You are currently viewing Kriya Kaca, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Kriya Kaca, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Kaca digolongkan sebagai benda anorganik yang tersusun dari mineral – mineral yang mengandung unsur silica. Pada umunya bahan kaca merupakan campuran sodium dan kalsium silikat. Mineral-mineral yang ada dalam bahan kaca mempunyai sifat mencair bila dipanaskan, berubah menjadi melekat selama pendinginan, dan mengalami pengerasan jika pendiginan dilakukan dengan cepat yang tinggi. Sifat lainnya adalah taransparan, mempunyai kilap (disebut kilap kaca), dan tidak berwarna. Unsur dalam bahan kaca (silica) mempunyai titik lebur yang tinggi (dapat mencapai 1.700 ℃),maka kemampuan mengolah bahan kaca dapat dihubungkan dengan satu tataran kepandaian manusia yang setara dengan tingkat kepandaian melebur logam. Oleh karena itu, dapatlah dipahami apabila manik-manik kaca di Indonesia mulai dikenal pada masa perundagian.

Di Indonesia, bukti kriya kaca yang paling awal dikenal manusia adalah maik-manik. Teknik pembuatan manik-manik kaca dilakukan dengan cara memanaskan bahan kaca terlebih dahulu. Selanjutnya bahan kaca dalam kondisi cair dituang ke dalam cetakan manik-manik atau dengan cara memasukkan sepotong kawat ke dalam cairan kaca kemudian diputar-putar atau ditarik hingga menghasilkan bentuk manik-manik yang diinginakan. Bentuk manik-manik kaca yang dihasilkan sangat bervariasi, baik dari segi bentuk maupun warnanya. Secara garis besar bentuk manik-manik kaca adalah bulat, bersegi, silendris, beruas, spiral, kerucut, dan chevron. Dari segi warnanya, dapat dibedakan menjadi manik-manik kaca monokrom dan polikrom. Warna-warna pada manik-manik kaca diperoleh dengan cara mencampurkan oksida logam, misalnya oksida besi untuk warna hijau, ke dalam campuran bahan kaca. Lingga laca yang di simpan di Kantor SPSP Jawa Tengah, kemungkinan juga dibuat dengan teknik yang sama dengan membuat manik-manik kaca.

Selain itu, terdapat seni kriya kaca yang menghailkan stained glass, secara awam disebut juga sebagai hiasan kaca patri karena menggunakan logam (misalnya timah, tembaga, atau seng) yang dipatrikan pada kepingan kaca perwarna-warni. Dalam segi ini dibutuhkan keterampilan untuk mengolah kaca, sekaligus mengolah logam. Jenis logam yang umum digunakan sebagai bandings (pengikat kepingan kaca) adalah timah, sehingga seni ini juga sering disebut kaca timah.

Di dalam seni kriya kaca, dikenal pula teknik blowpipe untuk menghasilkan benda-benda berbentuk silindris dengan corong, misalnya gelas atau komponen lampu kaca gantung. Pada prinsipnya, kaca yang berbentuk seperti pipa dipanaskan, kemudian ditiup dengan menggunakan alat peniup, sehingga diperoleh bentuk benda yang diinginkan. Pada benda-benda yang terbuat dari kaca seringkali terdapat hiasan yang pada umunya dibuat dengan teknik etsa, lukis, dan gravir.

(foto benda koleksi bpcbjateng)