Lingkungan Gua Hunian Karst Sangkulirang Mangkalihat

0
1546

Karst merupakan istilah yang memiliki pengertian suatu bentangalam, yang secara khusus berkembang pada batuan karbonat akibat adanya proses karstifikasi (pelarutan) selama ruang dan waktu geologi yang tersedia. Proses pelarutan pada batuan inilah yang menyebabkan terbentuknya gua-gua karst yang menjadi bagian dalam proses kehidupan manusia prasejarah. Persebaran gua-gua tersebut secara tidak langsung ditentukan oleh keberadaan bukit-bukit karst. Semakin padat keberadaan bukit karst di suatu tempat, maka semakin banyak pula gua-gua di daerah tersebut. Dilihat dari keletakannya, sebagian besar gua terletak di lereng bawah (kaki bukit), tebing (lereng tengah), dan puncak (lereng atas).

Kawasan karst merupakan perpaduan antara bentangalam berbatuan karbonat dan bentangbudaya yang spesifik. Untuk menyoroti kawasan karst, perlu mempertimbangkan semua aspek yang saling terintegrasi. Upaya menyoroti fenomena arkeologis melalui sudut pandang ilmu-ilmu kebumian merupakan salah satu langkah integrasi yang dimaksud. Ilmu Geomorfologi merupakan salah satu studi yang mempelajari tentang bentuklahan sebagai objek materialnya dan juga  proses terbentuknya (Huggett, 2007: 3). Sedangkan Sunarto (2004: 20) mendefinisikan bentuklahan sebagai kenampakan permukaan bumi yang terjadi akibat genesa tertentu sehingga menimbulkan bentukan khas yang mencirikan beberapa sifat fisik material akibat proses alami yang dominan dan dapat dikaitkan dengan struktur tertentu dalam perkembangannya.

Potensi Hunian Di Karst Sangkulirang Mangkalihat

Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat terletak di Provinsi Kalimantan Timur. Kawasan seluas 1,8 juta hektar ini membentang di wilayah 2 Kabupaten, Kutai Timur dan Berau. Selama ini, penelitian yang dilakukan di Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat lebih bersifat eksploratif (penjajakan). Berdasarkan data survei yang pernah dilakukan, diketahui bahwa disamping lukisan, pada gua-gua tersebut juga ditemukan berbagai artefak dan ekofak, yang diperkirakan berasal dari masa 4000 tahun yang lalu. Hasil temuan berupa data akeologis tersebut, tersebar di berbagai gua di pegunungan karst, baik di Kawasan Karst Gunung Gergaji, Kawasan Karst Gunung Tutunambo, Kawasan Karst Gunung Pengadan, Kawasan Karst Gunung Tabalar di Kabupaten Kutai Timur, maupun Kawasan Karst Gunung Kulat di Kabupaten Berau. Berdasarkan aspek budayanya, gua-gua yang terdapat di Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat berpotensi sebagai situs hunian. Hal ini dapat dilihat dari adanya tinggalan arkeologis berupa lukisan gua, fragmen gerabah, artefak batu, serta artefak tulang. Selain itu juga didukung adanya kenampakan bentangalam berupa sungai, rawa, hutan, pegunungan kapur.

Faktor lingkungan alam menjadi salah satu yang dipertimbangkan dalam memilih lokasi hunian gua. Ini menjadi penting karena dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya, manusia sangat tergantung pada kondisi lingkungandan juga alam di sekitarnya. Demikian juga dengan faktor daya dukung alam (carrying capacity) yang berkaitan dengan berbagai bahan kebutuhan, baik untuk kebutuhan makanan, artefak atau ekofak. (Atmoko, 2014: 4). Faktor ini antara lain dapat diukur dari lokasi gua dan jaraknya terhadap sumber-sumber bahan. Kebanyakan lokasi gua hunian prasejarah terletak dekat sumber air yang secara tidak langsung menyediakan akses ke berbagai sumber bahan.

Faktor-faktor lain yang penting dipertimbangkan adalah kelayakan penghunian (occupation feasibility). Faktor ini berkaitan dengan morfologi dan dimensi gua, sirkulasi udara, intensitas cahaya, kelembaban gua, kerataan dan kekeringan sedimen permukaan gua, dan kelonggaran untuk bergerak. Indikasi lain berupa temuan arkeologis di lantai gua. Semakin banyak data arkeologi yang ditemukan, baik berupa artefak, ekofak, dan fitur, maka gua tersebut semakin berpotensi sebagai situs arkeologi (Yuwono, 2004: 7-9).

Dari data yang berhasil dikumpulkan, terdapat kurang lebih 40 gua yang teridentifikasi sebagai gua arkeologis. Sebagian besar gua tersebut digunakan sebagai sarana untuk melakukan ritual atau upacara yang merupakan situs bergambar berupa lukisan gua. Selain situs bergambar juga terdapa situs penguburan dan beberapa situs yang terindikasi sebagai lokasi hunian, seperti Gua Tengkorak, Ceruk Lungun dan Gua Tebo.