You are currently viewing Relief Candi Sajiwan dan Cara Mengamatinya

Relief Candi Sajiwan dan Cara Mengamatinya

Oleh Ade Maulida Shifa

Gambar 1. Candi Sajiwan terletak pada arah selatan Kompleks Candi Prambanan

(Sumber: bpcbjateng.id)

Candi Sajiwan merupakan bangunan suci kerajaan bernafaskan agama Buddha. Letak dari candi ini berada di Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, arah selatan dari Kompleks Candi Prambanan. Candi yang menghadap ke arah barat ini diduga didirikan sekitar abad ke-9 hingga ke-10 M. Dalam kompleks Candi Sajiwan, dulunya ditemukan arca-arca Buddha Tathagata dan Boddhisattwa Awalokiteswara serta arca Dwarapala yang sudah rusak dan sekarang berada di pos penjagaan kompleks percandian. Bilik Candi Sajiwan nampaknya di masa sekarang tidak terdapat arca Buddha, namun ternyata dahulunya memang terdapat arca yang menempati bilik Candi Sajiwan.

Candi Sajiwan memiliki relief-relief yang sangat menarik untuk dipelajari oleh semua kalangan. Relief-relief ini dipahatkan mengelilingi kaki candi berisi fabel kisah satwa Jataka dan Awadana, cerita keagamaan Buddha dengan tokoh-tokoh manusia dan hewan yang memiliki makna pendidikan atau petuah untuk diteladani. Terdapat 20 panil relief yang dipahatkan mengelilingi kaki Candi Sajiwan. Relief-relief tersebut di antaranya mengandung cerita sebagai berikut.

  • Cerita “Seorang Prajurit dan Pedagang” yang memiliki makna kesetiaan menjalin hubungan persahabatan dalam hal tolong-menolong.
  • Cerita “Dua Ekor Angsa Menerbangkan Kura-Kura”, terletak pada dinding candi sisi barat dan memiliki makna sudah sepatutnya mengindahkan peraturan yang ada sehingga tidak ada hal buruk yang menimpa.
  • Cerita “Perlombaan antara Garuda dengan Kura-Kura” memiliki ujaran terkait dalam suatu perlombaan kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan.
  • Cerita “Buaya dan Kera” pada panil di dinding kaki candi sisi utara, bermakna dalam menghadapi bahaya yang datang dapat dihindari dengan kecerdikan akal budi.
  • Cerita “Perkelahian Banteng dan Singa” mengadung makna sepatutnya tidak mudah percaya fitnah karena akan berakibat buruk.
  • Cerita “Gajah dan Setangkai Kayu” memiliki ujaran kebaikan dalam kelompok, suatu persatuan sangat penting untuk mengalahkan sebuah kekuatan.
  • Cerita “Seorang Wanita dan Seekor Serigala” terletak di kaki candi sisi timur memiliki makna selalu bersyukur dan jangan mudah ditipu daya oleh sebuah pujian.
  • Cerita “Pemburu dan Serigala” bermakna sudah sepatutnya waspada dengan setiap tindakan dn hendaknya tidak berambisi dengan berlebihan karena akan membuat sengsara.
  • Cerita “Ketam Membalas Budi” memiliki makna perbuatan baik yang dilakukan akan membuahkan keselamatan dan hendaknya dalam hidup selalu tolong-menolong.

Gambar 2. Salah satu relief Candi Sajiwan (Sumber: candi.perpusnas.go.id)

Gambar 3. Candi Sajiwan tampak depan (Sumber: bpcbjateng.id)

Gambar 4. Candi Sajiwan tampak samping kiri (arah selatan) (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Dalam membaca relief biasanya perlu diperhatikan beberapa aturan pengamatan. Hal ini ditujukan agar pengamat dapat mengamati cerita dengan nyaman. Seperti yang telah dikatakan di awal, relief pada Candi Sajiwan dipahatkan pada dinding kaki candi, pipi tangga, dan dinding luar pipi tangga. Pengamatan pada Candi Sajiwan yang disarankan menurut Ahli Arkeologi, Agus Aris Munandar, pada buku yang berjudul “Proxemic Relief Candi-Candi Abad Ke-8—10” adalah sebagai berikut.

  1. Untuk mendapatkan pandangan yang nyaman oleh pengamat, dalam mengamati pada pipi tangga utara-selatan yang dipenuhi oleh relief sebaiknya sedikit mundur dari pipi tangga dan pengamat berada pada posisi berdiri di halaman candi.
  2. Apabila pengamat terlalu maju dalam mengamati relief pada pipi tangga utara-selatan, maka objek yang dipandang tidak menjadi fokus dan hanya satu titik tertentu yang menjadi pusat perhatian.
  3. Relief akan jelas dipandang apabila pengamat berada pada jarak 210 cm dari dinding pipi tangga.
  4. Pengamatan pada dinding kaki candi sebaiknya berdiri tegap di permukaan tanah halaman candi. Sangat mungkin dulunya para peziarah yang mendatangi Candi Sajiwan mengamati panil dengan berjalan pradaksina. Pradaksina sendiri merupakan cara berjalan berkeliling searah dengan jarum jam, timur menuju barat.
  5. Jarak yang disarankan yaitu sekitar 205-275 cm dalam mengamati relie-relief yang dipahatkan pada kaki Candi Sajiwan.

Dengan adanya pengamatan yang dianjurkan tersebut, menjadikan para pengunjung dapat lebih nyaman memperhatikan relief-relief Candi Sajiwan. Selain itu, anjuran dalam pengamatan candi ini setidaknya dapat membantu pengunjung untuk lebih memahami makna yang ingin disampaikan nenek moyang kita pada pahatan relief-relief candi.

Referensi

BPCB Jateng. 2020. Candi Sojiwan. Diakses melalui: https://bpcbjateng.id/berita/candi-sojiwan pada 01 September 2021

Munandar, Agus Aris. 2012. Proxemic Relief Candi-Candi Abad Ke-8—10. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. ISBN: 978-979-3258-98-0

Sedyawati, Edi, dkk. 2013. CANDI INDONESIA SERI JAWA. Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN: 978-602-17669-3-4

https://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_tengah-candi_sajiwan_56