You are currently viewing Kehebatan Di Balik Pemugaran Candi (Steller)

Kehebatan Di Balik Pemugaran Candi (Steller)

Candi yang saat ini berdiri dan dapat dinikmati oleh banyak orang dahulunya tidak ditemukan dalam kondisi yang indah seperti sekarang ini. Candi tersebut ditemukan dalam kondisi yang hancur berantakan dengan batunya yang bertebaran di mana-mana. Rentang waktu sejak candi-candi tersebut dibuat hingga masa sekarang lebih dari 1000 tahun lamanya. Selama rentang waktu tersebut banyak kendala cuaca, alam, dan lainnya yang menerpa candi hingga sampai di kondisi yang berantakan seperti awal ditemukan. Lalu, bagaimana candi tersebut dapat kembali indah dan kokoh seperti sedia kala?

            Saya kembali ke candi Sewu pada hari Selasa (16/7) kemarin untuk melihat langsung proses pemugaran candi di candi Sewu. Di sana saya melihat para steller sedang memasang batu lapis demi lapis secara perlahan dan teliti. Mereka amat ramah, walaupun terlihat sedang sibuk mengerjakan pemasangan batu tetapi mereka tetap menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan jelas. Para juru pugar ini juga menjelaskan secara detail tentang bagaimana langkah-langkah memugar sebuah candi beserta suka duka mereka selama bekerja di bidang ini.

            Sebelum memulai pemugaran, harus dilakukan studi kelayakan terlebih dahulu. studi kelayakan dilakukan dengan meninjau peran suatu bangunan dalam sejarah, kelengkapan komponen bangunan, dan kerusakan yang ada. Salah satu langkah dalam studi kelayakan pemugaran pada candi adalah pengumpulan batu. Para pencari batu sebisa mungkin mengumpulkan dan menumpuk batu sesuai letaknya sebanyak-banyaknya. Mereka mengumpulkan batu untuk candi tertentu sampai sekiranya sekitar 70% batu asli dari keseluruhan candi telah terkumpul. Untuk kasus di candi Sewu ada beberapa candi perwara yang masih berdiri sebagian. Misal masih utuh tetapi hanya sampai bagian tubuhnya saja, atau hanya sampai bagian kakinya saja. Di sini lah tugas pencari batu untuk mengumpulkan batu dari candi perwara tertentu hingga jumlah yang dirasa cukup. Setelah itu mereka menentukan candi yang mana yang bias dipugar selanjutnya.

            Selanjutnya memasuki tahap pemugaran. Pada saat pemugaran, secara umum terbagi menjadi dua tahap, yaitu pembongkaran dan pembangunan kembali. Pada tahap pembongkaran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung volume batu yang akan dibongkar, baik yang masih ada, runtuh, rusak atau hilang. Batu-batu tersebut harus didokumentasi, diregistrasi, dan direkam seluruhnya selama pembongkaran, konservasi hingga pemasangan kembali. Sebelum dibongkar, batu-batu ini terlebih dahulu diberi nomor kode sesuai letak dan lapisnya. Setelah diberi kode, setiap lapis batuan candi harus digambar terlebih dahulu.

            Setelah pembongkaran, langkah selanjutnya adalah pemasangan kembali atau rekonstruksi. Proses rekonstruksi meliputi tahapan perbaikan, penguatan konstruksi, dan finishing. Perbaikan bermaksud untuk mengembalikan unsur bangunan yang bergeser atau rusak ke posisi semula. Penguatan konstruksi berarti pemadatan tanah, pemasangan beton, dan pemasangan penangkal petir. Finishing dilakukan untuk estetika bangunan, yaitu penyelarasan tekstur dan bentuk batu baru terhadap batu lama. Hal ini dilakukan untuk menjaga keaslian bangunan dan unsur-unsurnya.

            Yang menjadi kesulitan adalah batu-batu ini tidak bisa disetel di sembarang tempat. Berbeda dengan bangunan sekarang, batu ini harus diletakkan di tempat awal batu ini berada. Karena kesulitan ini, para steller harus terlebih dahulu melakukan penyetelan percobaan. Pak Ngadiyo, salah satu pekerja yang sedang menyetel batu bercerita bahwa ada lapisan batu yang diperkirakan batunya adalah batu baru sejak zaman colonial. Ketika lapisan batu itu disetel, ternyata batu baru itu lebih panjang dari yang seharusnya. Hal ini menyebabkan Pak Ngadiyo dan kawannya harus membongkar kembali lapisan tersebut, memotong batu yang sedikit terlalu panjang tersebut, dan kembali memasangnya.

            Para juru pugar ini, pencari batu dan steller, layaknya Bandung Bondowoso di zaman sekarang. Mereka lah para arsitek pembangun candi di masa sekarang. Dengan alat seadanya, mereka senantiasa mengerjakan tugasnya yaitu membangun candi dengan telaten dan teliti. Berbekal pengalaman dan ilmu yang didapat dari sini sana, mereka dapat membangun kembali candi-candi tersebut hingga kembali megah dan indah. Canda tawa sesama pekerja yang membuat mereka tetap bersemangat dan konsisten di pekerjaan ini. Semoga di masa selanjutnya tetap ada regenerasi untuk mengganti para tangan-tangan hebat di balik pemugaran candi ini.

Tulisan dan foto oleh : Desfira Ramadhania Rousthesa (Mahasiswa magang sarjana arkeologi UI)