Masjid Jami Adji Amir Hasanoeddin, Tenggarong, Kalimantan Timur
Masjid Jami Adji Amir Hasanoeddin, Tenggaring, Kutai Katranegara merupakan sebuah masjid bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh menghiasi Kota Tenggarong. Konon posisi awal dari masjid berada di ujung muara sungai Tenggarong di belakang langgar annur tanjung. Namun dalam peperangan dengan inggris hancur terbakar. Masjid tersebut dibangun pada tahun 1874 M oleh Raja Sultan Sulaiman yang merupakan sultan ke-17 dari 19 Raja yang memerintah di kerajaan Kutai antara tahun 1850- 1899 m. Awalnya masjid ini berupa musala kecil, namun kemudian di tahun 1930 diubah menjadi masjid dalam ukuran besar. Saat itu kerajaan Kutai diperintah oleh Sultan Adji Muhammad Parikesit (1920-1959 M). pembangunan tahap pertama untuk dilaksanak saat kerajaan dipegang oleh Sultan Sulaiman sedangkan pada tahap kedua dilanjutkan oleh cucunya Sultan Adji Muhammad Parikesit saat itu pembangunan masjid diprakarsai oleh menteri kerajaan yang bernama Adji Amir Hasanoeddin dengan gelar Haji Adji Pangeran Sosronegoro. Nama menteri inilah yang kemudian diabadikan menjadi nama masjid. Dalam ruangan masjid terdapat 16 tiang kayu ulin yang besar, konon kayu ini awalnya akan digunakan untuk adat ritual Kutai yaitu menduduskan yang artinya permandian putra mahkota Adji Penggeuk, namun sayangnya raja tersebut meninggal dunia. Akhirnya 16 tiang itu digunakan bagi proses pembuatan masjid.
Koleksi yang tersimpan pada masjid adalah mimbar, soko guru dan meara. Corak bangunan masjid tersebut menyerupai rumah tradisional Kalimantan Timur. Terlihat dari atap tumpang tiga dengan kemuncak bentuk limasan. Setiap tingkatan dilengkapi dengan ventilasi yamg beragam.