You are currently viewing Masjid Langgar Dalem  Masjid Tertua di Kudus

Masjid Langgar Dalem Masjid Tertua di Kudus

Masjid Langgar dalem sendiri terletak di desa Langgar Dalem, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Propinsi Jawa Tengah, yang terletak kurang lebih 200 meter di sebelah utara Masjid Menara Kudus, atau lebih tepatnya disebelah timur jalan Menara. Masjid langgar dalem sendiri merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah pada masa awal perkembangan islam, khususnya di wilayah kudus. Sedangkan menurut Yi Zad yang merupakan salah satu tokoh agama di daerah tersebut mengatakan bahwa Langgar Dalem mempunyai arti Langgar (Rumah) dan Dalem (pribadi).” Jadi dapat dikatakan bahwa Langgar Dalem sendiri merupakan langgar yang berada dekat dengan dalem sunan untuk tempat bertemunya sunan kudus dengan koleganya.

Berdasarkan sengkalan memet yang dibaca trisula pinulet naga di perkirakan Masjid Langgar Dalem didirikan pada tahun 885 H atau 1480 M.  Berdirinya Masjid Langgar Dalem ini dihubungkan dengan Sunan kudus yang merupakan salah satu tokoh penyebar agama islam di Jawa dan merupakan salah satu dari Walisango. Hal itu dibuktikan juga dengan  cerita rakyat yang dipercaya oleh masyarakat kudus, yang menceritakan bahwa masjid langgar dalem sendiri di buat oleh para seniman dari Madura atas perintah Sunan kudus. Para seniman tersebut merupakan tawanan perang yang kemudian dibawah oleh  sunan kudus untuk membangun kota kudus.

Apa bila dilihat secara sepitas, Ciri dari keunikan masjid langgar dalem ini terletak pada bentuk atap masjid yang berupa atap tumpang susun tiga yang dilengkapi dengan hiasan mustoko dipuncaknya. Selain itu keunikan juga terdapat di pintu masuk ruang utama beserta tembok berhias di kanan kirinya, yang berfungsi sebagai pembatas antara ruang mengaji dan ruang utama. Tembok pembatas tersebut terbagi menjadi empat bidang yang dipisahkan oleh tiga buah pintu masuk. Agar dapat lebih mudah menjelaskan empat bidang tersebut kita mulai dari selatan disebut dengan bidang pertama, kedua, ketiga dan keempat.

  1. Bidang pertama mempunyai lebar 7cm dan 3 buah panil yang tersusun secara vertical. Sedangkan 2 panil teratas dan terbawah mempunyai bentuk, motif dan ukuran yang sama yaitu bujur sangkar dengan motif hias roset. Sedangkan panil yang berada ditengah berbentuk empat segi panjang dengan motif hias bingkai cermin yang diisi dengan hiasan slimpetan atau jalinan tali dan roset di tengahnya.
  2. Bidang kedua memiliki panil hias yang berjumlah 17 buah dan mempunyai lebar 251 cm, yang terbagi dalam tiga lajur. Lajur atas dan tengah masing-masing memiliki 6 buah panil hias. Lajur teratas sendiri mempunyai dua bentuk panil, yaitu tiga buah berbentuk segi empat dan tiga buah berbentuk segi enam. Sedangkan Motif yang menghiasi panil-panil tersebut adalah sulur-sulur dan roset. Kemudian Lanjur tengah sendiri mempunyai dua bentuk panil, masing-masing tiga buah berupa segi empat panjang dan segi tiga. Sedangkan Motif yang menghiasi panil yang berbentuk segitiga berupa sulur-suluran dan panil yang berbentuk segi empat panjang memiliki motif bingkai cermin yang di isi dengan hiasan slimpetan dan roset ditengahnya. Dan lajur terbawah mempunyai 5 buah panil hias yang terdiri dari bentuk panil segi empat yang berjumlah tiga buah, dan dua buah berbentuk segi delapan. Sedangkan motif hias panil-panil tersebut berupa sulur-suluran dan roset.
  3. Pada bidang ketiga, panil-panilnya mempunyai bentuk, motif dan ukuran yang sama dengan panil hias yang terdapat pada bidang kedua. Perbedaannya hanya terdapat pada sebuah panil di lajur terbawah nomor dua dari selatan. Panil tersebut berbentuk palang yunani yang ditengahnya diisi dengan hiasan segi empat dalam posisi miring.
  4. Panil hias pada panil keempat mempunyai bentuk, motif dan ukuran yang sama dengan bidang pertama.

Seperti telah diuraikan diatas, keempat bidang yang mempunyai panil-panil hias tersebut dipisahkan oleh tiga buah pintu masuk. Masing-masing pintu tersebut tidak mempunyai daun pintu. Sebuah pintu yang berada ditengah mempunyai banyak hiasan, baik berupa hiasan dekoratif maupun structural. Ambang pintu masuk tersebut dari kayu dan telah dicat dengan warna kuning. Pada pintu ini terdapat hiasan yang berupa atap bertingkat dua. Ukuran pintu ini ialah lebar 80 cm dan tinggi 181cm, sedangkan dua buah pintu dikanan kirinya berukuran sama yaitu tinggi 214 cm dan lebar 138 cm. kedua pintu ini tidak memiliki hiasan dan dua pintu.

Disamping empat buah panil tersebut, masih ada sebuah panil hias yang sangat menarik yaitu panil hias yang terdapat di bawah pintu tengah menuju ke serambi. Panil tersebut terbuat dari sands-ston dan telah diberi warna kuning muda. Panil hias ini memiliki pola geometris segi enam dengan hiasan seperti dua ekor naga yang membelit sebatang trisula yang kedua ujungnya bercabang dua dan kemungkinan merupakan sebuah sengkalan. Didalam ROC 1910, sengkalan tersebut dibaca naga ro amulet cis atau trisula cis pinulet naga. Namun dalam penelitian lebih lanjut  sengkalan tersebut dibaca trisula pinulet naga yang diartikan tahun 885 H atau tahun 1480 M.

Oleh. Arum Asti Utami

(Penulis adalah Mahasiswa PKL di BPCB Jateng)