You are currently viewing Situs Bongkotan, Wonosobo

Situs Bongkotan, Wonosobo

Situs Bongkotan terletak di Dukuh Bongkotan, Desa Bojasari, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Situs ini berukuran 30 x 40 meter ini dibatasi oleh pagar dari batu-batu yang ditumpuk setinggi sekitar 1,5 meter pada keempat sisinya. Dengan demikian situs tersebut berbentuk segi empat panjang dengan batas tei berupa tumpukan batu-batu. Tumpukan batu-batu tersebut ada yang berbentuk bulat, persegi enpat panjang, dan lain sebagainya. Khusus terhadap batu-batu bulat itu mengingatkan kita pada dasar fondasi satu bangunan. Menurut keterangan warga setempat, tumpukan batu-batu tersebut diambil dari dalam tanah.

Dalam Laporan Peninjauan Candi di Dukuh Bongkotan, yang pernah dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 1985/1986 yang melakukan pengamatan terhadap situs dan lingkungan sekitarnya, menunjukkan bahwa lokasi ini memang pernah berdiri suatau bangunan (candi). Adapun indikasi-indikasi yang memperkuat dugaan diatas yaitu adanya tinggal-tinggalan arkeologis baik yang berada di dalam situs itu sendiri maupun berada di lingkungan luar sekitarnya.

Tinggalan arkeologis di dalam situs yang ditemukan antara lain : Yoni, Pilar, Asana/Larik, Makara, Batu bagian sudut. Yoni berdiri di atas tanah dengan cerat menghadap  kea rah timur-laut. Cerat ini disangga oleh hiasan bergambar naga yang kepalanya telah hilang. Naga dilukisakan dalam sikap berdiri dengan kulit (sisik) di tubuhnya Nampak jelas sekali. Batu-batu bagian penampang atas banyak lubang-lubang seperti bekas pukulan oleh lingga. Selain itu terdapat pula bekas tanda-tanda untuk mempertajam sabit. Keadaan yoni ini, dulu waktu awal dilakukan peninjauan, penuh ditumbuhi jamur pada batu bagian bawah dan lumut-lumut di bagian samping. Batu pada kak yoni telah pecah sehingga yang semula berbentuk segi empat, kini berbentuk bulatan.

Tinggalan arkeologis dalam situs yang ditemukan selanjutnya adalah pilar. Pilar ini berbentuk mirip lingga, yaitu bagian atas agak bulat, sedangkan bagian bawah seperti bentuk segi empat, tetapi tidak mempunyai sudut. Pilar ini berdiri tertancap di dalam tanah sekitar 13 meter berada di sebalah barat yoni. Bagian bawah pilar seperti kentongan, sedangkan bagian atas rolos tanpa riasan. Temuan berikutnya adalah asana/lapik yang berdiri sekitar 8 meter sebelah barat dari pliar di atas. Batu lapik ini penuh ditumbuhi lumut dan jamur, bagian atas berbentuk bulat, sedangkan bagian bawah bebentuk segi empat. Sebagian kaki lapik masih terpendam tanah sekitar 10 cm. Pada setiap sudut batu bagian atas telah pecah. Lapik ini tidak memiliki hiasan kecuali pada bagian atasnya, yaitu berada pada bagian bulata asana terdapat sulur-sulur bunga menyerupai bunga padma. Melihat bentuknya, kemungkinan lapik ini bukan tempat duduk arca melainkan sebagai tempat sesaji. Selanjutany ada fragmen makara yang ditemukan di dekat lapik. D bagian atas terdapat hiasan sulur-sulur bunga. Dilihat dari bentuknya makara ini mungkin merupakan bagian dari pipi tangga. Temuan yang terakhir yang berada di dalam situs adalah fragmen batu bagian sudut. Berbentuk segi empat di bagian atas dan semakin ke bawah semakin lancip. Salah satu sudut pada fragmen batu ini telah hilang.

Selain tinggalan arkeologi di dalam situs, ada juga tinggalan arkeologis di lur situs, yakni : dua buah lingga semu dan arca. Lingga semu yang pertama ditemukan dalam kedaan utuh. Bagian atas berbentuk segi empat lonjong, dan bagian bawah berbentuk bujur sangkar. Lingga semu ini polos tanpa hiasan apapun. Lingga semu yang kedua berbentuk mirip lingga yang pertama. Namun, pada bagian kaki lingga telah pecah, dan lingga ini polos tanpa hiasan apapun. Temuan selanjutnya ada arcayang berbentuk mirip manusia, mempunyai kepala dan basdan. Arca ini digambarkan dalam sikap duduk, belum mempunyai hiasan dan tidak ada tanda-tanda atribut yang merupakan ciri suatau arca tokoh.

Disarikan dari berbagai sumber oleh Mahasiswa PKL Unnes SemarangÂ