You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Islam (4)

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Islam (4)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Bangunan masjid kuna lain yang menarik adalamh Masjid Menara di Kudus. Prasasti berhuruf dan berbahasa Arab yang ditempelkan di atas lengkung mihrab memberi informasi bahwasa Masjid Menara dibangun oleh Sunan Kudus yang nama aslinya Ja’far Shadiq, pada tahun 956 H = 1549 TU. Masjid Menara ini sekitar tahun 1933 mengalami perluasan yang kurang terkontrol sehingga beberapa bagian dari masjid asli lenyap atau dirubah.

Jika orang masuk ke halaman Masjid Menara orang akan melewati gapura berbentuk candi bentar yang bagian kanan-kirinya menyambung dengan pagar keliling kompleks masjid.pagar keliling dan gapura tersebut dibuat dari bata yang disusun dengan teknik kosod. Di halaman depan masjid tampak menara yang berbentuk mirip candi gaya klasik muda termasuk tga bagian vertikal yang biasa diterapkan pada candi. Menara yang tinggi tersebut juga dibuat dari bata, dan penyusunannya juga menggunakan teknik kosod, tetapi ruang atasnya sa,pai dengan atap dibuat dari bangunan kayu. Tubuh menara diberi hiasan tempelan piring-piring keramik di antaranya keramik Cina. Ruang atas menara dapat dimasuki dengan menaiki tangga kayu yang terpasang di dalam bilik menara. Pada salah satu balok kontruksi kayu ruang atas digantungkan bedug sebagai peanda waktu shalat.

Sebagian ahli menduga bahwa menara tersebut adalah candi yang dialihfungsikan menjadi menara, karena bentuknya sangat mirip candi, hanya runag atasnya berupa bangunan kayu. Namun demikian, anggapan bahwa bangunan tersebut secara fungsional memang maenara masjid yang dibangun dengan mencontoh bentuk candi langgam klasik muda yang lazim digunakan waktu itu lebih dapat diterima kemungkinannya.  

Selain gapura bentuk candi bentar tersebut di atas, juga ada dua gapura berbentuk paduraksa dengan bahan bata. Kedua gapura itu dahulu berfungsi jalan masuk ke halaman II dan III di Masjid Menara, tetapi letaknya sekarang berada di dalam serambi dan ruang utama hasil perluasan tahun 1933. Gapura bentar dan paduraksa peerapannya menunjukkan hirarki ruang. Gapura candi bentar biasanya ditempatkan pada ruang peralihan antara ruang publik dengan halaman pertama pada ruang publik dengan halaman pertama bangunan, seedangkan gapura paduraksa ditempatkan untuk menandai halaman-halaman yang berhubungan dengan bangunan yang dipandang suci. Bagian dari bangunan masjid yang asli dan masih dapat dilihat tinggal mihrab saja. Di halaman belakang Masjid Menara terdapat makam Sunan Kudus lengkap dengan cungkup, gapura-gapura, dan bangunan-bangunan lain.