You are currently viewing Stasiun Beringin, Bukti Indonesia Kaya akan Hasil Bumi

Stasiun Beringin, Bukti Indonesia Kaya akan Hasil Bumi

Sistem transportasi Kereta Api di Indonesia melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang. Pulau Jawa merupakan titik awal perkembangan transportasi kereta api di Indonesia. Pembangunan jaringan kereta api di Jawa tidak lepas kepentingan-kepentingan strategis Belanda untuk mengeksploitasi Jawa. Salah satu jaringan yang dibangun adalah jalur Tuntang – Kedungjati dimana jalur ini juga terkoneksi dengan stasiun Ambarawa yang berdekatan dengan benteng pertahanan. Jalur Tuntang – Kedung Jati dibangun oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), mulai dibuka pada tahun 1871 dan rampung pada tahun 1905. Route ini melewati beberapa halte pemberhentian atau stasiun kecil antara lain Stasiun Tempuran, Stasiun Gogondalem, Stasiun Bringin serta halte Ngombak dan Tlogo. Selain untuk kepentingan militer, jalur ini juga digunakan untuk mengangkut hasil bumi berupa kayu dari wilayah Gerobogan yang pada masa lalu cukup melimpah.

Stasiun beringin secara administratif terletak di Desa Bringin, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Secara astronomis, Stasiun ini terletak pada S7°15′ 11.738″ E110° 31′ 24.446″. Adapun batas-batas dari stasiun beringin ini ialah: Utara: ladang dan perkampungan penduduk. Selatan: jalan raya. Barat: lahan kosong. Timur: lahan kosong. Saat ini Stasiun Bringin sudah tidak aktif lagi.

Selain bangunan stasiun, masih dapat dijumpai beberapa bangunan fasilitas antara lain menara air, rumah pompa, gudang, dan pipa pengisian air yang terletak di sisi Timur bangunan Stasiun Bringin. Selain itu juga terdapat rumah tinggal pegawai stasiun yang terletak di sisi barat daya bangunan stasiun.

Pada tahun 2014 dan 2015, Satuan Kerja Pengembangan Perkeretaapian Jawa Tengah dibawah Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan berencana melakukan kegiatan pembangunan reaktivasi jalur Tuntang-Kedungjati yang melawati Stasiun Bringin.