You are currently viewing Hasil Kriya Batu dan Penyebarannya (2), Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Hasil Kriya Batu dan Penyebarannya (2), Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Beliung Persegi

Beliung Persegi adalah beliung batu dengan penampang lintang segi empat. Alat semacam ini digolongkan sebagai alat bantu neolitik, yang diperkirakan dipakai untuk mengolah lahan atau menebang pohon pada waktu cangkul dan kapak dari besi belum dikenal. Oleh karena itu, keberadaan beliung persegi digunakan sebagai penanda adanya kegiatan bercocok tanam pada masa prasejarah. Kadang-kadang permukaan beliung persegi dibiarkan kasar, tetapi ada pula yang diasah halus, sehingga cekungan bekas pernyerpihannya tidak tampak dan menjadi beliung yang halus dan mengkilap.

Ditemukan pula beliung persegi berukuran kecil yang digosok sangat halus dan indah. Kemungkinan beliung semacam ini tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari, melainkan untuk keperluan upacara. Terdapat bukti pula bahwa benda semacam ini digunakan sebagai pendamping jenasah (bekal kubur). Di Jawa Tengah beliung persegi banyak ditemukan di daerah yang dekat dengan sumber bahan, misalnya di situs Limbasari, Tipar, dan Ponjen (Purbalingga). Lokasi situs yang dekat dengan sumber bahan, dan didukung banyaknya temuan calon beliung persegi beserta limbahnya, memberikan informasi bahwa situs-situs tersebut merupakan bengkel pembuatan beliung persegi. Selain itu, terdapat juga beberapa situs yang menghasilkan temuan beliung persegi, misalnya situs Sangiran (Seagen), Krai (Surakarta), beberapa situs di Kabupaten Purworejo, dana Pekalongan, namun konteks budayanya tidak diketahui.

(foto:situs sangiran)