You are currently viewing Panteon Buddha

Panteon Buddha

Sebagaimana halnya di dalam agama Hindu, agama Buddha pun mengenal sejumlah dewa-dewi yang digunakan sebagai sarana pemujaan. Para Buddha dan Bodhisattwa lah yang didudukkan dan dipuja sebagai dewa-dewi. Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa dalam perkembangannya, dewa-dewi dalam agama Hindu  diadopsi pula menjadi dewa-dewi Buddha. Tidak hanya itu,   agama Hindu pun mengakui keberadaan   Buddha sebagai awatara kesembilan dalam dasawatara Wisnu. Tradisi semacam itu sebetulnya tidaklah mengherankan, terutama apabila latarbelakang munculnya Buddhisme dirunut  secara historis.  Eksistensi Buddhisme tidak dapat dilepaskan begitu saja dari Hinduisme. Prasasti Klurak (782 M), yang ditemukan di sekitar Candi Lumbung misalnya, bahkan dengan tegas menyebutkan adanya penyetaraan antara Manjusri yang berkedudukan sebagai dewa utama dengan Trimurti, karena di dalam diri Manjusri tekandung unsur Triratna.

Hirarkhi sistem panteon dalam agama Buddha terdiri atas

  1. Adibuddha
  2. Dhyani Buddha
  3. Bodhisattwa
  4. Manusi Buddha

Adibuddha adalah dewa tertinggi yang besifat swayambhu (menciptakan dirinya sendiri) dan ia ada sebelum dunia dan seisinya ada. Dari dirinyalah para Dhyanibuddha berasal. Dhyanibuddha, disebut juga tathagata, adalah emanasi Adibuddha yang berkedudukan di nirwana. Para Dhyanibuddha ini dipercaya sebagai ikon yang telah mencapai kesempurnaan ilmu tertinggi, sehingga terlepas dari samsara.  Ada di tingkatan berikutnya adalah Bodhisattwa, yaitu ikon yang telah mencapai pengetahuan tertinggi sehingga ia berhak masuk nirwana. Akan tetapi, ia memutuskan untuk menunda masuk nirwana karena berbelas kasih menolong semua makhluk agar mendapatkan pencerahan. Para Bodhisattwa ini berkedudukan di swarga tushita yang merupakan tempatnya menunggu sebelum diturunkan ke dunia sebagai manusi buddha.

Dipercaya ada banyak manusi buddha yang mengabdikan dirinya di dunia untuk menyelamatkan segala makhluk. Salah satunya adalah Sakyamuni (orang bijak dari dinasti Sakya) yang merupakan tokoh sejarah. Sakyamuni adalah sebutan bagi Siddharta Gautama, putra raja Kerajaan Kapilawastu di perbatasan antara India dan Nepal. Masa hidup  Siddharta Gautama antara tahun 563 SM-483 SM, dan pada saat berumur 35 tahun ia mencapai kebuddhaan, sehingga disebut Buddha.  Selain digunakan untuk menyebutkan tingkatan seseorang yang sudah mencapai kebuddhaan, terminologi Buddha secara spesifik menunjuk Siddharta Gautama dan ajaran yang diajarkannya, yang kemudian dikenal sebagai agama Buddha.

Dewa-dewa Buddha dapat dibedakan satu dari yang lainnya melalui berbagai cara. Selain melalui laksana, mudra dan asana-nya, juga dapat diketahui berdasarkan perwujudannya.  Adibuddha  sebagai dewa tertinggi sebenarnya tidak digambarkan dalam wujud ikon. Akan tetapi, sekte Wajrayana menggambarkan Adibuddha dalam wujud antropomorfik, sebagai Wajradhara yang mengenakan bodhisattwa-abharana. Apabila digambarkan sendiri, Wajradhara digambarkan dalam sikap vajrahumkaramudra dan bila digambarkan bersama sakti-nya, Wajradhara digambarkan dalam posisi yabyum. Wujud lain yang juga dipercaya sebagai representasi Adibuddha adalah Samantabhadra dan  Wairocana.