You are currently viewing Penggunaan Mata Uang di Masa Klasik

Penggunaan Mata Uang di Masa Klasik

Mata uang telah menjadi alat tukar baik untuk transaksi perdagangan lokal maupun internasional. Pada masa raja Dharmawangsa Tguh dan Erlangga, perdagangan internasional salah satunya menggunakan pelabuhan Hujung Galuh di Jawa Timur. Disebutkan pula bahwa transaksi perdagangan menggunakan mata uang emas dan perak. Mata uang kepeng yang berasal dari Cina juga digunakan pada masa Majapahit, selain mata uang Majapahit sendiri yaitu gobog. Adapun barang-barang ekspor Jawa antara lain berupa hasil bumi, hasil hutan, cengkeh, damar dan mutiara . Sedangkan barang-barang impor di antaranya adalah keramik, sutera dari Cina dan tembaga. Mata uang emas juga digunakan untuk pembayaran denda bagi pelanggaran hukum yang besarnya disesuaikan dengan tingkat kesalahan.

mata1

(Koleksi Museum Nasional Bahan  Emas & Perak)

Mata uang ini dibuat dari potongan emas
dan perak. Potongan logam emas atau perak
diberi cap berupa gambar jambangan,
kuncup bunga, atau tiga tunas daun.
Diperkirakan mata uang tersebut digunakan
pada abad VII Masehi.

mata2(MATA UANG “MA” Koleksi Museum Nasional Bahan Emas Temuan Tegal, Jawa Tengah)

Mata uang “Ma” singkatan dari Masa karena
di salah satu sisi mata uang tersebut terdapat
huruf Nagari yang berbunyi “Ma”. Pada sisi
lain terdapat cap bergambar bunga. Selain di
Jawa, uang “Ma” juga ditemukan di Bali dan
Sumatera”. Kebanyakan uang “Ma” terbuat
dari perak dan digunakan sejak abad IX
Masehi.

mata4 mata3

(Mata uang perak dan emas temuan Wonoboyo dari kiri ke kanan)

mata5

(MATA UANG GOBOG Koleksi Museum Nasional Bahan Perunggu)

Keberadaan orang-orang Cina kaya di Majapahit memberikan ilham penduduk
setempat membuat mata uang menyerupai kepeng Cina dan dikenal
dengan sebutan uang Gobog.

mata6

MATA UANG GOBOG Koleksi Museum Nasional Bahan Perunggu

Jenis uang Gobog selain yang bermotif gambar, juga ada yang tertera
tulisan Arab (kalimat syahadat). Sekitar lubang bundar terdapat hiasan
“sinar Majapahit”.

(disarikan Buku Meniti Jejak-jejak Peradaban terbitan BPCB Jateng)