You are currently viewing Penemuan Situs Kesuben: Prespektif Bangunan dan Kontak Budaya

Penemuan Situs Kesuben: Prespektif Bangunan dan Kontak Budaya

Isbania Afina Syahadati

Afinasyahadati.as.as@gmail.com

ABSTRAK

Situs digambarkan sebagai kehidupan masa lampau, dimana pada suatu situs ditemukan beberapa peninggalan arkeologi. Salah satunya ialah, penemuan situs di Desa Kesuben, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Dari adanya penemuan tersebut, perlu adanya penelitian lebih lanjut oleh para ahli. Penelitian tersebut menggunakan beberapa metode sejarah diantaranya Heuristk dan Historiografi. Sedangkan pemaparan dari Historiografi ini dijabarkan dengan menggunakan metode deskriptif. Pada penelitian ini difokuskan pada struktur bangunan, kontak budaya, dan temuan-temuan pendukung lain. Meskipun dari penelitian ini telah dilakukan namun, belum dapat dijelaskan secara pasti mengenai latar belakang agama dari Situs Kesuben. Apabila menilik dari temuan-temuan dukungan lain, dapat dikatakan bahwa latar belakang agama dari Situs Kesuben ini ialah antara Hindu dan Buddha. Oleh karenanya, Situs Kesuben ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Kata Kunci: Situs Kesuben, Bangunan, Kontak Budaya

ABSTRACT

The site is described as past life, where at one site several archaeological remains were found. One of them is the discovery of a site in Kesuben Village, Lebaksiu District, Tegal Regency, Central Java. From these findings, it is necessary for further research by experts. This research uses several historical methods including Heuristk and Historiography. Meanwhile, the explanation of this historiography is described using descriptive methods. This research focuses on building structures, cultural contacts, and other supporting findings. Although this research has been carried out, it cannot be explained with certainty about the religious background of the Kesuben Site. Judging from the findings of other supports, it can be said that the religious background of this Kesuben Site is between Hinduism and Buddhism. Therefore, this Kesuben site still needs further research.

Keywords: Kesuben Site, Building, Cultural Contact

PENDAHULUAN   

Situs merupakan tempat dimana ditemukannya peninggalan-peninggalan arkeologi pada masa pra sejarah maupun masa sejarah atau sudah mengenal tulisan. Situs juga dapat dikatakan sebagai bukti pendukung dari penelitian sejarah. Bukti-bukti sejarah yang tersedia tidak dapat berbicara sendiri mengenai masa lampau. Bukti-bukti tersebut perlu ditafsirkan oleh sejarawan agar jelas tentang kebenaran faktual dan rangkaian antara fakta-fakta yang ditemukan. Sehingga mampu disusun sebagai cerita masa lampau yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.  Melalui situs telah menunjukkan bukti adanya suatu peradaban. Oleh karenanya, sebagai manusia yang beradab, situs perlu untuk dijaga dan dilestarikan keberadaanya.

Keberadaan suatu situs telah menunjukkan adanya peristiwa di masa lampau. Namun, dari beberapa situs masih perlu penelitian lebih lanjut guna menelaah latar belakang dari situs tersebut. Seiiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, maka banyak ditemukannya situs maupun artefak. Begitu pula dengan penemuan situs di Desa Kesuben, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Dari adanya penemuan tersebut, perlu adanya penelitian lebih lanjut oleh para ahli. Dengan demikian penelitan tersebut nantinya mampu memberikan informasi relevan sesuai dengan kajian penelitian.

METODE

Suatu penelitian tidak dapat terlepas dari metode yang digunakan, begitu pula dengan penelitian sejarah. Dalam mengkaji suatu objek, diperlukannya langkah-langkah atau yang sering disebut dengan metode. Melalui penelitian penemuan Situs Kesuben menggunakan beberapa metode sejarah diantaranya Heuristk dan Historiografi. Pada tahap Heuristik ini, penulis melakukan pencarian bahan-bahan sumber yang dapat dijadikan sumber keterangan atau pencarian bukti-bukti yang berkaitan langsung dengan objek penelitian. Tahap terakhir ialah, Historiografi, yang merupakan penyajian dari hasil penelitian secara keseluruhan yang disajikan dalam benyuk tulisan yang sesuai dengan karya ilmiah yang berlaku. Sedangkan pemaparan dari Historiografi ini dijabarkan dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif ini merupakan hasil penjelasan atau penjabaran yang penyusunanya dengan menggunakan susunan-susunan kalimat.

HASIL PENELITIAN

  1. Struktur Bangunan

Pada penelitian yang dilakukan oleh tim ahli ini telah ditemukan dua struktur bangunan dari Situs Kesuben. Pada temuan pertama menunjukkan struktur bangunan yang terbuat dari bata dengan orientasi utara-selatan dan memiliki kemiringan 30o. Kemiringan tersebut menunjukkan secara keseluruhan pada Situs Kesuben. Dari beberapa sudut situs ini telah ditemukan diantaranya, sudut timur laut, sudut tenggara, dan di sudut barat laut. Sedangkan sudut pada bagian barat belum ditemukan. Apabila diamati lebih lanjut, struktur bangunan satu menunjukkan bentuk persegi panjang dengan ukuran 8,2 x 8,7 m. Bahan utama dari situs tersebut ialah menggunakn batu bata. Dimana batu bata tersebut rata-rata berukuran panjang 30 cm, lebar 22 cm, dan tebal 10 cm. Meskipun demikian, adapun beberapa penemuan batu bata yang memiliki ukuran berbeda yakni, berukuran sekitar 27-32 cm, lebar 20-22 cm, dan tebal 6-9 cm. Dari sisa struktur yang ada pada Situs Kesuben ini paling banyak meninggalkan 6 struktur lapisan. Bahan yang paling dominan digunakan dalam pendirian bangunan candi ialah batu andesit, standsone, batu gamping, bata, atau kombinasi antara batu dengan bata. Sedangkan teknik yang digunakan untuk menyambung umumnya menggunakan teknik rubbing (gosok), sedangkan pada batu menggunakn teknik pasak, teknik pasak puritan, teknik sambungan, dan teknik sambungan dengan pasak.

2. Kontak Budaya

Keberadaan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah dianggap sebagai kerajaan tertua dengan bukti Prasasti Tuk Mas dari Desa Lebak dan Prasasti Canggal yang berangka 732 yang ditemukan di sekitar Candi Gunung Wukir, Magelang. Oleh karenanya belum diketahui keadaan masyarakat Jawa Kuno sebelum munculnya Kerajaan Mataram Kuno. Berdasarkan sumber-sumber dari Cina menyebutkan bahwa Jawa yang mereka sebut dengan She-po telah ada sejak abad ke-5 dengan keberadaan Ho-ling pada tahun 640 yang kemudian berubah lagi menjadi She-po pada tahun 820. Hal ini diperkuat dengan catatan Cina yang menerangkan bahwasanya utusan Ho-ling peernh mengunjungi Cina pada tahun 649, 666, 767, 768 dan terakhir pada tahun 813. Berdasarkan berita Cina tersebut, Ho-ling berada pada garis astronomi yakni, 6o 8’ LS. Namun, apabila ditarik dari garis tersebut maka keberadaan Kerajaan Ho-ling ini berada di daerah pantai utara Jawa (Pesponegoro dan Notosusanto 1993:95). Oleh karenanya, apabila ditarik kesimpulan berdasarkan catatan-catatan Cina tersebut telah menunjukkan bahwa Kerajaan Holing telah ada sebelum Kerajaan Mataram Kuno.

Seiring berjalannya waktu, penelitian di pantai utara Jawa Tengah satu persatu telah menunjukkan intensitas peninggalan budaya pada masa Hindu-Buddha. Penelitian mengenai perkembangan agama Hindu-Budha di pantai utara Jawa Tengah pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) pada tahun 1973 di Kabupaten Pekalongan, Batang dan Kendal. Melalui penelitian tersebut, sejumlah fragmen arca, sisa bangunan dan beberapa ornamen telah menunjukkan adanya karakteristik dari Agama Hindu beralirkan Siwa.

3. Temuan dukungan lain

Fragmen Kepala Kala

Kala menurut Zoetmulder, merupakan dewa maut dan sekaligus sebagai dewa penghancur. Kan tetapi Kala juga merupakan bentuk lain Dewa Rudra yakni yang sama-sama memiliki arti sebagai dewa perusak. Kala ini diciptakan oleh Dewa Siwa, dimana menurut legenda Hindu, kepala Kala menggambarkan kepala raksasa bernama Rahu

Kala yang merupakan ornamen pada candi ini sering kali dijumpai pada bagian pintu masuk candi maupun pada bagian gerbang candi. Sesuai pada penemuan di Situs Kesuben ini sedikit banyak telah memberikan gambaran bahwa peninggalan ini masih erat kaitannya dengan candi. Meskipun Kala ini sering dianggap sebagai hiasan belaka, namun Kala juga memiliki fungsi dan makna tersendiri. Salah satu fungsi Kala tersebut ialah sebagai penguat kontruksi dalam menyangga atap terutama yang terdapat di atas ambang pintu candi. Oleh karenanya, kepala Kala juga dikategorikan sebagai ragam hias arsitektural. Sedangkan secara makna, Kala disebut sebagai makhluk mitologi dalam Hindu dan memiliki fungsi sebagai penjaga bangunan sakral. Kala pada bagian relung candi biasanya diapit oleh makara yang merupakan wujud dari binatang laut. Menurut legenda Hindu, kepala Kala menggambarkan kepala raksasa bernama Rahu yang pada waktu memperebutkan air amrta atau air kehidupan. Namun, sebelum meminum air tersebut,kepala Rahu sudah terpenggal oleh senjata dari Dewa Indra. Dikarenakan amrta tersebut telah tersentuh di mulut Rahu maka, kepala Rahu tetap hidup sepanjang masa, meskipun tanpa dagu bagian bawah.

Pada penemuan Situs Kesuben ini telah ditemukan dua fragmen yang berbentuk kepala Kala. Kala yang pertama di temukan pada permukaan Candi Kesuben. Kala tersebut memiliki mata yang digambarkan melotot, mulut tertutup distilir pada bibir bawah dan tidak memiliki taring, serta kedua pipi terkesan penuh. Fragmen tersebut diperkirakan terbuat dari tanah liat yang belum dibakar. Sedangkan penemuan Kala bagian dua ini ditemukan di bagian tenggara Candi Kesuben dalam kotak ekskavasi di tengah reruntuhan bata. Kala tersebut ditemukan sudah dalam keadaan yang tidak utuh.

  • Antefiks

Antefiks merupakan suatu hiasan yang terdapat di luar bangunan candi. Melalui penemuan Situs Kesuben ini telah menunjukkan adanya beberapa peninggalan berupa antefiks. Candi dapat dikatakan sebagai simbol dari Gunung Mahameru ini memiliki berbagai macam hiasan dengan pola yang disesuaikan dengan alam pegunungan, seperi berbagai flora dan juga fauna. Antefiks sendiri sering kali dijumpai pada bagian pada bagian atap atau yang sering disebut dengan simbar. Selain dibagian atap antefiks juga ditemukan di bagian pelipit batur candi. Pola hiasan dari antefiks sendiri cukup beragam, seperti halnya hiasan yang menggambarkan pegunungan. Berdasarkan bentuknya, antefiks-antefiks yang ditemukan di Candi Kesuben diduga merupakan antefiks yang dipasang di bagian tengan dan antefiks yang dipasang disudut bangunan. Bentuk yang paling dominan dari adanya penemuan antefiks di Situs Kesuben ini berbentuk segitiga dengan masing-masing memiliki sudut landit dan dihiasi oleh kombinasi sulur, bunga, maupun kumbha (bejana guci).

  • Arca

Selain penemuan dari beberapa kepala Kala dan antefiks-antefiks lainnya, di Situs Kesuben ini juga ditemukan arca. Fragmen arca tersebut terbuat dari batu pasir berbentuk telapak kaki kiri dan lengan atas yang memakai kelat bahu (keyura). Akan tetapi, dikarenakan penemuan fragmen arca tersebut hanya berupa potongan saja maka, belum bisa dijelaskan lebih lanjut mengenai tokoh dari arca tersebut. Dilihat dari kuran telapak kaki arca yang memiliki lebar 7 cm diperkirakan bahwa tinggi dari arca tersebut kurang lebih sekitar 50 cm. Selain itu, menurut para ahli, bahwasanya temuan arca tersebut dierkirakan bukan merupakan arca dewa utama, melainkan hanya arca pendukung saja.

KESIMPULAN

            Penemuan Situs Kesuben telah menunjukkan bukti secara fisik dari adanya suatu kerajaan di masa lalu. Berdasarkan hasil penelitian melalui struktur bangunan, kontak budaya dan temuan pendukung lain bahwa Situs Kesuben berlatarkan agama Hindu Buddha. Namun, secara pastinya belum dapat disimpulkan lebih lanjut. Hal ini dikarenakan minimnya bukti yang dapat menjelaskan secara pasti mengenai latar belakang agama dari Situs Kesuben. Sedangkan jika ditilik dari kontak budaya maka, Situs Kesuben diperkirakan masih memiliki hubungan dengan Cina dan Kerajaan Holing atau Mataram Kuno. Untuk penjelasan secara detail, maka penelitian ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus Septrisia Arifin, Pelestarian Situs Sejarah,________________,Purwokerto: UMP, 2018.

Dewa Gede Yadhu Basudewa dan Coleta Palupi Titasari, Kesetaraan Ornamen Kala-Makara dengan Karang Bhoma: Studi Kasus di Pura Dalem Desa Taman Pohmanis. Forum Arkeologi, Vol. 28 No. 3, November 2015.

Sukawati Susetyo, Situs Kesuben: Suatu Bukti Peradaban Hindu-Buddha di Pantai Utara Jawa Tengah, Kalpataru, Majalah Arkeologi, Vol. 24 No. 2, November 2015.

Warsino dan Endah Sri Hartatik, Metode Penelitian Sejarah: Dari Riset Hingga Penulisan, Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama, 2018.