Stasiun Purwosari, Efisiensi Kegiatan Ekonomi

sta

Sebagai bangunan peninggalan kolonial, Stasiun Purwosari merupakan jejak artefak yang sangat penting. Dalam kaitan ini Stasiun Purwosari dapat dilacak peranannya dalam pengembangan transportasi jalur tram di dalam kota dan luar kota. Keberadaan jalur tram itu selain memacu pertumbuhan ekonomi, juga mendorong pertumbuhan gaya hidup kota terutama bagi komunitas kulit putih Eropa dan Tionghoa. Dengan adanya jalur tram ini membuat jarak semakin pendek dan waktu menjadi semakin singkat sehingga kegiatan ekonomi menjadi lebih efisien. Jalur tram dari Purwosari sudah aktif digunakan sejak 1891. Untuk
rute dalam kota jalur itu menghubungkan Purwosari, Sriwedari, Pasar Pon, Gladag, Javasche Bank, hingga Jebres. Sementara keluar kota meliputi rute Purwosari, Kartasura, Bangak, Kebon Dalem, Boyolali, dan Pasar Sunggingan. Munculnya rute- rute trem ini, orang pribumi terutama kaum pedagang dapat merasakan manfaat sehingga berakibat pekerjaannya menjadi lancar.

Operasional transportasi tram ini ditangani oleh Solosche Tramweg Maatschappij . Pada awalnya tenaga yang digunakan untuk transporasi tram ini adalah tenaga kuda, kemudian dalam perkembangan waktu diganti dengan tenaga listrik. Melihat rute tram dari Jebres hingga Pasar Sunggingan Boyolali tampak betapa posisi Stasiun Purwosari sangat penting.