You are currently viewing Seni Kriya Kuno, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Seni Kriya Kuno, Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Berdasarkan arti katanya, kriya (craft) adalah semua hasil karya manusia yang memerlukan keahlian khusus (skill) yang berkaitan dengan tangan. Oleh karena itu, kriya sering disebut sebagai kerajinan tangan atau handicrafts. Skill atau keahlian untuk menghasilkan kerajinan tangan disebut kekriyaan atau craftmanship.

Seni kriya merupakan salah satu cabang seni rupa. Cabang seni rupa yang lain adalah seni lukis, seni patung, seni cetak, seni bangunan (arsitektur), seni dekorasi ruang, dan seni desain grafis. Pada mulanya, seni kriya merupakan hasil dari keahlian manusia dengan mengolah bahan mentah menjadi bentuk-bentuk yang berkaitan dengan fungsi praktisnya. Oleh karena itu, seni kriya sering kali digambarkan sebagai seni terapan. Selain seni terapan yang latarbelakang penciptanya mensyaratkan aspek fungsional, terdapat pula seni murni. Berbeda dengan seni terapan, latar belakang pentiptaan seni murni hanya didasarkan pada persyaratan yang ada dalam seni itu sendiri tanpa mempertimbangkan faktor-faktor yang lain, misalnya aspek fungsional.

Dalam perkembangan sejarahnya, hasil kriya seringkali ditolak untuk dikategorikan sebagai karya seni. Hal itu disebabkan karena kerajinan tangan dianggap lebih bersifat praktis untuk memenuhi kebutuhan pokok. Padahal karya seni pada umunya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dibuat manusia bukan atas dorongan kebutuhan pokok (fungsi praktis) melainkan atas dorongan keingiinan akan kemewahan, kenikmatan, keindahan, ataupun karena dorongan kebutuhan sepiritual. Contohnya yang dapat dikemukakan misalnya adalah baju. Baju merupakan sarana memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam melindungi tubuh sehingga tidak dimasukan kedalam karya seni. Akan tetapi, karena baju dibuat dalam berbagai kain, warna ataupun model yang cenderung tidak berkaitan dengan fungsi praktisnya, maka baju kemudian dapat dikategorikan juga sebagai karya seni. Bahkan ada juga baju yang pembuatannya dilatarbelakangi oleh tuntutan keagamaan, misalnya busana muslim. Dengan demikian sebenarnya hampir tidak mungkin menemukan bukti penciptaan bentuk (benda) yang bebas atau bersih dari dorongan keinginan akan kemewahan, kenikmatan, keindahan, ataupun karena kebutuhan spiritual dari penciptanya.