You are currently viewing Panteon Hindu (bagian kedua)

Panteon Hindu (bagian kedua)

Dalam percandian Siwa, arca Siwa atau simbol yang mewakilinya, berupa linggayoni,  merupakan arca utama yang ditempatkan di dalam garbhagreha. Arca utama tersebut, biasanya didampingi sejumlah arca lain  yang dikenal dengan sebutan parswadewata, terdiri atas Agastya di selatan, Ganesa di barat, dan Durga di utara.  Konfigurasi semacam  itu tampaknya hanya terdapat di Jawa, karena di India sebagai negeri asal Agama Hindu, Agastya tidak ditempatkan dalam percandian Siwa. Di India, konfigurasi dewa-dewa yang mengiringi Siwa di dalam percandian   adalah Ganesa di selatan, Kartikeya di barat, dan Bathari Gauri di utara. Sementara garbhagreha-nya tetap ditempati Siwa. Tokoh-tokoh tersebut merupakan anggota keluarga Siwa, terdiri atas sakti-nya, yaitu Bathari Gauri yang merupakan perwujudan dari Parwati, dan kedua putra Siwa, yaitu Ganesa dan Karrtikeya.

Selain parswadewata terdapat juga dewa-dewa penjaga mata angin, yang terdiri atas catwari lokapala, asta dikpalaka, nawadewata, dan dasa lokapala. Dewa-dewa tersebut adalah dewa-dewa sub ordinat yang bertugas menjaga dunia dari pengaruh buruk para bhuta dan makhluk jahat lainnya. Di dalam percandian, dewa-dewa tersebut ditempatkan sesuai dengan arah mata angin yang dikuasainya. Catwari lokapala adalah dewa-dewa yang berkedudukan di empat penjuru mata angin utama, terdiri atas Indra di timur, Yama di selatan, Waruna di barat, dan Kuwera di utara. Asta dikpalaka adalah dewa-dewa yang berkedudukan di delapan penjuru mata angin, terdiri atas Indra di timur, Agni di tenggara, Yama di selatan, Nirruti di barat daya, Waruna di barat, Wayu (Bayu) di barat laut, Kuwera di utara, dan Isana di timur laut.  Asta dikpalaka tersebut kemudian berkembang menjadi 10, disebut dasa lokapala, dengan menambahkan Paramasiwa di zenit dan Sadasiwa di Nadir.  Ada juga konfigurasi dasa lokapala yang menempatkan Brahma di zenit dan Ananta di nadir, menggantikan posisi Paramasiwa dan Sadasiwa.

Menarik untuk dikemukan adalah nawadewata, sering juga disebut sebagai dewata nawasanga, adalah dewa-dewa penjaga mata angin dalam sistem panteon Hindu Dharma di Bali. Dalam kelompok nawadewata tersebut, diketahui bahwa dewa-dewa yang tergabung di dalamnya didudukkan sebagai representasi Siwa, termasuk Brahma dan Wisnu yang juga ada di dalam kelompok tersebut. Dalam nawadewata, Siwa berkedudukan di pusat. Kemudian, berturut-turut adalah Iswara di timur, Mahesvara di tenggara, Brahma di Selatan, Rudra di barat daya, Mahadewa di tenggara, Sankhara di barat laut, Wisnu di utara, dan Sambhu di timur laut. Penggambarannya pun seringkali hanya senjata  yang mewaliki keberadaan dewa pemiliknya.  Dalam konfigurasi nawadewata ini, Wisnu juga berkedudukan di utara dan Brahma di selatan.

Dewa-dewa sub ordinat seperti yang termasuk di dalam parswadewata dan lokapala digolongkan ke dalam kelompok pariwara besar.  Demikian juga sakti para mahadewa dan dewa-dewa lain yang belum termasuk di dalam kelompok tersebut. Di antara dewa-dewa yang dimaksud, adalah dewa-dewa yang melambangkan berbagai unsur di alam semesta, misalnya air, api, planet-planet, dan masih banyak lagi. Tidak ketinggalan pula adalah Mahakala dan Nandiswara  yang sering dijumpai di  kanan-kiri pintu masuk candi Siwa. Berbagai jenis binatang, termasuk binatang mitis, juga menjadi bagian dalam mitologi dewa-dewa.(disarikan dari buku Dewa-Dewi Masa Klasik Jawa Tengah terbitan BPCB Jateng)