You are currently viewing Perahu Kuno Punjulharjo Sebagai Kejayaan Maritim di Seberang Rembang

Perahu Kuno Punjulharjo Sebagai Kejayaan Maritim di Seberang Rembang

Oleh: Isbania Afina Syahadati

Bangsa Indonesia telah dikenal dengan sebutan negara maritim, hal tersebut jelas sudah tergambarkan melalui kejayaan Sriwijaya. Mengingat Indonesia yang merupakan negara kepulauan tidak mengherankan banyak warisan peninggalan di era maritim tersebut. Salah satunya ialah dengan adanya penemuan perahu kuno Punjulharjo yang ditemukan di Rembang. Kota Rembang sendiri yang merupakan wilayah pesisir, maka transportasi kapal ini cukup penting guna bermobilitas kala itu. Tidak hanya demikian, keberadaan Rembang sebagai kota pesisir juga telah menjadikannya tempat persingahan pedagang asing. Oleh karenanya, berbagai budaya lebih mudah masuk dan terserap dengan cepat. Perahu kuno Punjulharjo ini seakan mengingatkan kita mengenai bagamiana kejayaan masa lalu di kepulauan Nusantara yang telah melakukan aktivitas perdagangan secara interasional.

Didukung wilayah kepulauan Nusantara yang cukup strategis, yakni diapit oleh dua samudera telah membawa keuntungan tersendiri. Para penjelajah samudera turut serta menyambangi Nusantara dan mengadakan perdagangan dengan penduduk sekitar pada masa tersebut. Perahu kuno Punjulharjo diperkirakan telah ada sejak abad ke-7. Hal tersebut diperkuat dengan diadakannya penelitian lanjutan dengan cara melihat hasil dari radiokarbon yang diambil dari tali kapal. Pada masa tersebut juga menunjukkan semasa dengan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera dan Mataram Kuno di Jawa. Tidak mengherankan bahwasanya Sriwijaya mampu menorehkan kejayaannya melalui jalur maritim. Dimana Sriwijaya tidak hanya sekedar berperan aktif dalam dunia perdagangan internasional melainkan, Sriwijaya juga telah melakukan system cukai atau menarik tarif pajak bagi pelayar asing yang singgah di pelabuhannya. Hal inilah yang mampu menguatkan posisi Sriwijaya sebagai Kerajaan maritim.

Perahu kuno Punjulharjo ini diperkirakan dulunya digunakan sebagai kapal perdagangan, karena besar kapal ini mencapai 15 m x 5 m. Maka dirasa kapal ini mampu menampung berbagai muatan dagangan yang cukup banyak. Penemuan Perahu kuno Punjulharjo ini semula ditemukan dalam keadaan terkubur tanah. Dikarenakan lokasi penemuan Perahu Kuno tersebut berada di sekitar pembuatan garam, maka orang yang pertama kali menemukan perahu tersebut ialah warga sekitar. Menurut hasil penelitian, Perahu Kuno ini dalam pembuatannya menggunakan teknologi penyambungan antar papan, teknik papan ikat dan kupingan pengikat. Dilihat dari keutuhan dan kelengkapan bagian perahu, ternyata Perahu Kuno ini telah dilengkapi dengan Tumbuku (tonjolan pada bagian dalam yang berlubang-lubang yang berfungsi untuk mengikat) juga mengenai gading kapal. Selain itu, ikatan antara papan dengan gading dan tumbuku, bagian haluan, berurutan juga menangani Lunas kapal dan lain sebagainya. Hingga penemuan ini kemudian dialnjutkan sebagai bahan penelitian guna dikaji lebih dalam lagi. 

Perahu Kuno Punjulharjo, setelah diteliti mendapat perhatian khusus, dikarenakan  keutuhan dan kelengkapan bagian-bagian kapal. Selain itu, ditemukan pula arca, rempah-rempah, gerabah dan benda-benda lainnya. Dilihat dari berbagai temuan tersebut, sedikitnya telah menjelaskan, bagaimana lalu lintas perdagangan maritim saat itu dirasa sudah cukup ramai dan mahsyur. Mengingat Tome Pires bahwa semua kerajaan dan lands atau countries terlibat secara aktif terjalin dalam kegiatan maritime. Seperti halnya, hubungan antara bandar-bandar kuno Nusantara yang tersebar mulai dari ujung barat Sumatera (Barus, Pasai, Lamuri, dan Palembang) hingga ke bagian Timur Nusantara (Banten, Rembang, Tuban, Madura, dan Banda).

Saat ini, mengingat pentingnya keberadaan Perahu Kuno Punjulharjo ini maka, direktorat Jendral Purbakala Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Balai Arkeologi Yogyakarta sepakat melakukan konservasi terhadap perahu tesebut. Konservasi ini dilakukan selama tujuh tahun, dimulai pada tahun 2011 hingga 2018. Kondisi bahan baku perahu, yakni kayu ulin sudah lapuk, maka dalam proses konservasi dilakukan secara hati-hati dan menggunakan bahan dengan kualitas tinggi. Agar kualitas kayu perahu tetap baik, dalam perawatan pasca konservasi, harus dilakukan dengan standar purbakala. Antara lain, tingkat suhu udara yang harus terjaga. Selain dengan melakukan konservasi temuan Perahu Kuno Punjulharjo ini, seharusnya juga menjadi perenungan bersama untuk mengingat masa lampau guna kelangsungan hidup di masa sekarang. Berdasarkan temuan tersebut sedikit banyak telah menggambarkan bagaimana kelangsungan perdagangan jalur maritim. Kejayaan di masa lampau mungkin bisa kita lihat dari berbagai peninggalan yang masih tersisa. Namun, apakah melalui beragai jejak masa lalu tersebut kita mampu mengulang torehan prestasi di masa lampau sesuai dengan kondisi pada masa sekarang ini. Selain itu, didukung dengan  kemajuan teknologi seharusnya mampu memudahkan kita dalam melakukan hubungan social ekonomi, khususnya perdagangan jalur laut.

Sumber:

Asyhadi Mufsi Sadzaki, Evaluasi Konservasi Perahu Kuno Punjulharjo dan Pengembangan Objek di Masa Depan dalam Perkuatan Indentitas, Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 2 No. 1, Juni 2018.

Daryono, Perahu Kuno di Punjulharjo Rembang Bukti Otentik Aktivitas Pelayaran Masa Lampau, Kantor Berita RMOL Jateng Republik Merdeka, Selasa, 17 Maret 2020 pukul 14:35 WIB.

Nahar Cahyandaru, dkk, Konservasi dan Konsep Pengembangan Perahu Kuno Rembang, Laporan Hasil Kajian, Magelang: Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, 2010.