuk diantaranya juga beberapa jenis baru yaitu ikan Nemacheilus marang dan kalacemeti Sarax sangkulirangensis sp. nov., dan Sarax mardua sp. nov. Pada tahun 2008, 2009 dan 2011 tim yang melakukan survey di Gunung Beriun, berhasil mengindentifikasikan kawasan itu sebagai habitat utama orangutan.(bin)