You are currently viewing Kerusakan Struktural Yang Terjadi Pada Bangunan Kolonial

Kerusakan Struktural Yang Terjadi Pada Bangunan Kolonial

Jawa Tengah mempunyai banyak tinggalan kolonial berupa bangunan. Bangunan-bangunan ini bermacam-macam bentuknya antara lain stasiun, sekolah, pemukiman, pabrik, stasiun, perkantoran, markas militer, dan gedung pertunjukkan. Banyak diantara bangunan-bangunan ini masih difungsikan sampai sekarang. Tidak sedikit bangunan-bangunan ini mengalami kerusakan karena telah melewati masa yang cukup panjang dari waktu didirikan sampai dengan sekarang. Salah satu jenis kerusakan yang terjadi adalah kerusakan struktural. Kerusakan struktural adalah kerusakan yang berhubungan dengan kekuatan bangunan itu sendiri. Dengan kata lain kerusakan yang dapat menyebabkan kehancuran bagi bangunan tersebut.

Pendataan kerusakan PTPN XV Semarang oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah dapat menggambarkan apa saja kerusakan yang terjadi pada bangunan tersebut. Kerusakan ini antara lain

Kerusakan spesi semen dan kerusakan batu bata

Hal ini disebabkan karena adanya air dengan kadar garam tinggi sehingga selain merusak atau menghilangkan daya rekat semen, air garam tersebut juga ikut merusak bata. Kerusakan pada spesi semen bata (nat) terjadi pada beberapa bagian dinding  sisi utara bangunan.

Kerusakan pada bagian kolom bangunan

Kerusakan ini disebabkan karena adanya rebesan air dari tanah dan kelembaban yang sangat tinggi sehingga menyebabkan besi berkarat selain itu kondisi besi tulangan yang tidak terbungkus semen dengan baik ikut mempercepat terjadinya kerusakan terhadap kolom. Kerusakan yang terjadi adalah beberapa kolom pada lantai pertama mengalami pecah memanjang searah dengan panjangnya besi tuangan. Hal ini terjadi pada kolom-kolom diruangan pertama.

Kerusakan pada atap ruangan pada lantai pertama (cor lantai kedua)

Kerusakan ini terjadi karena lapisan cor sisi bawah lantai kedua sangat tipis sehingga mengelupas. Pengelupasan ini mengakibatkan anyaman besi penguat lantai tampak dan mengalami korosif. Hal ini terjadi pada beberapa atap ruangan lantai pertama.

Kerusakan Dinding akibat akar tumbuhan

Kerusakan struktural pada dinding bangunan PTPN XV terjadi akibat adanya akar tumbuhan. Akar tersebut  tumbuh membesar dan menyisip disela-sela bata (nat) sehingga nat tersebut menjadi renggang. Selain menjadi renggang, air hujang yang mengalir disepanjang akar tersebut juga masuk ke sela-sela nat tersebut dan mengakibatkan nat tersebut selalu basah. Nat-nat yang basah ini dan ditambah denan kooran yang dihasilkan dari pelapukan akar mati menyebabkan daya rekat semen menjadi berkurang bahkan hilang. Hal inilah yang menyebabkan kerusakan pada dinding bangunan. Kerusakan ini tampak jelas pada dinding bangunan bagian depan terutama pada bagian menara sisi selatan.

Kerusakan pada bagian rangka kayu bagian atap

Adanya kebocoran pada bagian atap (genteng) menyebabkan pelapukan pada struktur kayu penopang atap. Akibat dari pelaukan tersebut adalah patahnya kayu-kayu penopang atap genteng tersebut. Hal ini diperparah dengan tidak adanya perbaikan pada bagian atap genteng. Kerusakan struktur kayu penopang atap ini terjadi pada ruangan kesebelas lantai kedua.

Kerusakan pada dinding akibat pengaruh beban yang ditumpu

Kerusakan ini diakibatkan karena konstruksi bangunan yang agak menyimpang dari ketentuan. Kerusakan ini diakibatkan karena beban yang ditumpu dinding terlalu berat, sedangkan dinding tersebut dibangun tanpa adanya perkuatan beton bertulang. Karena menyangga beban yang berat tersebut ditambah dengan adanya akar tumbuhan serta keadan dinding yang selalu basah oleh hujan menyebabkan dinding retak dan pada akhirnya tidak kuat lagi menyangga beba konstruksi diatasnya. Hal ini tampak pada bagian ruangan menara sisi selatan

Kerusakan patahnya lantai

Kerusakan patahnya lantai ruangan diakibatkan oleh kurangnya perkuatan pada lantai tersebut, selain hal ini kemungkinan juga disebabkan karena pembuatan lantai tersebut (cor) tidak sekali jadi dan kemungkinan karena tipisnya cor lantai tersebut. Sehingga pada waktu ditambah beban dengan pemasangan tegel maka pada bagian sambungan tersebut memiliki daya dukung paling rentan dan pada akhirnya terjadi patahan. Selain terjadinya retakan juga terjadi lantai yang bergelombang. Hal ini terjadi pada lantai ruangan kelimabelas dan ruangan kedelapanbelas.