You are currently viewing Laku Spiritual Dalam Pekerjaan Mencari Batu

Laku Spiritual Dalam Pekerjaan Mencari Batu

Hal yang membuat Rabiman, seorang pencari batu dapat menikmati pekerjaan adalah kebiasan nenepi bila mengalami kesulitan, diantaranya jika batu yang dicari belum ketemu atau bangunan yang disusun belum diketahui bentuknya. Ia merupakan orang yang senang melakukan lelaku dan puasa tiap hari senin dan kamis. Menurutnya kebiasaan ini dilakukan untuk menjernihkan hati dan pikiran memohon petunjuk kepada Tuhan mengenai batu yang sedang dicarinya.

Salah satu laku spiritualnya lain yang selalu dijalaninya adalah tidur di sedang dipugar atau candi lain apapbila harus melakukan pekerjaan pencaharian baru. Kebiasaan ini dimulainya ketika ia bekerja di Candi Sewu. Dia sering tidur di candi tersebut ketika dirasaka batu-batu candi dalam pemugaran sulit ditentukan letaknya dan biasanya permasalahan itu selalu membebani pikirannya.

Nenepi di Candi Sewu tidak hanya dilakukan sekali-dua kali, akan tetapi berulang kali hingga purna pugar Candi Induk Sewu tahun 1992. Setelah itu, ia mulai merasa ketagihan tidur di lokasi pemugaran candi diantaranya Candi Gunungsari, Candi Tenggaran, dan Candi Selogriyo.

Kadang kala batinnya mendorong ia harus menjalankan sesuatu ketika ia bertugas di Candi Tengaran. Didorong oleh suara batinnya, malam-malam ia rela naik motor sendirian dari Candi Tenggaran yang ada di Kabupaten Semarang ke Candi sambisari yang ada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta untuk tidur disana semalam untuk memastikan bahwa Candi Tengaran itu bentuknya mirip dengan Candi Sambisari. Kegiatan ritualnya tidak hanya berlaku pada bangungan  candi., tetapi berlaku juga untuk bangunan lain seperti masjid dan makam.

Laku spiritualnyanya yang dijalankan secara terus-menerus menyebabkan ia memiliki indra yang lebih tajam. Tak jarang ia bertemu dengan mahluk halus, diantaranya para “penjaga candi”. Oleh karena itu, ia akan tahu dengan sendirinya para “penjaga candi”bahkan sebelum juru kunci menceritakannya.

Dalam pekerjaannya sebagai pencari batu ia tidak hanya dihadapkan pada permasalahan mengenai batu, akan tetapi ia harus berhadapan dengan masyarakat setempat. Kondisi ini sering membuatnya merasa kesulitan karena pada umumnya masyarakat sekitar tidak mendukung pekerjaannya, banyak yang meminta ganti rugi untuk setiap batu yang diambil, tetapi ada juga batu yang tidak boleh diambil karena dianggap benda bertuah. Hal ini pernah dialaminya di Gunungsari ketika sebuah batu dorpel dilarang diambil karena dianggap bila dipindahkan akan membawa petaka, walaupun dia sudah berusaha menjelaskan bahwa ia sanggup menanggung segala resikonya akan tetapi masyarakat tetap bersih keras untuk mempertahankannya.

Kata-kata Rabiman yang selalu diucapkan dan menjadi prinsip hidupnya berkaitan dengan laku spiritualnya adalah “menahan lapar dan menahan kantuk akan mempertajam pikiran seseorang”. Mari kita ambil hikmahnya.