You are currently viewing Studi Mitigasi Bencana Geologi pada Kawasan Candi Gedong Songo (Bagian 4)

Studi Mitigasi Bencana Geologi pada Kawasan Candi Gedong Songo (Bagian 4)

(BPCB Jateng) Kawasan Candi Gedong Songo berada di lereng bukit yang relatif curam sehingga mempunyai potensi bencana geologi seperti bencana longsor yang dapat mengancam kelestarian CB, hal ini diketahui dari banyak dijumpainya  beberapa titik longsor. Selain didukung oleh kondisi geologi  berupa struktur geologi, kemiringan lereng dan jenis litologi (batuan) yang ada, faktor lain yang dapat memicu terjadinya longsor adalah penggunaan lahan yang kurang mendukung seperti penanaman vegetasi yang tidak tepat, adanya kegiatan penambangan liar, aktivitas pedagang kakilima, serta bangunan  pendukung lainnya.

Stratigrafi wilayah Candi Gedong Songo

Stratigrafi wilayah Candi Gedong Songo diawali dengan pengendapan Fasies Proksimal Ungaran Muda, yaitu endapan gunung api yang penyebarannya agak jauh dari pusat letusan dan ditandai dengan kelerengan yang lebih landai dari pada kelerengan Fasies Sentral yang berada di atasnya, dan kemudian ditumpangi Fasies Sentral Ungaran Muda, yaitu endapan Gunung Ungaran Muda yang dionggokkan di dekat/sekitar pusat letusan. Di samping itu masih ada endapan longsoran ke satu dan endapan longsoran kedua.

Fasies Proksimal tersusun oleh endapan piroklastik aliran yang diselingi dengan endapan piroklastik surge, jatuhan dan endapan sungai (Syabaruddin, 2004). Di daerah Candi Gedong Songo, endapan aliran/jatuhan terdapat di daerah tenggara, keadaan lapuk dengan warna coklat kekuning-kuningan, yang terkadang disisipi dengan endapan berwarna hitam (paleosoil) yang terdiri dari endapan pasir halus sampai sedang, terkadang dijumpai jejak aktivitas organisme. Umur fasies proksimal adalah Pleistosen Bawah.

Fasies Sentral tersusun oleh endapan piroklastik aliran yang berselingan dengan endapan piroklastik surge. Endapan piroklastik aliran menunjukkan tekstur porfiroafanitik,  struktur kekar kolom, berupa andesit hornblende yang terdiri dari plagioklas, hornblende, piroksen, mineral opak dan gelas, semakin ke bawah berupa endapan piroklastik lahar yang tersusun oleh material yang berukuran butir sampai dengan 2 m-an, butir mengambang pada masa dasar, bentuk butir meruncing sedang, terdiri dari andesit hornblende. Warna segar abu-abu gelap dan warna lapuk coklat kekuning-kiningan, dengan warna setempat-setempat putih. Warna keputih-putihan tersebut akibat alterasi hidrotermal pada batuan induk dan akibat alterasi sebagian batuan telah berubah menjadi mineral lempung. Umur dari fasies sentral ini adalah Pleistosen Atas – Holosen.

Pada batuan endapan piroklastik aliran di ujung utara lembah timur anak cabang Sungai Panjang tersusun oleh andesit hornblende dengan lubang-lubang gas, mengalami sedikit pelapukan, sedangkan di selatannya pada sebelah timur lembah longsoran pertama terdapat batuan yang sama tetapi telah mengalami alterasi. Di ujung utara tebing barat dijumpai batuan andesit hornblede yang berada pada masa dasar mineral mafik berukuran halus dan lempung yang telah teralterasi, demikian juga di sebelah selatannya, di bagian tengah tebing barat, dijumpai batuan yang sama, yang telah mengalami alterasi.

Di bagian barat daya daerah penelitian dijumpai endapan (diperkirakan) longsoran yang pertama, yang terdiri dari pasir halus-kasar dengan fragmen-fragmen andesit yang mengapung dengan ukuran fragmen sampai dengan 15an cm dan dengan bentuk agak meruncing. Hal ini ditafsirkan dari bentuk memanjang sawah-sawah di sana. Longsoran diperkirakan terjadi pada Holosen.

Di bagian tengah atas, menempati lembah longsoran pertama diendapkan endapan longsoran kedua yang berasal dari utara yang lebih tinggi, tersusun oleh fragmen andesit hornblende yang merupakan hasil bahan rombakan dari atas, yang berada pada matrik pasir halus-sedang. Tampak fragmen berukuran sampai dengan 25an cm, berbentuk agak meruncing, mengambang di dalam massa dasar dan berwarna coklat gelap. Endapan longsoran kedua ini posisinya telah terubah dengan longsoran-longsoran yang terjadi pada tebing timur, sehingga tersingkap batuan dasar yang teralterasi kuat di bagian timur lembah.

DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, B., Nugroho and Budihardi, M., 1997, Resource Characteristics of the Ungaran Field, Central Java, Indonesia, Proceeding of National Seminar of Human Resources Indonesian Geologist, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia tentang Benda Cagar Budaya

Nguyen Kim Phuong, 2005, Hydrogeochemical Study of the Ungaran Geothermal System, Central Java, Indonesia, Thesis pada Jurusan Teknik Geologi, FT. UGM, Yogyakarta

Syabaruddin, 2004, Pemetaan Fasies Vulkanik Pada Daerah Prospek Panasbumi Gunung Ungaran dan Sekitarnya, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, Jawa Tengah, Skripsi pada Jurusan Teknik Geologi, FT. UGM, Yogyakarta

Thanden, R. E., Sumadirdja, H., dan Richards, P. W., 1996, Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang, Jawa, Direktorat Geologi, Bandung.

Van Bemmelen, R. W.,  1970, The Geology of Indonesia Vol. IA, General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, 2nd edition, Martinus Nilhoff, The Haque Netherlands.

Verstappen, H. Th., 2000, Outline of the Geomorphology of Indonesia: A Case Study on Tropical Geomorphology of a Tectogene Region (with a Geomorphological Map 1:5000000), International Institute for Aerospace Survey and Earth Science, Netherlands.

Yoga Aribowo, 2004, Karakteristik Kehilangan panas Alamiah dan Alterasi Hidrotermal permukaan pada Area Manifestasi Gedong Songo dan Sekitarnya, Daerah Prospek Panasbumi Ungaran,  Jawa Tengah, Skripsi pada Jurusan Teknik Geologi, FT. UGM, Yogyakarta

Zen, M.T., Syarif, M.A., Simatupang, S.H., dan Juniarto, G., 1983, Tektogenesa Gaya Berat dan Daur Magma Sepanjang Deretan Gunungapi: Ungaran – Merapi di Jawa Tengah, Proceeding PIT XII IAGI, Jakarta.