You are currently viewing Mengenal Lebih Dekat Arca Ganesha (Selesai)

Mengenal Lebih Dekat Arca Ganesha (Selesai)

Sejak ditemukan seorang petani pada Jumat (27/12/2020) saat mengolah lahan tepatnya di Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Arca Ganesha banyak mengundang perhatian masyarakat. Berita tentang penemuan Arca Ganesha yang berukuran cukup besar yaitu dengan tinggi 130 cm dengan lebar 86 cm, dan panjang 120 cm telah banyak ditulis di portal berita dan banyak dibagikan melalui media sosial. Sayangnya kondisi arca ini tidak utuh karena bagian kepalanya tidak ada. Walaupun dengan kondisi tanpa kepala arca ini masih dapat diidentifikasi sebagai Ganesha salah satu tokoh dalam agama Hindu berkepala gajah.

Dalam cerita wayang, ia disebut Bhatara Gana, karena berperan sebagai pemimpin para gana. Gana adalah pasukan pengawal Siwa. Dalam tradisi pewayangan, Bhatara Gana adalah pahlawan yang mengalahkan para asura yang hendak menduduki kahyangan para dewa.

Dalam beberapa kitab dari India, Ganesa disebutkan mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut, berkepala gajah, bertangan empat dengan salah satu tangannya memegang ekadanta (gadingnya sendiri yang patah), tangan kiri memegang parasu (kapak perang), dan kedua tangan lainya memegang padma (teratai merah) dan modaka (sweetmeats). Mempunyai trinetra (tiga mata), upavitanya berupa ular, kepalanya merah seperti sindura, tubuhnya merah seperti kunkuma dan duduk di atas seekor tikus, terkadang digambarkan duduk di atas singa.

Pengarcaan Ganesa bervariasi, ada yang digambarkan dalam posisi berdiri (stanaka) dan posisi duduk (Utkutikasana) di atas asana, serta jarang sekali Ganesa digambarkan di atas wahananya yang berupa tikus. Ganesa biasa menempati relung atau bilik belakang candi Hindu maupun diarcakan tersendiri. Atribut yang dibawa di tangan kanan belakang berupa aksamala (tasbih), tangan kiri belakang membawa parasu (kapak perang), tangan kanan depan membawa danta (gading yang patah) dan tangan kiri depan membawa modaka (sweetmeats). Pakaian dan perhiasan yang dikenakan berupa jatamukuta (mahkota dari pilinan rambut) dengan hiasan ardhacandrakapala, serta prabhamandala dibelakang kepala, kadang memakai kundala (anting-anting), hara (kalung), keyura (kelat bahu), gelang tangan, gelang kaki, upavita berupa ular, ikat pinggang, uncal, dan kain. Lapik arca berupa padma, namun kadang-kadang juga dijumpai Ganesa yang duduk atau berdiri di asana berupa kapala (tengkorak), yang dikenal dengan sebutan kapalasana. Jika digambarkan duduk di atas padmasana, Ganesa digambarkan dalam dalam sikap duduk utkutikasana, yang menjadi salah satu laksana kuatnya.

Ganesa yang digambarkan duduk di atas asana tengkorak antara lain ditunjukkan oleh Ganesa koleksi BPCB Jawa Tengah. Arca yang dimaksud terbuat dari batu yang kualitasnya tidak terlalu bagus. Meskipun kondisi arcanya tidak terlalu bagus, jika dibandingkan dengan Ganesa Candi Banon misalnya, akan tetapi keberadaannya penting, karena penggambarannya tidak seperti penggambaran Ganesa pada umumnya. Ganesa tersebut,  digambarkan duduk di atas asana yang dihiasi tengkorak, disebut kapalasana. Tidak hanya itu, jika diperhatikan lebih detil, ternyata perhiasannya pun dihiasi tengkorak.  Keberadaan tengkorak pada sebuah arca, sering dihubungkan dengan ritual sekte tertentu. Penggambaran Ganesa dengan ciri tengkorak semacam itu popular pada periode Klasik Jawa Timur. (Sumber Tulisan dan Foto: Buku “Dewa-dewi Masa Klasik” Terbitan BPCB Jateng)