Peninjauan Temuan Tatanan Bata di Kelurahan Pagentan, Singosari, Malang

0
1091

Malang – Pada tanggal 28 Februari 2020, BPCB Jawa Timur melakukan peninjauan temuan untuk menindaklanjuti laporan penemuan dari Restu Respati, penggiat budaya dari Komunitas Jelajah Jejak Malang. Peninjauan temuan ini didampingi oleh Anwar Supriyadi selaku Kasie Museum Sejarah dan Cagar Budaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang.

Lokasi penemuan berada di lahan milik Muhammad Sholeh Toha (54 Tahun) yang beralamat di RT 04/RW 04 Jalan Bungkuk, Kelurahan Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Saat ini, lokasi penemuan berada di area pemukiman yang cukup padat.

Tatanan bata ditemukan saat Toha menggali tanah untuk membuat septic tank di lahan sebelah utara (samping rumah). Saat di kedalaman 120 cm dari permukaan tanah mulai ditemukan konsentrasi bata. Beberapa bata kemudian diangkat dan dibawah bata-bata tidak beraturan tersebut ia menemukan tatanan bata di kedalaman 180 cm.

Saat dilakukan peninjauan, lubang galian tergenang oleh air hujan sehingga petugas tidak dapat melakukan pengukuran. Di lokasi tidak ditemukan bata utuh. Bata sample terbesar berukuran panjang 29 cm (patah), lebar 22 cm, dan tebal 8 cm. Di tumpukan tanah bekas galian, ditemukan dua buah fragmen genteng, dan dua buah fragmen porcelain.

Menurut keterangan masyarakat sekitar, di Kelurahan Pagentan ini memang banyak ditemukan bata-bata kuno di kedalaman sekitar 1,5 meter saat warga menggali tanah untuk membuat sumur atau septic tank. Tidak hanya bata, di sekitar lokasi ini juga banyak ditemukan batu-batu andesit berbentuk persegi (batu komponen penyusun candi). Sejak dahulu, batu-batu itu kemudian digunakan warga untuk membuat pondasi rumah. Dengan demikian, area di sekitar Masjid Bungkuk ini dahulu dimungkinkan terdapat bangunan candi berbahan batu dan area pemukiman dari masyarakat pendukungnya.

Terkait dengan temuan tatanan, diduga bahwa tatanan bata tersebut merupakan bagian dari struktur pondasi dari pemukiman. Dugaan ini didasarkan dari penggunaan bata dengan berbagai ukuran dengan teknik spesi tanah. Selain itu ditemukannya fragmen genteng semakin menguatkan dugaan tersebut. Pemukiman di lokasi ini diperkirakan berasal dari abad 15-19 masehi yang didasarkan atas temuan fragmen porcelain yang berasal dari masa Dinasti Yuan hingga Dinasti Qing.

Terkait dengan aspek pelestariannya, petugas melakukan dokumentasi dan memetakan koordinat lokasi penemuan. Selanjutnya, petugas meminta agar Toha tidak melanjutkan penggalian lebih dalam lagi. Mengingat lahan kepemilikan yang sangat terbatas, petugas meminta agar pembuatan septic tank dapat dilakukan hingga kedalaman 120 cm saja, atau diatas level dari tatanan bata.(WicaksonoDN)