You are currently viewing Pemugaran Candi Induk Sewu, Pemugaran (bagian 8), Candi Sewu dan Sejarah Pemugarannya

Pemugaran Candi Induk Sewu, Pemugaran (bagian 8), Candi Sewu dan Sejarah Pemugarannya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah sampai saat terus menerbitkan buku bertema Cagar Budaya. Beberapa buku yang telah diterbitkan merupakan buku yang cukup sering digunakan untuk referensi guna melakukan tindakan pelestarian suatu cagar budaya. Buku-buku ini sering disebut sebagai buku “Babon” karena sangat memegang peranan penting. Salah satu buku “Babon” ini adalah Buku Candi Sewu dan Sejarah Pemugarannya. Adapun tim penulis buku ini adalah Penasehat/editor : IGN Anom, Penanggung Jawab : Tri Hatmaji, Tim Penyusun terdiri dari Ketua : Kusen, Anggota : I Made Kusumajaya, Gutomo, Rusmulia Ciptadi H, Murdjijono, Sudarno, dan Suhardi. Buku ini diterbitkan sebagai bagian Proyek Pelestarian / Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah 1991- 1992. Untuk lebih memudahkan akses masyarakat untuk dapat membaca buku ini, laman ini akan menampilkan bagian per bagian dari buku Candi Sewu dan Sejarah Pemugarannya.

Ditinjau dari tahapan kerjanya, kegiatan pengukuran dalam rangka pengumpulan data seperti tersebut di atas dapat dibagi menjadi dua. Pertama,
pengukuran yang dilakukan sebelum pembongkaran batu- batu candi. Kedua, pengukuran yang dilakukan selama proses pembongkaran. Untuk jelasnya masingmasing kegiatan akan diuraikan tersendiri.

(1) Pengukuran Sebelum Pembongkaran
Pengukuran sebelum pembongkaran dilakukan terhadap unsur- unsur bangunan yang tampak di permukaan tanah yang meliputi pagar, lantai halaman dan bangunan candinya. Dalam kesempatan ini hasil pengukuran unsur- unsur bangunan tersebut hanya di uraikan pokok- pokoknya saja sedang rinciannya dibaca dalam Murdjijono (1983).


(a) Pengukuran Pagar Halaman Pertama
Pengukuran kedudukan pagar halaman pertama dilakukan dari delapan polygone yang terletak di antara pagar halaman pertama dengan candi perwara deret 1. Pada keliling pagar yang berdenah empat persegi panjang di ambil 24 titik, masingmasing 12 buah di sisi luar dan 12 buah disisi dalam pagar. Pada sisi luar, titik- titik yang diukur berada pada garis tepian sudut pondasi pagar (foto No.28). sedang pada sisi dalam terletak pada garis tepian bingkai padma (foto No. 29). Titik – titik tersebut berada di keempat sudut luar dan sudut dalam keempat pintu masuk pagar. Hasil pengukuran titik- titik di sisi luar pagar menunjukkan bahwa baik secara vertikal maupun horizontal titik- titik pada garis tepian sudut pondasi pagar (reference line pagar) tidak berada dalam satu garis lurus. Ketinggian titik berkisar antara 160,838 s/d 161,038 meter di atas permukaan air laut, dengan rata-rata ketinggian 160, 914 meter. Beda tinggi antara titik yang tertinggi dan terendah 161,038- 160,838 = 0,20 meter. Hasil penghitungan koordinat setelah dituangkan dalam bentuk gambar menunjukkan bahwa pada keempat sisi luar pagar titik- titiknya tidak berada dalam satu garis lurus. Hasil pengukuran titik- titik di sisi dalam pagar menunjukkan gejala yang sama dengan hasil pengukuran di sisi luar pagar. Ketinggian titik pada garis tepian bingkai padma berkisar antara 161, 074 s/d 161,306 meter diatas permukaan air laut, dengan ketinggian rata- rata 161,197 meter. Beda tinggi antara titik yang tertinggi dan terendah 161,306 – 161, 074 = 0, 232 meter. Hasil pengukuran koordinat menunjukkan bahwa pada keempat sisi dalam pagar titik- titiknya tidak berada dalam satu garis lurus.
(b) Pengukuran Lantai Halaman Pertama
Pengukuran lantai halaman pertama khusus dilakukan untuk mengukur ketinggiannya. Untuk itu telah ditentukan 56 titik pada permukaan lantai halaman yang dianggap cukup mewakili keadaan permukaan lantai. Dari 56 titik tersebut, 28 buah terletak pada batu- batu lantai yang langsung bersinggungan dengan keliling kaki/ batur candi induk, sedang 28 titik lainnya berada pada permukaan batu- batu lantai yang letaknya bersinggungan dengan sisi dalam pagar keliling pertama. Hasil pengukuran titik- titik pada permukaan batu lantai yang terdapat pada keliling batur candi induk menunjukkan ketinggian yang bervariasi yaitu antara 161,037 s/d 161, 266 meter diatas permukaan air laut. Beda tinggi antara titik tertinggi dan terendah 161, 266 – 161,307 = 0, 229 meter, sedang ketinggian rata- rata 161, 136 meter. Pengukuran titik- titik pada permukaan batu lantai yang terdapat pada keliling sisi dalam pagar halaman menunjukkan ketinggian lantai di bagian ini berkisar antara 161, 071 s/d 1761, 306. Beda tinggi antara titik yang tertinggi dan yang terendah 161, 306 – 161, 071 = 0, 235 meter, sedang ketinggian rata- ratanya 161, 187 meter diatas permukaan air laut.
(c) Pengukuran Bangunan Candi Induk
Pengukuran kedudukan unsur- unsur bangunan candi induk sewu dilakukan baik secara denah (horizontal) maupun ketinggiannya (vertikal) . Dalam pelaksanaan pengukuran hampir seluruh bagian candi yang masih berdiri diukur kedudukannya. Namun, dalam kesempatan ini yang akan diuraikan secara khusus hanya pengukuran terhadap tiga bagian bangunan yang dipilih sebagai acuan pemugaran (reference line). Bagian bangunan yang dipilih sebagai reference line 1 adalah tepian sudut batur candi (foto No. 30). Pada keliling faris tepian sudut batur candi yang denahnya berbentuk palang bersudut 20 ini (angka 20 adalah jumlah sudut luar) diambil 40 buah titik yang diukur kedudukannya . pengukuran menunjukkan bahwa ketinggian titiktitik tersebut bervariasi antara 161, 502 s/d 161, 727 meter di atas permukaan air laut. Beda tinggi antara titik tertinggi dan terendah: 161, 727 – 161, 502 = 0, 225 meter, sedang ketinggian rata- ratanya 161, 580 meter. Hasil pengukuran koordinat ke 40 titik setelah dituangkan dalam bentuk gambar menunjukkan bahwa setiap garis tepian sudut batur candi pada semua sisi bidang denah tidak berupa garis lurus. Bagian bagunan yang dipilih sebagai reference line III adalah garis tepian sudut “batur” perbingkaian bawah tubuh bangunan tengah candi induk (foto No. 32). Pada garis tepian sudut “batur” yang mengelilingi bangunan tengah ini di ambil 24 buah titik yang diukur kedudukannya. Pengukuran menunjukkan bahwa ketinggian titik- titik tersebut berkisar antara 164, 766 s/d 164, 803 meter dengan rata- rata ketinggian 164, 783 meter. Beda tinggi antara titik yang tertinggi dan terendah : 164, 803 – 164, 766 = 0,037 meter. Hasil pengukuran koordinat titik- titik tersebut setelah digambar menunjukkan bahwa setiap garis tepian sudut “batur” pada semua sisi tidak berupa sebuah garis yang benar benar lurus.

Pengukuran dengan tingkat ketelitian yang sama dengan pengukuran ketiga reference line juga dilakukan pada lantai bilik tengah, lantai keempat penampil, lantai keempat lorong, lantai keempat selasar, dan bagian- bagian bangunan lainnya termasuk tempat kedudukan ambang- ambang atas (intel) dari seluruh pintu yang ada. Seluruh hasil pengukuran ini kemudian dituangkan dalam bentuk gambar denah dan gambar potongan baik secara keseluruhan maupun perbagian.

Disamping pengukuran terhadap unsur- unsur bagunan yang masih berdiri telah dilakukan pula pengukuran terhadap unsur- unsur bagunan yang telah runtuh yang masih dalam bentuk susunan percobaan. Bagian yang runtuh ini terutama bagian atap candi.
Dengan memadukan gambar bagunan yang masih berdiri dan gambar unsur bagunan yang telah runtuh diperoleh gambar rekonstruksi secara lengkap mulai dari batur sampai ke puncak atapnya.