Wisnu Naik Garuda

0
15371

airlangga

Dilihat dari peninggalannya, Raja Airlangga adalah pemeluk agama Hindu sekte Wisnu. Hal ini nampak pada arca perwujudannya di Candi Belahan dengan yang bercirikan wahana (kendaraan) Dewa Wisnu yang berupa burung Garuda dan Arca Dewi Laksmi atau Dewi Sri yang juga merupakan istri Dewa Wisnu. Ada cerita tersendiri mengenai Garuda yang menjadi wahana Dewa Wisnu.

Dikisahkan tentang kehidupan Sang Winata (ibu Garuda) yang menjadi budak Sang Kadru (ibu para Naga), karena kalah taruhan mengenai warna Kuda Uchaisrawa. Semula ekor Kuda Uchaisrawa adalah putih semua. Tetapi atas perintah Sang Kadru terhadap anaknya (para naga) akhirnya ekor Kuda Uchaisrawa diperciki bisa sehingga berubah warnanya menjadi hitam. Sejak itulah Winata kalah dan menjadi budak Sang Kadru. Garuda yang merasa kasihan terhadap penderitaan ibunya, membantu merawat anak-anak Sang Kadru. Atas permintaan Garuda, Sang Kadru mau membebaskan ibunya dari perbudakkan dengan syarat diberi air suci (Amerta). Dalam pencariannya Garuda bertemu dengan Dewa Wisnu, yang kemudian berkata kepada Garuda: “Hai Garuda, jika engkau menginginkan Amerta, hendaklah meminta kepadaku”. Sementara itu Dewa Wisnu minta supaya Garuda bersedia menjadi kendaraannya. Garuda kemudian berhasil melepaskan penderitaan ibunya dari perbudakan sang Kadru dengan Amerta pemberian Batara Wisnu yang diwadahi dalam kendi Kamandalu. Sejak saat itulah Garuda menjadi kendaraan Wisnu.

Reinkarnasi Airlangga

Setelah Airlangga membagi kerajaan Majapahit menjadi Jenggala dan Kediri (nama lainnya Dhaha/Panjalu) tahun 1045, dia mengundurkan diri dan menjadi seorang pendeta yang bernama Resi Gentayu. Selama hidupnya, Airlangga bekerja keras meningkatkan kesejahteraan kerajaan dan rakyatnya yang hancur akibat serangan raja Wurawari pada waktu pemerintahan Teguh Darmawangsa. Itulah mengapa saat Airlangga meninggal, dia dianggap penjelmaan Wisnu sebagai sang penyelamat dan penjaga dunia dengan mengendarai Garuda. Di samping sebagai kendaraan Wisnu, Garuda merupakan simbol kebebasan dan juga dijadikan simbol kerajaan Kediri (Garudamukha). Dalam ilmu ikonografi, Garuda dilukiskan seekor elang bertubuh manusia dengan dua tangan atau empat sayap yang terbentang lebar. Gambar ini sama dengan kisah Garudeya dari Mahabrata Parwa. Airlangga meninggal tahun 1049 dan makamnya berada di daerah Belahan, sebuah kompleks percandian di pegunungan Penanggungan. Di tempat ini Airlangga berinkarnasi sebagai Wisnu di antara Laksmi dan Sri (Dewi Kesuburan) yang berwujud arca.