Pengenalan “ Situs Manusia Prasejarah Karst Sangkulirang Mangkalihat ”  yang pernah di Temukan di Kalimantan Timur dan dinominasikan sebagai Word Heritage

0
2753

Pengenalan “ Situs Manusia Prasejarah Karst Sangkulirang Mangkalihat ”  yang pernah di Temukan di Kalimantan Timur dan dinominasikan sebagai Word Heritage

 

Oleh : Nur Ahmad Syarif

 

 

Abstrak

 

            Indonesia di kenal dengan banyak Pulau dan hampir tak terhitung jumlahnya, termasuk Pulau-pulau kecil yang di garis luar peta indonesia. Salah satunya adalah Pulau Kalimantan yang sering di kenal dengan sebutan Borneo, pulau Kalimantan juga termasuk salah satu pintu Melayu di mana berbatasan langsung dengan negara Malaysia dan Brunei Darussalam yang terkenal kental dengan ethnis Melayu. Dalam beberapa tahun ini Kalimantan Khususnya kalimantan Timur menjadi sorotan Dunia dengan adanya penemuan situs Manusia Prasejarah tepatnya Karst Sangkulirang Mangkalihat. Dan penemuan tersebut membawa dampak terutama di lingkungan sekitar.

 

  1. Pendahuluan

 

Dengan adanya Karst ini kedepanya bisa membawa nama Indonesia menjadi di kenal dunia khususnya Kalimantan Timur. Karst Sangkulirang Mangkalihat terbentang luas dengan bebatuan yang memiliki ciri khas sendiri dengan yang lain. Terdapat Goa dan Ceruk yang setiap lokasi atau Goa tersebut mempunyai ciri berbeda-beda antara Goa satu dengan Goa  lainya. Medan yang berat untuk menuju lokasi Goa memberi tantangan bagi peneliti yang saat ini masih di lakukan baik dari dalam maupun luar negeri.

Foto  1.Hutan Membentang Luas di Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat.

Dengan adanya kawasan ini di perlukan kerjasama yang baik antara pihak yang terkait, baik pemerintah pusat yang di wakili Balai Pelestarian Cagar Budaya dan Pemerintah Daerah setempat Kabupaten Kutain Timur, serta warga yang termasuk dalam Cagar Budaya Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat. Dan yang terpenting adalah pemetakan mana yang menjadi  kawasan  Cagar  Budaya

dan di lindungi agar bisa terkontrol dengan baik. Selama ini kalimantan di kenal dengan banyak berbagai perusahan baik tambang Batu Bara maupun Perkebunan kelapa sawit.

Bentang Hutan yang sangat luas memberikan kebanggaan tersendiri kepada warga Indonesia yang terkenal dengan paru parunya dunia, tapi kebanggaan tersebut akan punah dengan sendirinya bila sebagai warga yang seharusnya melindungi dan melestarikan Hutan dan berbuat sebaliknya yakni merusak lingkungan. Dengan berbagai cara pemerintah maupun pemerintah kabupaten setempat tidak berhenti memberikan arahan dan penyuluhan terhadap penduduk, itu dinilai sangat penting karena hutan sebagai warisa anak cucu yang akan datang.

 

  1. Peluang sebagai Word Heritage

 

Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat sangat berpotensi sebagai sebagai Word Heritage. Dengan dinominasikan sebagai Word Heritage tentu menjadi identitas baru terhadap budaya lokal yang ada di Indonesia Khususnya di daerah kalimantan Timur, untuk itu perlu dukungan yang maksimal untuk mewujudkan identitas tersebut.



Dari  banyaknya nominasi  situs ini layak diperhitungkan mengingat luasnya kawasan Karst yang terbentang dari Kabupaten Kutai Timur sampai Kabupaten Berau Kalimantan Timur dan satu-satunya di Kalimantan Timur.

Mgmp Guru Sejarah di beri kesempatan untuk mengikuti kegiatan memperkenalkan situs manusia Prasejarah yang di fasilitasi BPCB wilayah kalimantan Timur, kesempatan ini tidak kami sia-siakan karna bisa menambah Ilmu dan menambah Pengetahuan yang mana kegiatan ini juga berhubungan langsung dengan Pelajaran Sejarah yang ada di tingkat Sekolah Menengah Atas, di samping itu bisa menularkan Ilmu pengetahuan yang di dapat dalam kegiatan yang menurut kami sangat luar biasa dan belum tentu di peroleh Guru Mata pelajaran lain. Anak didik di Sekolah Menengah Atas tentu tidak semua mengetahui situs bersejarah yang ada di daerah masing-masing apalagi ini menyangkut kebudayaan lokal, bagi anak usia sekolah mungkin pelajaran yang menyangkut budaya maupun sejarah peninggalan masa lalu tidak menarik, siswa atau anak didik sekarang lebih senang dengan pesona-pesona yang di nilai modern.

Melihat pernyataan di atas kami sebagai Guru Sejarah prihatin dan paling tidak bisa menularkan pengetahuan yang pernah di pelajari dalam kegiatan diatas.

 

Goa Tewet

Goa Tewet adalah Goa pertama yang kami kunjungi dengan perjalanan dengan Rute yang lumayan berat bagi kami yang masih pemula termasuk Ibu Guru Sejarah. Diawali dengan perjalanan dari Ibu Kota kabupaten Kutai Timur naik kendaraan roda empat menuju Goa Tewet, jalan yang kami lalui belum terlalu mulus untuk standar jalan Provinsi karena masih banyak jalan yang berlobang baik sisi kiri dan kanan, kondisi seperti ini sebaiknya juga menjadi perhatian yang serius dari pihak yang berwenang.

Kembali ke perjalanan menuju lokasi Goa Tewet tentu tidak semudah seperti angan-angan kami, dengan menggunakan roda emapt menyusuri jalan sepanjang puluhan kilo meter tentunya kami juga melihat suasana sepanjang perjalanan yang menurut kami juga penting karena dilihat dari keadaan lingkungan sepanjang rute jalan yang kami lewati antara Sangatta dengan Kecamatan Bengalon banyak Perusahaan yang mengeruk kekayaan Alam yang ada di kabupaten Kutai Timur, yang terlihat sebagian Hutan sudah berubah menjadi lahan tandus yang seakan tak berujung luasnya, keadaan seperti ini bisa mengkhawatirkan termasuk Hutan di kawasan Kutai Timur jika tidak ada pengawasan dari pemerintah setempat bisa jadi bekas tambang batu bara yang menganga membentuk kolam raksasa bisa membahayakan terutama bila terjadi longsor maupun banjir bandang disertai lumpur sisa-sisa dari tambang.

Setelah sampai di Hamburbatu Kecamatan bengalon dalam perjalan kurang lebih 3 jam, kemudian masih melanjutkan perjalan dengan menggunakan perahu kecil yang di kenal dengan ketinting bermesin kecil, di pelabuhan tersebut sudah menunggu bebrapa pemandu lokal dan sekaligus penjaga Juru rawat kawasan Goa Tewet Dan sekitarnya termasuk Pondok yang kami sebut pondok informasi atau camp yang nyaman yang ada di dalam pedalaman dan dilengkapi dengan MCK yang bersih.

Para pemandu membantu menurunkan barang dan bagi kami sangat membantu sekali dalam kegiatan ini. Perjalanan menggunakan ketinting di tempuh kurang lebih 3 jam tergantung cuaca dan kondisi pasang surut air sungai yang menjadi rute utama kami untuk menuju lokasi. Dalam perjalan banyak yang tidak boleh di lewatkan termasuk pemandangan sepanjang aliran sungai yang sebagian besar masih asri, dan sesekali terlihat kera bersama anaknya yang duduk santai di atas dahan kecil dan bila kita beruntung bisa melihat burung Enggang yang jumlahnya mulai berkurang terbang di antara pohon satu dengan pohon lainya. Persiapan termasuk barang bawaan lain yang tidak kalah penting yaitu kamera yang tidak pernah lepas dari tangan untuk dokumentasi baik di perjalanan dan di lokasi. Setelah menyusuri sungai sampai lah kami di sebuah tangga  sederhana terbuat dari kayu yang pada saat itu jam menunjukan kurang lebih pukul 19.00, dari bawah sudah terlihat sebuah pondok yang besar di depan pondok terpampang tulisan “SITUS CAGAR BUDAYA GOA TEWET”  yang masih rapi dan terawat, pemandu membantu menurunkan barang bawaan dan perlengkapan lain ke pondok. Sekitar pukul 21.00 perwakilan dari  BPCB memberikan presentasi tentang Goa Tewet dan Goa karim untuk bekal esok harinya pada waktu di lokasi Goa, dan tiba waktunya istirahat untuk mempersiapkan tenaga dan fisik yang prima yang menurut pemandu dan dari BPCB Rute yang kami lewati tidak mudah.

Pagi hari dengan di awali sarapan bersama dan di lanjutkan dengan sedikit pengarahan sebagai pembuka bagaimana di perjalan baik menjaga alam sekitar dan tidak merusak tanaman di sepanjang perjalanan, kami satu team berdoa bersama sebelum berangkat.

Perjalanan dari camp ke lokasi Goa ternyata sangat menantang kurang lebih 1 jam dan di suguhi dengan rute clambing dengan peralatan yang lengkap kami sampai di atas ketinggian 50 meter lebih, dan tidak sia-sia lelahnya perjalanan terbayar dengan pemandangan alam yang luar biasa. Sesampainya di mulut Goa kami di minta dari pemandu untuk istirahat sebentar karena jika langsung masuk kedalam Goa suhu badan masih naik bisa merusak situs yang ada di dalam Goa. Setelah beberapa menit istirahat kami mdi suruh masuk dan di beri arahan dan presentasi langsung perwakilan dari BPCB yang menurut kami sangat jelas .

Dengan penjelasan yang luwes kami bisa mengerti tentang apa yang terkandung di dalam situs ini dengan temuan pola tangan yang terdapat di langit Goa menandakan bahwa pola tersebut mempunyai makna dan maksud tertentu.

Dengan temuan ini menambah jumlah cagar budaya di Indonesia dan bisa untuk tujuan pengetahuan para pelajar khususnya di sejarah Lokal Kalimantan Timur.

Goa Tewet membuktikan masih ada jejak situs manusia prasejarah masih banyak  yang bisa di temukan di Indonesia ke depanya. Dengan adanya cap tangan di dalam Goa Tewet tersebut peneliti dan sejarawan di tantang untuk meneliti dan mencari bukti yang luas tentang apa yang terjadi atau yang terkandung dalam makna cap tangan dan pola-pola yang berbeda- beda. Kami melihat cap tangan dengan pola berbeda tentu masih bertanya-tanya kenapa manusia pra sejarah selalu memberi tanda di suatu tempat yang pernah di kunjungi, dalam hati mungkin dahulu sudah ada pemikiran yang luar biasa tentang apa yang terjadi ke depanya untuk anak cucunya sesudah kehidupanya.

Di dalam Goa Tewet juga terdapat cap/gambar hewan yang di sekitar gambar muncul lumut atau bekas aliran air yang menetes ini juga mengkhawatirkan bisa menutupi cap dan pola yang ada di langit-langit Goa Tewet. Pola cap tangan sangat rentan dengan keadaan Alam yang bisa berubah-ubah termasuk suhu Goa Tewet itu sendiri, dan pengunjung tidak boleh memegang langsung atau menempelkan telapak tangan ke cap / pola tangan yang ada di dalam Goa.

 

 

 

 

Perjalanan kedua yakni Goa Tewet Atas atau di kenal Goa Tewet II  ternyata cukup berat sayangnya kami tidak bisa melanjutkan ke Goa Tewet Atas di karenakan selain medan berat waktu juga menjadi pertimbangan team. Akhirnya team kembali menuruni tebing yang menjadi jalan utama masuk Goa Tewet I, satu persatu peserta menuruni tebing yang agak memakan waktu lama kurang lebih satu jam karena kemiringannya memaksa team dari MGMP maupun yang lainya menggunakan Tali secara bergantian. Setelah sampai di bawah kami istirahat makan siang yang sudah di sediakan, dan selanjutnya meneruskan ke Goa Karim, yang menurut kami tidak terlalu sulit medanya di banding dengan Goa Tewet I dan II. Di rute ini menyusuri semak dan medan yang kemiringanya lumayan menantang dan demi mkeamanan team pemandu memasang tali untuk membantu dan mempermudah rutenya. Setelah kira-kira 15 menit melewati semak dan pemandangan alam  yang masih alami sampailah di mulut Goa Karim.

 

Goa Karim

Goa karim terdapat Gambar Tangan dan gambar yang menyerupai hewan Tapir. Gambar lainya adalah menyerupai sarah lebah. Jika dilihat dari gambar yang ada melambangkan bahwa di jaman tersebut ada aktivitas meramu dari hasil hutan sekitarnya menurut pemaparan dari perwakilan BPCB. Kami menganalisa adanya gambar tersebut mungkin menggambar pada saat itu terdapat banyak sarang lebah sehingga menjadi mata pencarian utama.

Gambar sarang lebah dan Hewan terdapat di mulut Goa paling atas sehingga harus menggunakan alat tangga untuk melihat situs tersebut.

 

 

 

  1. Kesimpulan dan saran

 

  1. Kesimpulan

Perjalanan ini sangatlah berarti bagi MGMP sejarah yang berhubungan langsung dengan Mata pelajaran menyangkut Situs Prasejarah yang pada saat ini khususnya sejarah lokal mulai di utamakan. Sangatlah penting untuk di pelajari lebih lanjut tentu harus ada bimbingan tentunya BPCB yang memegang banyak informasi tentang cagar budaya setidaknya memberikan dukungan terhadap sekolah-sekolah dengan cara bertahap, dalam hal ini bisa berupa sumbangan buku atau majalah yang menyangkut budaya lokal. Sementara ini MGMP sebagian sudah memiliki buku dan majalah dari pihakm BPCB yang di bagikan, menurut kami ini sangat membantu menambah pengetahuan dan tidak kalah penting kamim sangat berterima kasih selain membaca buku yang sudah dibagikan di libatkan dalam perjalanan yang sangat berharga.

 

  1. Saran

Sutus Karst Sangkulirang Mangkalihat situs yang luar biasa sehingga perlu perawatan berkelanjutan dan tidak hanya pihak-pihak tertentu dan harus melibatkan warga sekitar jika memungkinkan penjaga ada yang stanby di dekat lokasim secara begiliran. Sebagai warga negara yang mencintai msejarah tentu mempunyai harapan yang sangat besar agar anggaran pemerintah untuk kepentingan cagar budaya  bisa di tambah, karna perlu anggaran myang sangat besar. Sekali lagi kami mewakili MGMP sejarah mengucapkan terima kasih. SALAM LIMA JARI”