You are currently viewing Perkembangan Tinggalan Tertulis (Bagian VIII), Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Perkembangan Tinggalan Tertulis (Bagian VIII), Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Prasasti yang ditulis di atas lempengan tembaga atau perunggu banyak ditemukan di wilayah Jawa Tengah, misalnya prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh Rakai Kayuwangi sekitar tahun 856 TU dan beberapa prasasti yang berasal dari periode sesudah ini sampai dengan tahun 925 TU. Prasasti dari bahan ini ada yang ditulis langsung pada saat perintah raja diturunkan dan ada pula yang merupakan salinan dari prasasti yang ditulis pada bahan batu. Oleh karena itu, pada periode ini muncul istilah prasasti tinulad atau prasasti salinan.

Bahan lain yang juga digunakan sebagai media penulisan adalah tanah liat, yang biasanya berupa stupika (stupa kecil) dan stempel. Huruf atau simbol aksara yang dipahatkan di media ini pada umunya adalah hanya huruf simbol yang berkaitan dengan ritual pemujaan. Terdapat tiga huruf akronim yanh menyatakan satuan mata uang.

Bahan batu dan kayu marmer juga digunakan sebagai media untuk menulis prasasti, terutama banyak digunakan pada masa berkembangnya pengaruh Islam sampai dengan pengaruh Eropa-Asia. Prasasti dengan media kayu banyak ditemukan di kompleks Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, sedangkan prasasti dengan media marmer banyak dijumapi pada makam-makam China dan Belanda. (Foto Masjid Menara Kudus)