You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Ruang Lingkup Kajian Lingkungan Kuno

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Ruang Lingkup Kajian Lingkungan Kuno

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Warisan budaya material yang disebut artefak merupakan salah satu sarana untuk mengungkapkan kehidupan manusia masa lalu. Selain dapat ditelusuri melalui artefak, kehidupan masa lalu juga dapat diungkapkan melalui gambaran kondisi lingkungan kuna. Dalam hal ini, dapat dijelaskan bahwa artefak yang mempunyai kaitan yang erat dengan lingkungan, karena artefak merupakan hasil bentuk interaksi manusia dengan lingkungannya. Keanekaragaman artefak yang sampai kepada generasi sekarang dapat pula dianggap sebagai cerminan perkembangan akal-budi manusia yang dipengaruhi oleh lingkungannya.

Secara garis besar telah diketahui bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk memilih lingkungan yang sesuai dengan lokasi huniannya. Kesesuaian yang dimaksud ditentukan berdasarkan ketersediaan sumberdaya alam guna memenuhi kebutuhan makan, tempat berlindung, dan bahan membuat peralatan. Kemudian, jenis lingkungan yang dipilih akan menentukan cara hidup, jenis aktivitas untuk melangsungkan kehidupannya, dan peralatan yang mendukungnya. Hal tersebut misalnya dapat dicontohkan melalui kasus berikut: tanah aluvial di kaki gunung yang subur dan kaya sumber air akan dipilih oleh manusia sebagai lokasi bermukim. Alasan pemilihannya antara lain didasarkan pada kemudahan, dan ketersediaan sumberdaya alam. Dapat dijelaskan pula bahwa area di dekat sumber air merupakan tempat yang subur, mudah ditanami sekaligus juga sering digunakan sebagai tempat berkumpul binatang yang dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan. Jenis tanah semacam itu memungkinkan manusia dapat melangsungkan aktivitas pertanian. Akan tetapi, agar dapat melaksanakan aktivitas tersebut, manusia memerlukan berbagai jenis peralatan; mulai dari peralatan untuk mengolah tanah, menanam dan memelihara tanaman, samapi dengan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan pascapanen. Dengan demikian keberadaan peralatan pertanian diakibatkan oleh adanya aktivitas pertanian, sementara kegiatan pertanian dimungkinkan karena kondisi lingkungannya. Melalui contoh tersebut berarti bahwa peralatan yang dihasilkan dengan jelas dapat menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada lingkungan tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, maka artefak dan lingkungan tidak dapat dipisahkan, sebab keduanya saling menjelaskan secara kontekstual. Pemaparan lingkungan kuna di Jawa Tengah dalam salah satu bab penulisan buku Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap keberadaan warisan budaya material yang tersebar di wilayah administratif Jawa Tengah. Pemahaman yang dimaksud berkaitan dengan bagaimana artefak dapat menggambarkan aktivitas manusia pada waktu itu dalma memanfaatkan dan mengelola lingkungannya.

Secara garis besar kajian mengenai lingkungan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kaian lingkungan budaya dan lingkungan alam. Akan tetapi, pokok uraian dalam bab ini akan dititik beratkan pada kajian lingkungan alam. Selanjutnya, yang termasuk dalam cakupan pokok bahasan lingkungan alam adalah lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Kajian mengenai lingkungan abiotik di Jawa Tengah dapat dilakukan melalui penggambaran kondisi geografis wilayah Jawa Tengah. Sementara kajian lingkungan biotik dapat dilakukan melalui data arkeologi yang berupa ekofak, fitur, dan artefak (bersambung).